Tafsir Surat Al-Qolam {Bagian 2}
Al-Qolam, Ayat 17-33
اِنَّا بَلَوْنٰهُمْ كَمَا بَلَوْنَآ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِۚ اِذْ اَقْسَمُوْا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِيْنَ، وَلَا يَسْتَثْنُوْنَ، فَطَافَ عَلَيْهَا طَاۤىِٕفٌ مِّنْ رَّبِّكَ وَهُمْ نَاۤىِٕمُوْنَ، فَاَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْمِ، فَتَنَادَوْا مُصْبِحِيْنَ، اَنِ اغْدُوْا عَلٰى حَرْثِكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صَارِمِيْنَ، فَانْطَلَقُوْا وَهُمْ يَتَخَافَتُوْنَ، اَنْ لَّا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِّسْكِيْنٌ، وَّغَدَوْا عَلٰى حَرْدٍ قَادِرِيْنَ، فَلَمَّا رَاَوْهَا قَالُوْٓا اِنَّا لَضَاۤلُّوْنَ، بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ، قَالَ اَوْسَطُهُمْ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُوْنَ، قَالُوْا سُبْحٰنَ رَبِّنَآ اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ، فَاَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ يَّتَلَاوَمُوْنَ، قَالُوْا يٰوَيْلَنَآ اِنَّا كُنَّا طٰغِيْنَ، عَسٰى رَبُّنَآ اَنْ يُّبْدِلَنَا خَيْرًا مِّنْهَآ اِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا رَاغِبُوْنَ، كَذٰلِكَ الْعَذَابُۗ وَلَعَذَابُ الْاٰخِرَةِ اَكْبَرُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ
“Sungguh, Kami telah menguji mereka (orang musyrik Mekah) sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun, ketika mereka bersumpah pasti akan memetik (hasil)nya pada pagi hari (17) tetapi mereka tidak menyisihkan (dengan mengucapkan, “Insya Allah”) (18) Lalu kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Tuhanmu ketika mereka sedang tidur (19) Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita (20) lalu pada pagi hari mereka saling memanggil (21) ”Pergilah pagi-pagi ke kebunmu jika kamu hendak memetik hasil.” (22) Maka mereka pun berangkat sambil berbisik-bisik (23) ”Pada hari ini jangan sampai ada orang miskin masuk ke dalam kebunmu.” (24) Dan berangkatlah mereka pada pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya) (25) Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata, “Sungguh, kita ini benar-benar orang-orang yang sesat (26) bahkan kita tidak memperoleh apa pun,” (27) berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu).” (28) Mereka mengucapkan, “Mahasuci Tuhan kami, sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim.” (29) Lalu mereka saling berhadapan dan saling menyalahkan (30) Mereka berkata, “Celaka kita! Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas (31) Mudah-mudahan Tuhan memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini, sungguh, kita mengharapkan ampunan dari Tuhan kita.” (32) Seperti itulah azab (di dunia). Dan sungguh, azab akhirat lebih besar se-kiranya mereka mengetahui.” (33)
Perumpamaan Tentang Sia-Sianya Hasil Usaha Orang-Orang Kafir
Ini merupakan perumpamaan yang Allah berikan bagi orang- kafir Quraisy. Mereka telah menerima rahmat yang besar orang dan nikmat yang agung dengan diutusnya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kepada mereka. Namun mereka membalasnya dengan pendustaan, peno- lakan dan permusuhan.
Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {اِنَّا بَلَوْنٰهُمْ} “Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (musyrikin Makkah), “yakni Kami telah mencoba mereka. {كَمَا بَلَوْنَآ اَصْحٰبَ الْجَنَّةِۚ}”Sebagaimana Kami telah menguji pemilik-pemilik kebun,” yaitu kebun yang penuh dengan berbagai jenis buah-buahan.
Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {اِذْ اَقْسَمُوْا لَيَصْرِمُنَّهَا مُصْبِحِيْنَ} “(Ingatlah) ketika me- reka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasil)nya di pagi hari.”Mereka bersumpah di antara mereka bahwa mereka akan memetik buahnya di malam hari, agar tidak diketahui dan diminta oleh orang fakir. Mereka bermaksud tidak akan menshadaqahkan buah-buahan itu sedikit pun, {وَلَا يَسْتَثْنُوْنَ} “Dan mereka tidak mengucapkan: Insyaa Allah,” terhadap apa yang disumpahkan.
Maka dikarenakan sikap dan niat mereka itu, maka Allah Subhanallahu wa ta’ala menakdirkan mereka tidak dapat memenuhi sumpah tersebut. Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَطَافَ عَلَيْهَا طَاۤىِٕفٌ مِّنْ رَّبِّكَ وَهُمْ نَاۤىِٕمُوْنَ} “Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Rabb-mu ketika mereka sedang tidur,” yakni kebun itu tertimpa bencana langit. {فَاَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْمِ} “Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita,”Ibnu ‘Abbas berkata, “(Yakni) bagaikan malam yang hitam.” Ats-Tsauri dan as-Suddi berkata, “Seperti ladang yang telah dipanen, yakni kering kerontang.”
Firman Allah, {فَتَنَادَوْا مُصْبِحِيْنَ} “Lalu mereka panggil-memanggil di pagi hari,” yakni ketika pagi datang mereka saling memanggil untuk pergi memanen. {اَنِ اغْدُوْا عَلٰى حَرْثِكُمْ اِنْ كُنْتُمْ صَارِمِيْنَ} “Pergilah di waktu pagi (ini) ke kebunmu jika kamu hendak memetik buahnya, yakni jika kamu ingin panen. {فَانْطَلَقُوْا وَهُمْ يَتَخَافَتُوْنَ} “Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik,” yakni saling berbisik agar orang tidak dapat mendengar.
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala Yang Maha Mengetahui segala rahasia me- nyingkap apa yang mereka bisikkan itu seraya berfirman, {فَانْطَلَقُوْا وَهُمْ يَتَخَافَتُوْنَ اَنْ لَّا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِّسْكِيْنٌ} “Maka pergilah mereka saling berbisik-bisik: Pada hari ini janganlah ada seorang miskin pun masuk ke dalam kebunmu.” Mereka saling berpesan agar jangan membiarkan lain orang miskin masuk ke kebun.
Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {وَّغَدَوْا عَلٰى حَرْدٍ} “Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin).” Lafazh حَرْدٍ yakni kekuatan dan keutuhan, atau kondisi yang optimal, {قَادِرِيْنَ} “Padahal mereka mampu.” Yakni, mampu melaksanakan apa yang mereka niatkan.
Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {فَلَمَّا رَاَوْهَا قَالُوْٓا اِنَّا لَضَاۤلُّوْنَ} “Tatkala mereka melihat kebun itu, mereka berkata: Sesungguhnya kita benar-benar orang- orang yang sesat (jalan).” Yakni, mereka mengatakan hal itu ketika mereka tiba di kebun itu dan melihatnya telah berubah menjadi gersang tanpa buah-buahan sebagaimana yang telah Allah kabarkan. Awalnya hijau, berbunga dan banyak buahnya, kini berubah hitam kelam, tidak bermanfaat sama sekali. Ketika itulah mereka menyangka diri mereka telah tersesat.
Mereka berkata: {اِنَّا لَضَاۤلُّوْنَ} “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan).” Yakni, mereka berkata satu sama lain, “Kita telah tersesat sehingga sampai ke kebun-kebun yang rusak ini, bukan ke kebun kita yang sebenarnya.” Penafsiran ini sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma dan yang lainnya. Kemudian yang mereka meneliti apa yang mereka alami sehingga pada akhirnya mereka yakin bahwa kebun itu adalah milik mereka. Oleh karena itu mereka berkata, {بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ} “Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya). “Yakni, memang benar inilah kebunnya, tapi kita tidak beruntung dan tidak mendapat bagian sedikitpun.
Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {قَالَ اَوْسَطُهُمْ} “Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka,” Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, Muhammad bin Ka’b, ar-Rabi’ bin Anas, adh- Dhahhak dan Qatadah berpendapat, “Yakni yang paling adil dan terbaik di antara mereka.” {اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُوْنَ} “Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Rabb- mu)?” Mujahid, as-Suddi dan Ibnu Jarij berkata, Laulaa tusabbihuun artinya kalaulah kalian mengucapkan insya Allah.” As-Suddi ber- kata, “Ucapan insya Allah mereka pada masa itu adalah dengan bertasbih.” Ibnu Jarir berkata, “Yaitu seseorang yang mengucapkan insya Allah.” Ada juga yang berpendapat bahwa makna firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {قَالَ اَوْسَطُهُمْ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُوْنَ} “Berkatalah seorang yang paling baik pikirannya di antara mereka: Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, hendaklah kamu bertasbih (kepada Rabb-mu)?” Artinya, tidakkah kalian bertasbih kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang diberikan.
Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {قَالُوْا سُبْحٰنَ رَبِّنَآ اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ} “Mereka mengucapkan: Mahasuci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim”mereka melakukan ketaatan pada saat tidak bermanfaat. Mereka menyesali dan mengakui kesalahannya pada saat penyesalan dan pengakuan tidak berguna lagi. Oleh karena itu mereka mengucapkan, {اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ فَاَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ يَّتَلَاوَمُوْنَ} “Sesungguhnya kami adalah orang-orang zhalim. Lalu sebagian mereka menghadapi sebagian yang lain seraya cela-mencela,”yakni mereka saling mencela karena mereka telah melarang orang miskin untuk memetik buah, sehingga perkataan mereka hanyalah pengakuan terhadap kesalahan. {قَالُوْا يٰوَيْلَنَآ اِنَّا كُنَّا طٰغِيْنَ} “Mereka berkata: Aduhai celakalah kita, sesung- guhnya kita ini adalah orang-orang yang melampaui batas,” yakni membangkang dan berlebih-lebihan, sehingga beginilah keadaan kami.
Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {عَسٰى رَبُّنَآ اَنْ يُّبْدِلَنَا خَيْرًا مِّنْهَآ اِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا رَاغِبُوْنَ} “Mudah- mudahan Rabb kita memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada itu, sesungguhnya kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.” Ada yang berpendapat bahwa mereka ingin diganti di dunia. Ada juga yang berpendapat bahwa mereka mengharapkan pahalanya di hari Akhir. Wallaahu a’lam.
Beberapa ulama Salaf berpendapat bahwa mereka adalah Yaman. Sa’id bin Jubair berkata, “Mereka berasal dari desa Dhara- wan, enam mill dari kota Shan’aa.” Ada juga yang mengatakan mereka dari penduduk Habasyah. Bapak merekalah yang mewariskan kebun itu dan mereka adalah Ahli Kitab. Dahulu bapak mereka mengelola kebun itu dengan baik. Dia memanfaatkan hasilnya untuk kebutuhan keluarga dan kelebihannya dishadaqahkan. Ketika dia meninggal dunia dan mewariskannya kepada anak-anaknya, maka mereka berkata, “Bapak kita kurang berakal karena telah menshadaqahkan hasilnya untuk orang-orang fakir. Kalau saja kita menahannya niscaya kita akan mengumpulkannya.” Ketika mereka merencanakannya maka mereka pun dihukum dengan tidak dika- bulkannya apa yang mereka inginkan sehingga Allah melenyapkan semua yang ada pada mereka, baik itu harta pokok, keuntungan maupun bagian yang harus dishadaqahkan.
Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {كَذٰلِكَ الْعَذَابُ} “Seperti itulah adzab (dunia),” yakni demikianlah siksaan orang yang menentang perintah Allah, kikir terhadap nikmat yang telah Allah karuniakan, tidak menunaikan hak menukar nikmat Allah dengan kekafiran. {وَلَعَذَابُ الْاٰخِرَةِ اَكْبَرُۘ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ} “Dan sesungguhnya adzab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.”Yakni demikianlah siksaan duniawi sebagaimana yang kalian dengar, sedangkan siksaan akhirat itu jauh lebih keras.
Al-Qolam, Ayat 34-41
اِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتِ النَّعِيْمِ، اَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِيْنَ كَالْمُجْرِمِيْنَ، مَا لَكُمْۗ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ، اَمْ لَكُمْ كِتٰبٌ فِيْهِ تَدْرُسُوْنَ، اِنَّ لَكُمْ فِيْهِ لَمَا تَخَيَّرُوْنَ، اَمْ لَكُمْ اَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۙ اِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُوْنَ، سَلْهُمْ اَيُّهُمْ بِذٰلِكَ زَعِيْمٌ، اَمْ لَهُمْ شُرَكَاۤءُۚ فَلْيَأْتُوْا بِشُرَكَاۤىِٕهِمْ اِنْ كَانُوْا صٰدِقِيْنَ
Sungguh, bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya (34) Apakah patut Kami memperlakukan orang-orang Islam itu seperti orang-orang yang berdosa (orang kafir)? (35) Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimana kamu mengambil keputusan? (36) Atau apakah kamu mempunyai kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu pelajari? (37) sesungguhnya kamu dapat memilih apa saja yang ada di dalamnya (38) Atau apakah kamu memperoleh (janji-janji yang diperkuat dengan) sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari Kiamat; bahwa kamu dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)? (39) Tanyakanlah kepada mereka, “Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap (keputusan yang diambil itu)?” (40) Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu? Kalau begitu hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutunya jika mereka orang-orang yang benar (41)
Balasan Orang-Orang Yang Bertakwa, Nasib Mereka Tidak Sama Dengan Para Pembangkang
Setelah sebelumnya Allah Subhanallahu wa ta’ala menyebutkan tentang pemilik kebun kesengsaraan, karena mereka bermaksiat kepada Allah dan menyelisihi perintah-Nya, maka Allah menjelaskan bahwa orang yang patuh kepada-Nya di negeri akhirat akan mendapatkan Surga yang penuh kenikmatan. Kenikmatannya tidak akan dihilangkan atau dilenyapkan, semuanya yang ada di dunia dan apa yang menimpa mereka berupa tidak akan pernah berakhir.
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { اَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِيْنَ كَالْمُجْرِمِيْنَ} “Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)?” Yakni, apakah Kami akan menyamakan balasan terhadap kedua golongan itu? Sekali-kali tidak, demi Rabb langit dan bumi. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { مَا لَكُمْۗ كَيْفَ تَحْكُمُوْنَ} “Mengapa kamu (berbuat demikian), bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” yakni bagaimana mungkin kalian berpikiran demikian?
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { اَمْ لَكُمْ كِتٰبٌ فِيْهِ تَدْرُسُوْنَ اِنَّ لَكُمْ فِيْهِ لَمَا تَخَيَّرُوْنَ} “Atau adakah kamu mempunyai sebuah Kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu membacanya? bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih apa yang sukai untukmu,” yakni apakah kalian memiliki Kitab Suci dari langit yang kalian pelajari, kalian hafal, dan kalian sampaikan secara turun-temurun yang berisi hukum sebagaimana yang kalian katakan: { اِنَّ لَكُمْ فِيْهِ لَمَا تَخَيَّرُوْنَ اَمْ لَكُمْ اَيْمَانٌ عَلَيْنَا بَالِغَةٌ اِلٰى يَوْمِ الْقِيٰمَةِۙ اِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُوْنَ} “Bahwa di dalamnya kamu benar-benar boleh memilih apa yang kamu sukai untukmu. Atau apakah kamu memperoleh janji-janji yang diperkuat dengan sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari Kiamat, sesunggubnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)?”
Maksud ayat ini: Apakah kalian memiliki bukti dalam Kitab Suci itu tentang janji-janji dari Kami dan kepastian bahwa: { اِنَّ لَكُمْ لَمَا تَحْكُمُوْنَ} “Sesungguhnya kamu benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendakmu),” yakni: bahwa kalian akan mendapat- kan apa yang kalian kehendaki? [Kalian sama sekali tidak memiliki bukti apapun tentang hal itu].
Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { سَلْهُمْ اَيُّهُمْ بِذٰلِكَ زَعِيْمٌ} “Tanyakanlah kepada mereka, Siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil itu?” Yakni katakanlah kepada mereka, siapakah yang bertanggung jawab terhadap hal ini? Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma berkata, “Maksudnya Allah mengatakan, siapakah di antara mereka yang bertanggung jawab.”
Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { اَمْ لَهُمْ شُرَكَاۤءُ} “Atau apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu?” yakni berhala-berhala dan sekutu-sekutu, { فَلْيَأْتُوْا بِشُرَكَاۤىِٕهِمْ اِنْ كَانُوْا صٰدِقِيْنَ} “Maka hendaklah mereka mendatangkan sekutu-sekutünya jika mereka adalah orang-orang yang benar.
Al-Qolam, Ayat 42-47
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَّيُدْعَوْنَ اِلَى السُّجُوْدِ فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ، خَاشِعَةً اَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۗوَقَدْ كَانُوْا يُدْعَوْنَ اِلَى السُّجُوْدِ وَهُمْ سَالِمُوْنَ، فَذَرْنِيْ وَمَنْ يُّكَذِّبُ بِهٰذَا الْحَدِيْثِۗ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ، اَمْ تَسْـَٔلُهُمْ اَجْرًا فَهُمْ مِّنْ مَّغْرَمٍ مُّثْقَلُوْنَ، اَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُوْنَ
“(Ingatlah) pada hari ketika betis [Yang dimaksud dengan betis disingkapkan ialah menggambarkan keadaan orang yang sedang ketakutan yang hendak lari karena hebatnya huru-hara hari Kiamat]. disingkapkan dan mereka diseru untuk bersujud; maka mereka tidak mampu [Mereka diminta sujud untuk menguji keimanan mereka, namun mereka ti- dak sanggup lagi karena persendian tulang-tulang mereka telah lemah dan. adzab sudah meliputi mereka] (42) pandangan mereka tertunduk ke bawah, diliputi kehinaan. Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan) [Maksudnya ialah bahwa mereka berkesempatan untuk melakukan sujud, tetapi mereka tidak melakukannya.] (43) Maka serahkanlah kepada-Ku (urusannya) dan orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur’an). Kelak akan Kami hukum mereka berangsur-angsur dari arah yang tidak mereka ketahui (44) dan Aku memberi tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh (45) Ataukah engkau (Muhammad) meminta imbalan kepada mereka, sehingga mereka dibebani dengan utang? (46) Ataukah mereka mengetahui yang gaib, lalu mereka menuliskannya?.” (47)
Kengerian Hari Kiamat
Setelah sebelumnya Allah Subhanallahu wa ta’ala menyebutkan bahwa orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan Surga di sisi-Nya, maka Dia menjelaskan waktu terjadinya hal itu, seraya berfirman, {يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَّيُدْعَوْنَ اِلَى السُّجُوْدِ فَلَا يَسْتَطِيْعُوْنَ} “Pada hari betis disingkap- kan dan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka tidak kuasa,” yakni pada hari Kiamat, Hari itu diliputi kengerian-kengerian, goncangan-goncangan, berbagai ujian dan cobaan, serta perkara-perkara lainnya yang sangat dahsyat.
Imam al-Bukhari dalam Shahiih-nya dalam Kitaabut Tafsiir, persis di bawah pembahasan ayat ini telah meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri Radiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Saya telah mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
يَكْشِفُ رَبُّنا عَن سَاقِهِ، فَيَسْجُدُ له كُلُّ مُؤْمِنٍ ومُؤْمِنَةٍ، فَيَبْقَى كُلُّ مَن كانَ يَسْجُدُ في الدُّنْيا رِياءً وسُمْعَةً، فَيَذْهَبُ لِيَسْجُدَ، فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا واحِدًا
“Allah menyingkapkan betis-Nya, maka setiap orang mukmin dan mukminah bersujud kepada-Nya. Maka orang-orang yang bersujud di dunia karena riya’ (ingin dilihat) atau sum’ah (ingin didengar), tidak dapat bersujud. Mereka berusaha untuk sujud tapi punggung mereka kembali lurus (tidak mampu melakukannya).”
Hadits ini diriwayatkan pada ash-Shahiihain serta kitab yang lainnya melalui beberapa jalur, dan memiliki banyak lafazh, hadits ini adalah hadits panjang dan terkenal
Firman-Nya, {خَاشِعَةً اَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ} (Dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan,”yakni di alam akhirat. Ini karena kejahatan dan kesombongan yang mereka perbuat di dunia, sehingga diberi hukuman dengan keadaan sebaliknya. Ketika mereka diperintahkan bersujud di dunia mereka enggan melakukannya, meskipun mereka dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, mereka dihukum dengan tidak mampu melakukannya di akhirat. yang
Ketika Allah menampakkan Dzat-Nya, orang-orang min mampu bersujud kepada-Nya, akan tetapi orang-orang kafir atau munafik tidak mampu melakukannya. Setiap kali salah satu dari mereka berusaha untuk bersujud, tiba-tiba punggungnya kembali lurus.
Ancaman Yang Keras Bagi Orang Yang Mendustakan Al-Qur-An
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَذَرْنِيْ وَمَنْ يُّكَذِّبُ بِهٰذَا الْحَدِيْثِ} “Maka serahkanlah (ya Mubammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini,” yakni al-Qur-an. Ini merupakan ancaman yang keras, artinya biarkanlah Aku dan dirinya. Aku lebih mengetahui, apakah Aku biarkan mereka dalam kesesatannya (atau tidak). Aku akan mengulurkan waktunya (barangkali ia mau berto- bat), hingga (apabila mereka tetap dalam kesesatannya), maka Aku renggut mereka dengan keras.
Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ} “Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui,” yakni dari arah yang tidak diperkirakan. Bahkan mereka yakin bahwa hal itu merupakan kemuliaan dari Allah , padahal sesungguhnya adalah penghinaan. Firman-Nya, {اَيَحْسَبُوْنَ اَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهٖ مِنْ مَّالٍ وَّبَنِيْنَ نُسَارِعُ لَهُمْ فِى الْخَيْرٰتِۗ بَلْ لَّا يَشْعُرُوْنَ} “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al-Mu’-minun: 55-56) Juga firman-Nya,
فَلَمَّا نَسُوْا مَا ذُكِّرُوْا بِهٖ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ اَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍۗ حَتّٰٓى اِذَا فَرِحُوْا بِمَآ اُوْتُوْٓا اَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَاِذَا هُمْ مُّبْلِسُوْنَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenang- an untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan se- konyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
(QS. Al-An’aam: 44)
Oleh karena itu di sini Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {وَاُمْلِيْ لَهُمْ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ} “Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh,”yakni Aku akan menanggu kannya karena itulah tipuan-Ku kepada mereka. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ} “Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh, yakni pasti dan besar bagi orang yang mendustai-Ku, mengingkari para utusan-Ku dan berani bermaksiat kepada-Ku.
Dalam ash-Shahiihain disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:
إنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظّالِمِ حتَّى إذا أخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ قالَ: ثُمَّ قَرَأَ:
{وَكَذلكَ أخْذُ رَبِّكَ إذا أخَذَ القُرَى وهي ظالِمَةٌ إنَّ أخْذَهُ ألِيمٌ شَدِيدٌ}
“Sesungguhnya Allah menangguhkan orang zhalim hingga bila tiba waktunya Dia serta-merta mencabutnya.” Kemudian beliau membaca ayat, “Dan begitulah adzab Rabb-mu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.”
(QS. Hud: 102)
Dan firman-Nya, { اَمْ تَسْـَٔلُهُمْ اَجْرًا فَهُمْ مِّنْ مَّغْرَمٍ مُّثْقَلُوْنَ اَمْ عِنْدَهُمُ الْغَيْبُ فَهُمْ يَكْتُبُوْنَ} “Ataukah kamu meminta upah kepada mereka, lalu mereka diberati dengan utang. Ataukah ada pada mereka ilmu tentang yang ghaib lalu mereka menulis (padanya apa yang mereka tetapkan)?” Tafsir kedua ayat ini telah dijelaskan di surat ath-Thuur (ayat 40 dan 41). Artinya, wahai Muhammad, kamu berdakwah kepada mereka tanpa mengharap imbalan dari mereka, melainkan hanya mengharap pahala di sisi Allah . Akan tetapi mereka begitu saja mengingkari risalah yang kamu bawa, hanya disebabkan kebodohan, kekufuran dan pembangkangan.
Disalin ulang dari: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta