BERITADAKWAHTabligh Akbar

TABLIGH AKBAR USTADZ ABU YAHYA BADRUSSALAM

Catatan Tabligh Akbar Ustadz Abu Yahya Badrussalam, Lc –Hafidzahullah-
Masjid Jami’ Assunnah Cirebon
Ahad, 26 November 2023
1. Seorang hamba dituntut untuk senantiasa beramal shalih. Dengan amal shalih seseorang akan membekali dirinya sebelum pergi ke akhirat. Amal Shalih merupakan amalan yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa ucapan atau perbuatan, baik yang nampak atau tersembunyi.
2. Tidaklah disebut amal shalih melainkan harus dicintai dan diridhai Allah. Bagaimana kita mengetahui amalan itu menjadi amalan yang dicintai dan diridhoi oleh Allah?. Jawabanya yaitu amalan tersebut harus berdasarkan wahyu yang telah diturunkan.
3. Amalan shalih terbagi menjadi beberapa macam :
Pertama : Amalan Hati, seperti khauf, tawakkal, cinta, ikhlas dan lain sebagainya. Amalan iniIah yang paling utama, sebagaimana yang terpatri dalam hati para sahabat, terutama sahabat Abu Bakar Ash-Shidddiq radhiyallahu ‘anhu. Para ulama menyebutkan :
ما فَضَلَ أبو بكر النَّاسَ بكثرة صلاةٍ ولا بكثرة صيامٍ، ولكن بشيءٍ وقر في قلبه”، فذلك هو الإيمان
“Tidaklah Abu Bakar itu melampaui manusia lainnya (semata-mata) karena (banyaknya) mengerjakan puasa atau shalat, akan tetapi karena iman yang terpatri di dalam hatinya.”
Kedua: Amalan Lisan , seperti dzikir, baca quran, menyampaikan Ilmu dan lain sebagainya.
Ketiga: Amalan anggota badan seperti shalat, puasa dan lain sebagainya.
4. Amalan shalih memiliki banyak keutamaan, di antaranya :
– Mendapatkan kehidupan yang baik, Allah mengatakan di dalam salah satu firman-Nya :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh —baik laki-laki maupun perempuan— dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik: dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan,” (QS An-Nahl : 97)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan :
Janji Allah ini ditujukan kepada orang yang beramal saleh. Yang dimaksud dengan amal saleh ialah amal perbuatan yang mengikuti petunjuk Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, baik dia laki-laki ataupun perempuan dari kalangan anak Adam, sedangkan hatinya dalam keadaan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan bahwa amal yang dilakukan­nya itu merupakan amal yang diperintahkan serta disyariatkan dari sisi Allah. Maka Allah berjanji akan memberinya kehidupan yang baik di dunia, dan akan memberinya pahala yang jauh lebih baik daripada amalnya kelak di akhirat.
– Masuk ke dalam Surga. Allah menyebutkan dalam salah satu ayat-Nya :
ٱدْخُلُوا۟ ٱلْجَنَّةَ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan amalan yang telah kamu kerjakan,” (QS An-Nahl : 32).
Meskipun tentu saja semua itu atas berkat rahmat Allah Ta’ala. Seseorang mampu beramal shalih atas rahmat yang Allah berikan kepada dirinya.
– Allah menjadikan manusia cinta kepadanya. Allah berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحْمَٰنُ وُدًّا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang,” (QS Maryam : 96)
– Allah jadikan akhir hidupnya dengan diberikan kabar gembira. Allah menyebutkan :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu,” (QS Fusshilat : 30)
5. Kebutuhan kita terhadap amal shalih melebihi kebutuhan kita terhadap makan dan minum. Karenanya jangan kita menjadikan amalan shalih sebagai kegiatan sampingan, tapi jadikan sebagai kebutuhan utama kita.
6. Terkait dengan amalan shalih, amalan akan menjadi sempurna apabila diiringi dengan tiga hal sebagaimana yang disampaikan oleh Ibnu Qudamah rahimahullah :
لا يَتِمُّ المَعْرُوفُ إلَّا بِثَلَاثِ خِصَالٍ: تَعْجِيلُهُ وتَصْغِيرُهُ وسَتْرُهُ
“Tidak sempurna amal kebaikan kecuali dengan tiga perkara; [pertama] tidak menganggap bahwa amal kita banyak, [kedua] segera melakukannya dan tidak menunda-nunda, [ketiga] menyembunyikannya/tidak memperlihatkan kepada manusia.”
7. Seseorang yang merasa amalnya telah banyak, terkadang bisa dihinggapi penyakit ujub di dalam hati. Karena itu, hendaknya seseorang yang beramal harus merasa bahwa amalannya baru sedikit, sehingga lebih termotivasi lagi dalam beramal shalih.
8. Adapun menunda-nunda amalan, maka itu merupakan salah satu penyakit di dalam hati. Al- Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan :
إيَّاك والتسويف؛ فإنَّك بيومك ولست بغَدِك
“Jauhi oleh kalian sifat taswif (menunda-nunda). Karena engkau berada di hari ini, bukan di hari esok.
Ibnu Umar radhiyalahu anhuma pernah menasihatkan :
إذا أصبحت فلا تنتظر المساء ، وإذا أمسيت فلا تنتظر الصباح ، وخذ من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك
“Kalau engkau berada di waktu pagi, jangan tunggu-tunggu waktu sore. Dan kalau engkau berada di waktu sore, jangan tunggu-tunggu waktu pagi. Ambil kesempatan sehatmu sebelum sakitmu. Dan ambil kesempatan hidupmu sebelum engkau meninggal dunia.”
9. Adapun menyembunyikan amalan, maka setiap kita harus berusaha menyembunyikan amalan yang memang bisa disembunyikan. Para ulama salafush shalih berlomba-lomba untuk menyembunyikan amalan shalih mereka. Seperti misalnya Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, beliau di waktu malam shalat tahajud. Kemudian ketika subuh telah masuk maka ia pura-pura bangun seakan-akan ingin memberitahu bahwasannya ia baru bangun saat itu.
10. Dalam melakukan amalan shalih, seorang hamba terkadang dihinggapi dengan penyakit-penyakit. Di antara penyakit dalam amalan-amalan adalah :
Pertama : Penyakit Sebelum Beramal.
Seperti tidak adanya ilmu dan juga tidak ada keinginan untuk menuntut ilmu. Imam Bukhari rahimahullah membuat sebuah bab dalam kitab beliau : Bab Berilmu sebelum Beramal.
Contoh lain dari penyakit sebelum beramal adalah munculnya niat yang tidak baik, seperti ingin mendapatkan dunia semata dengan amalnya. Misalnya ada orang yang ingin shalat dhuha semata-mata agar mendapatkan rejeki. Allah menyebutkan dalam ayat-Nya :
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan,”
أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا۟ فِيهَا وَبَٰطِلٌ مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan,” (QS Hud : 15-16)
Kedua : Penyakit Ketika Beramal
Diantaranya adalah Riya. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa riya’ itu akan berpengaruh baik sebelum beramal ataupun ketika beramal.
Lalu penyakit lainnya adalah kurangnya kekhusyu’an hati dan pikiran yang kemana-mana. Hal inilah yang menjadikan seorang hamba tidak merasakan kelezatan beribadah. Baca Quran tapi tidak tadabbur dan tidak ada keinginan memahaminya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
سيخرُجُ أقوامٌ من أُمَّتِي يَشربُونَ القرآنَ كشُربِهِمْ اللَّبَنَ
“Akan keluar dari umatku kaum-kaum yang meminum al-Qur’an seperti meminum susu.”
Para ulama menyebutkan makna dari hadits ini adalah mereka menelannya tanpa mentadabburi maknanya.
Ketiga : Penyakit Setelah Beramal
Contoh : Tertipu dengan banyaknya amal sehingga merasa dirinya sudah shalih. Padahal Imam Syafi’i rahimahullah, sekelas beliau saja merasa dirinya bukan orang yang shalih.
Dalam Diwan Asy-Syafi’i beliau rahimahullah berkata :
أُحِبُّ الصَّـالِحِينَ وَلَسْتُ مِنْـهُمْ
لَعَلِّي أَنْ أَنَـالَ بِـهِـمْ شَـفَاعَــــهْ
Aku mencintai orang-orang sholeh meskipun aku bukan termasuk di antara mereka.
Semoga bersama mereka aku bisa mendapatkan syafa’at kelak.
وَأَكْرَهُ مَنْ بِضَـاعَتُـهُ الْمَعَـاصِي
وَإِنْ كُـنَّـا سَـوَاءً فِي الْبِـضَـاعَـــهْ
Aku membenci para pelaku maksiat,
meskipun terkadang aku tak berbeda dengan mereka.
Contoh lainnya dari penyakit setelah beramal adalah ujub dan sombong dengan amalan shalih.
11. Pentingnya bermuhasabah, baik sebelum beramal dataupun setelah beramal.
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker