BERITATabligh Akbar

TABLIGH AKBAR USTADZ AMMI NUR BAITS

Catatan Tabligh Akbar Ustadz Ammi Nur Baits
Masjid Jami’ Assunnah Cirebon
Ahad, 5 November 2023
Seorang hamba tidaklah mungkin untuk hidup seperti seorang Nabi karena seorang hamba bukanlah seseorang yang ma’shum. Meskipun begitu, setiap hamba dituntut untuk menjadi seorang muslim yang ideal. Untuk mewujudkannya, ada prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dan harus terus dilaksanakan. Diantaranya :
1. Selalu Jaga Niat Baik
Seorang hamba di dalam menjalankan ibadah harus selalu diiringi dengan niat baik. Dan di antara bentuk kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya adalah Allah tetap memberikan pahala bagi seseorang yang terbiasa melakukan amalaan shalih, ketika ia tidak mampu mengerjakan amalan shalih tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika seorang hamba sakit atau melakukan safar (perjalanan jauh), maka dicatat baginya pahala sebagaimana kebiasaan dia ketika mukim dan ketika sehat,” (HR. Bukhari)
Amal shalih adalah tabungan pahala di masa tua. Rutinitas amalan yang biasa dilakukan di masa muda dan tidak bisa dilakukan di masa tua, maka dengan niat tersebut ia akan diberikan pahala atas rutinitas yang ia lakukan di masa dulu. Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma mengatakan bahwa inilah yang dimaksud dengan Ajrun Ghairu Mamnun (pahala yang tidak pernah terputus) yang disebutkan dalam surat At-Tin :
إذا كان العبد في شبابه كثير الصلاة كثير الصيام والصدقة ، ثم ضعف عما كان يعمل في شبابه أجرى الله – عز وجل – له ما كان يعمل في شبابه
“Jika seseorang dalam masa mudanya terbiasa mengerjakan shalat, terbiasa berpuasa, terbiasa bersedekah, lalu di masa tuanya ia tidak mampu lagi mengerjakan seperti apa yang ia lakukan di masa mudanya, maka Allah tetap memberikan balasan baginya di masa tuanya seperti apa telah ia lakukan di masa mudanya,”
2. Jangan lewatkan satu hari tanpa memberi manfaat bagi seorang muslim
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :
أحب الناس إلى الله تعالى أنفعهم للناس
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling memberikan manfaat untuk orang lain,”
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan bahwa manusia layaknya barang tambang.
النَّاسُ مَعَادِن كَمَعَادِن الذَّهَب وَالفِضَّة، خِيَارُهُم فِي الجَاهِلِيَّة خِيَارُهُم فِي الإِسْلاَم إِذَا فَقُهُوا
“Manusia itu seperti barang-barang tambang; orang-orang mulia pada masa jahiliah adalah orang-orang yang mulia pada masa Islam jika mereka memahami (agama),” (HR Bukhari dan Muslim)
Semakin bermanfaat barang tambang, semakin mahal barang tersebut. Begitu pula dengan manusia, semakin ia bermanfaat semakin bernilai hamba tersebut di sisi Allah Ta’ala.
Menularkan kebaikan kepada orang lain adalah prestasi yang didapatkan oleh seorang hamba.
3. Anda tidak punya kepentingan dengan urusan orang lain
Di zaman ini, betapa banyak manusia yang suka dengan berita yang viral. Sehingga semua hal tentang objek berita tersebut diteliti sampai hal-hal yang mendetil. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengingatkan kita semua di dalam hadits :
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Di antara yang termasuk bagusnya keislaman seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tak berguna (bermanfaat) baginya,” (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Maknanya adalah : Sibukkan diri kita dengan apa yang bermanfaat untuk kita.
Hanya saja, bukan berarti kemudian kita tidak melakukan Inkarul Munkar (mengingkari kemungkaran). Inkarul Munkar tetap dilakukan tapi tidak disertai dengan Tajassus (memata-matai).
Suatu ketika, Ibnu Mas’ud dilaporkan oleh muridnya tentang seseorang yang tercium bau khamr dari dalam rumahnya. Lalu Ibnu Mas’ud mengatakan : “Kita tidak diperintahkan untuk Tajassus (memata-matai).
Artinya Inkarul Munkar tetap dilakukan ketika ia melihat kemunkaran tersebut sebagaimana disebutkan dalam hadits :
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
“Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman,” (HR. Muslim)
4. Berbuat baiklah di sisa usiamu
Ini pesan agar kita bisa menghadap Allah dalam keadaan memiliki Qalbun Salim (hati yang selamat). Hal ini sesuai dengan firman Alla Ta’ala :
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ () إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS Asy-Syuara : 88-89)
Kita semua akan pulang menghadap Allah. Perbanyaklah taubat agar batin kita menjadi bersih.
Suatu ketika Al-Imam Fudhail bin Iyadh rahimahullah pernah bertemu dengan seorang yang sudah tua.
“Berapa usia anda?”, tanya Fudhail.
“60 tahun”, jawab orang itu.
“Anda selama 60 tahun berjalan menuju Allah, dan sebentar lagi anda akan sampai,” kata Fudhail
“Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi raji’un,” kata orang tua tersebut.
“Anda paham makna kalimat itu? Anda paham tafsirnya?” tanya Fudhail.
“Tolong jelaskan tafsirnya?” orang itu balik tanya.
“Anda menyatakan: innaa lillaah (kita milik Allah), artinya kita adalah hamba Allah dan kita akan kembali kepada Allah. Siapa yang yakin bahwa dia hamba Allah dan dia akan kembali kepada-Nya, seharusnya dia menyadari bahwa dirinya akan berdiri di hadapan Allah. Dan siapa yang meyakini hal ini, dia harus sadar bahwa dia akan ditanya. Dan siapa yang yakin hal ini, dia harus menyiapkan jawabannya,” jelas Fudhail.
“Lalu bagaimana jalan keluarnya?” tanya orang tua itu.
“Caranya mudah,” tegas Fudhail.
Kemudia Imam Fudhail menyebutkan dengan sebuah pernyataan yang layak dicatat dengan air mata :
تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى، فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ
“Berbuat baiklah di sisa usiamu, dengan itu akan diampuni dosa-dosamu di masa silam. Karena jika kamu masih rajin bermaksiat di sisa usiamu maka kamu akan dihukum karena dosamu yang telah lalu dan dosamu yang akan datang,”
Perjuangkan sisa usia kita agar terus menjadi baik dan jangan tenggelam dengan kelamnya masa lalu kita.
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker