AqidahARTIKEL

Pasal Kedua Belas : Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar  

Pasal Kedua Belas :

Beriman Kepada Qadha’ dan Qadar  

 

Seorang Mukmin beriman kepada qadha [Qadha adalah ketetapan Allah Subhanallahu wa ta’ala tentang adanya sesuatu atau tiadanya; sedangkan qadar adalah penciptaan sesuatu dengan cara (kaifiyah) tertentu dan pada waktu tertentu. Qadka kadang disebut juga qadar dan begitu sebaliknya.] dan qadar Allah kebijaksanaan dan kehendakNya; dan beriman bahwasanya tidak ada sesuatu pun yang terjadi di alam wujud ini, hingga perbuatan manusia yang bersifat ikhtiyari (pilihan) melainkan didahului oleh pengetahuan Allah dan takdirNya; dan beriman bahwasanya Allah Mahaadil di dalam qadha dan qadarNya, Mahabijaksana di dalam segala perbuatan dan tindakanNya, dan beriman bahwa kebijaksanaanNya itu tergantung kepada masyi’ah (kehendak)Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki pasti terjadi, dan apa saja yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi, dan tiada daya dan tiada pula kekuatan melainkan dengan (pertolongan) dariNya. Iman yang demikian itu karena adanya dalil-dalil naqli dan ‘aqli berikut ini:

>Dalil-dalil Naqli

  1. Informasi dari Allah Subhanallahu wa ta’ala berkenaan dengan hal tersebut, seperti FirmanNya tentang takdir,

اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنٰهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
(Al-Qamar: 49).

FirmanNya tentang pengetahuan dan takdirNya atas segala sesuatu,

وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا عِنْدَنَا خَزَاۤىِٕنُهٗ وَمَا نُنَزِّلُهٗٓ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُوْمٍ

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanah- nya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.”
(Al-Hijr: 21).

FirmanNya tentang segala sesuatu telah dicatat semenjak zaman azali,

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا ۗاِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ

“Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
(Al-Hadid: 22).

FirmanNya tentang segala musibah yang terjadi adalah dengan izin dariNya,

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.” (At-Taghabun: 11).

FirmanNya tentang takdir Allah pada manusia,

وَكُلَّ اِنْسَانٍ اَلْزَمْنٰهُ طٰۤىِٕرَهٗ فِيْ عُنُقِهٖ

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya.”
(Al-Isra”: 13)

FirmanNya tentang segala musibah yang menimpa itu terjadi berdasarkan qadha dan qadar,

قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَنَآ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَنَاۚ هُوَ مَوْلٰىنَا وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

“Katakanlah, ‘Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”
(At-Taubah: 51).

FirmanNya tentang semua yang terjadi sudah berada di bawah pengetahuan Allah dan sudah termaktub demikian di dalam Lauh Mahfuzh,

وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِۗ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَّرَقَةٍ اِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِيْ ظُلُمٰتِ الْاَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَّلَا يَابِسٍ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada didaratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak (pula) sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
(Al-An’am: 59).

FirmanNya tentang kehendak (masyi’ah) Allah,

وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.”
(At-Takwir: 29).

FirmanNya tentang qadha,

اِنَّ الَّذِيْنَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِّنَّا الْحُسْنٰىٓۙ اُولٰۤىِٕكَ عَنْهَا مُبْعَدُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.”
(Al-Anbiya”: 101).

FirmanNya tentang masyi’ah Allah,

وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ

“Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, ‘Ma Sya Allah, La Quurwata Illa Billah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).”
(Al- Kahfi: 39)

FirmanNya bahwa petunjuk datangnya dari Allah,

وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَآ اَنْ هَدٰىنَا اللّٰهُ

“Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk.”
(Al-A’raf: 43).

  1. Berita dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang Qadha dan Qadar, seperti di dalam sabdanya,

إنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ في بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكونُ في ذلكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذلكَ، ثُمَّ يَكونُ في ذلكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذلكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ المَلَكُ فَيَنْفُخُ فيه الرُّوحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ، أَوْ سَعِيدٌ، فَوَالَّذِي لا إِلَهَ غَيْرُهُ إنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حتَّى ما يَكونُ بيْنَهُ وبيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عليه الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُهَا، وإنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، حتَّى ما يَكونُ بيْنَهُ وبيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عليه الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ، فَيَدْخُلُهَا.

“Sesungguhnya setiap kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah (sperma yang ditumpahkan), kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula; kemudian diutuslah kepadanya seorang malaikat untuk meniupkan ruh padanya dan ia diperintah (untuk mencatat) empat perkara: Mencatat rizkinya, ajalnya, amalnya dan menjadi orang yang banagia ataukah sengsara. Demi Dzat yang tiada tuhan yang berhak disembah selam Dia, sesungguhnya adakalanya seorang darimu benar-benar mengamalkan amalan ahli surga sehingga ketika jarak antaranya dengan surga finggar sehasta, namun takdir telah mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka sehingga ia menjadi penghuni neraka; dan ada seorang di antara kamu yang mengamalkan amalan ahli neraka, namun ketika jarak antaranya dengan neraka tinggal sehasta, takdir pun telah mendahuluinya, maka dari itu ia mengamalkan amalan ahli surga sehingga ia menjadi penghuninya.”

Ibnu Abbas menuturkan, Aku pada suatu hari pernah berbonceng kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam lalu beliau bersabda,

يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ اِحْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ ، احفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تجاهَكَ ، إذا سأَلتَ فاسألِ اللَّهَ ، وإذا استعَنتَ فاستَعِن باللَّهِ ، واعلَم أنَّ الأمَّةَ لو اجتَمعت علَى أن ينفَعوكَ بشَيءٍ لم يَنفعوكَ إلَّا بشيءٍ قد كتبَهُ اللَّهُ لَكَ ، وإن اجتَمَعوا على أن يضرُّوكَ بشَيءٍ لم يَضرُّوكَ إلَّا بشيءٍ قد كتبَهُ اللَّهُ عليكَ ، رُفِعَتِ الأقلامُ وجفَّتِ الصُّحفُ .

“Hai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kata, yaitu; Jagalah (perintah dan larangan) Allah, niscaya Dia memeliharamu (dari musibah dan azab); jagalah Allah, niscaya engkau akan menemukanNya selalu di hadapanmu. Apabila engkau memohon, maka memohonlah kepada Allah, dan apabila engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, sekiranya umat ini bersatu untuk memberikan manfaat kepadaMu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan dapat memberimu kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan sekiranya mereka bersatu untuk mendatangkan mudarat (marabahaya) terhadap kamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan dapat menimpakan bahaya terhadapmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena (takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”

إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ تَعَالَى الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اُكْتُبْ، فَقَالَ: رَبِّ، مَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اُكْتُبْ مَقَادِيْرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُوْمَ السَّاعَةُ.

“Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan Allah Subhanallahu wa ta’ala adalah qalam (pena), lalu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman kepadanya, ‘Catatlah,’ maka ia pun menjawab, “Wahai Rabbku, apa yang harus aku catat?’ FirmanNya, ‘Catatlah takdir (ketentuan) segala sesuatu sampai Hari Kiamat’.”

احتجَّ آدمُ وموسَى عليهما السَّلامُ فقالَ لَه موسَى يا آدمُ أنتَ أبونا خيَّبتَنا وأخرجتَنا منَ الجنَّةِ بذنبِك فقالَ لَه آدمُ يا موسَى اصطفاكَ اللَّهُ بِكلامِه وخطَّ لَك التَّوراةَ بيدِه أتلومني علَى أمرٍ قدَّرَه اللَّهُ عليَّ قبلَ أن يخلقني بأربعينَ سنةً فحجَّ آدمُ موسَى فحجَّ آدمُ موسَى فحجَّ آدمُ موسَى ثلاثًا.

“Nabi Adam dan Nabi Musa beradu argumentasi. Musa berkata, ‘Hai Adam, engkau adalah bapak kami, engkau telah menyia-nyiakan kami dan telah mengeluarkan kami dari surga,’ Maka Adam berkata, ‘Engkau adalah Musa, Allah telah memilihmu dengan FirmanNya dan Dia telah menuliskan Taurat untukmu dengan TanganNya. Apakah engkau mencelaku atas suatu perkara yang telah Allah tetapkan (takdirkan) terhadapku empat puluh tahun sebelum Dia menciptakanku?!” Maka Nabi Adam mengalahkan argumentasi Nabi Musa. Maka Nabi Adam mengalahkan argumentasi Nabi Musa, tiga kali.” [Adam dapat mematahkan argumentasi Musa, sebab bukan pada tempatnya ia mencela Nabi Adam, sebab jika Nabi Musa mencelanya karena dikeluarkan dari surga, maka berarti la telah mencelanya atas suatu perkara yang pasti harus terjadi karena telah ditetapkan Allah; dan jika ia mencelanya atas perbuatan dosa, maka sesungguhnya Nabi Adam telah bertaubat, sedangkan orang yang telah bertaubat tidak dapat dicela, baik menurut akal maupun agama.]

Di dalam mendefinisikan iman, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَ مَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرَسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.

“Beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, Hari Kemudian dan beriman kepada takdir yang baik maupun  yang buruk”

اِعْمَلُوْا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ

“Beramallah, karena segala sesuatu dipermudah sesuai dengan (tujuan) untuk apa ia diciptakan.”

إِنَّ النَّذْرَ لَا يَرُدُّ الْقَضَءَ

“Sesungguhnya nadzar tidak dapat menolak ketetapan (Qadha dan qadar). “

Sabda beliau kepada Abdullah bin Qais,

يَا عَبْدَ اللهِ بْنَ قَيْسٍ، أَلَا أُعَلِّمُكَ كَلِمَةً هِيَى مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ: لَا حَوْلَ وَ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ

“Hai Abdullah bin Qais, maukah aku ajarkan kepadamu satu kalimat yang merupakan perbendaharaan surga, yaitu Tiada daya dan tiada pula kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah.”

Bimbingan beliau kepada yang ucapannya salah karena mengatakan, “Atas kehendak Allah dan kehendakmu.” Beliau bersabda, Katakanlah, ‘Hanya atas kehendak Allah saja'”

  1. Berimannya milyaran umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, baik kalangan ulama, kaum bijak, kaum shalihin dan lain-lainnya kepada qadha dan qadar Allah Subhanallahu wa ta’ala, hikmah dan kehendakNya, dan bahwasanya segala sesuatu itu telah didahului oleh pengetahuan Allah dan terjadi sesuai dengan takdirNya; dan bahwasanya tidak akan terjadi di dalam kerajaanNya kecuali apa yang Dia kehendaki dan apa saja yang Dia kehendaki pasti terjadi dan apa saja yang tidak Dia kehendaki maka tidak akan terjadi, dan Qalam telah mencatat takdir segala sesuatu hingga Hari Kiamat.

>Dalil-dalil ‘Aqli

  1. Sesungguhnya akal sehat tidak akan menolak sesuatu pun tentang Qadha dan Qadar (Takdir), Masyi’ah dan Hikmah, Iradah dan Tadbir (pengaturan). Akan tetapi sebaliknya, akal mewajibkan semua itu dan memastikannya, karena mempunyai fenomena-fenomena yang tampak di alam raya ini.
  2. Beriman kepada Allah dan kepada qudrat (kekuasaan)Nya mempunyai konsekuensi iman kepada qadha dan qadar, hikmah dan masyi’ahNya.
  3. Kalau seorang insinyur bangunan membuat gambar suatu bangunan istana di atas kertas kecil dan dapat menetapkan waktu (lama) penyelesaian pembangunannya, kemudian ia laksanakan apa yang telah ia gambar di atas kertas itu dengan tidak kurang atau lebih sedikit pun, maka bagaimana Allah diingkari kalau telah mencatat takdir dunia ini hingga Hari Kiamat?! Kemudian, karena kesempurnaan kekuasaan dan ilmuNya, segala sesuatu yang telah ditakdirkan itu terjadi sebagaimana telah Dia tentukan, baik kuantitas, teknis, waktu maupun tempatnya, padahal sudah kita ketahui bahwasanya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu?!

 

 

Disalin ulang dari: Kitab Minhajul Muslim Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jajairi Edisi Indonesia, Cetakan XV Jumadil ula 1437H/2016M, Darul Haq Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker