Pasal Kesepuluh :
Beriman Kepada Hari Kemudian
Seorang Muslim beriman bahwasanya kehidupan dunia ini mempunyai saat-saat di mana ia akan berakhir dan mempunyai hari terakhir yang tiada hari sesudahnya, lalu datang kemudian kehidupan berikutnya untuk kehidupan akhirat. Pada saat itu Allah Subhanallahu wa ta’ala membangkitkan kembali segenap makhluk dan menghimpun mereka semua untuk diadakan perhitungan (hisab) di mana orang-orang yang shalih diberi balasan kenikmatan abadi di dalam surga, sedangkan orang- orang yang durhaka (penuh dosa) diganjar dengan azab dan siksaan menghinakan di dalam neraka.
Ia juga beriman bahwasanya Hari Akhirat ini didahului oleh tanda-tanda Kiamat, seperti munculnya Dajjal, Ya’juj dan Ma’juj, turunnya Nabi Isa dari langit, keluarnya binatang melata (yang dapat berbicara), terbitnya matahari dari tempat terbenamnya (sebelah barat) dan tanda-tanda lainnya. Kemudian sangkakala (terompet raksasa) ditiup satu kali untuk kematian dan kebinasaan, lalu tiupan berikutnya untuk kebangkitan dan hidup kembali serta menghadap kepada Rabbul ‘Izzati Allah Subhanallahu wa ta’ala. Kemudian penyerahan kitab-kitab catatan amal masing-masing. Maka ada yang menerima kitab catatan amalnya dengan tangan kanannya dan ada pula yang mengambilnya dengan tangan kirinya.
Setelah itu disediakanlah mizan (timbangan amal) dan perhitungan amal (hisab) pun dilaksanakan, lalu jembatan terbentang di atas neraka menuju surga, dipancangkan hingga berakhirnya proses agung tersebut dengan menetapnya semua penghuni surga di surga dan peng- huni neraka di dalam neraka. Iman yang demikian itu diyakini karena dalil-dalil naqli dan ‘aqli berikut ini:
>Dalil-dalil Naqli
- Adanya berita dari Allah Subhanallahu wa ta’alatentang hal tersebut, sebagaimana FirmanNya,
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ، وَّيَبْقٰى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلٰلِ وَالْاِكْرَامِ
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabb- mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
(Ar-Rahman: 26-27).
Dan FirmanNya,
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَۗ اَفَا۟ىِٕنْ مِّتَّ فَهُمُ الْخٰلِدُوْنَ، كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”
(Al-Anbiya: 34-35).
Dan FirmanNya,
زَعَمَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ لَّنْ يُّبْعَثُوْاۗ قُلْ بَلٰى وَرَبِّيْ لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْۗ وَذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ
“Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah, ‘Tidak demikian, demi Rabbku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
(At-Taghabun: 7).
Dan FirmanNya,
اَلَا يَظُنُّ اُولٰۤىِٕكَ اَنَّهُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ، لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ، يَّوْمَ يَقُوْمُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
“Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam.”
(Al-Muthaffifin: 4-6).
Dan FirmanNya,
وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ قُرْاٰنًا عَرَبِيًّا لِّتُنْذِرَ اُمَّ الْقُرٰى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيْهِ ۗفَرِيْقٌ فِى الْجَنَّةِ وَفَرِيْقٌ فِى السَّعِيْرِ
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (Kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka.”
(Asy-Syura: 7),
Dan FirmanNya,
اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ زِلْزَالَهَا، وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ اَثْقَالَهَا، وَقَالَ الْاِنْسَانُ مَا لَهَا، يَوْمَىِٕذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَا، بِاَنَّ رَبَّكَ اَوْحٰى لَهَا، يَوْمَىِٕذٍ يَّصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا ەۙ لِّيُرَوْا اَعْمَالَهُمْ، فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ، وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)-nya, dan manusia bertanya, ‘Mengapa bumi (jadi begini),’ pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan walaupun seberat dzarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
(Az-Zalzalah: 1-8).
Dan FirmanNya,
هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ اَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ ۗيَوْمَ يَأْتِيْ بَعْضُ اٰيٰتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا اِيْمَانُهَا لَمْ تَكُنْ اٰمَنَتْ مِنْ قَبْلُ اَوْ كَسَبَتْ فِيْٓ اِيْمَانِهَا خَيْرًا
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyarwa mereka), atau kedatangan Rabbmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi diri- belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan sendiri yang nya kebaikan dalam masa imannya,”
(Al-An’am: 158).
Dan FirmanNya,
وَاِذَا وَقَعَ الْقَوْلُ عَلَيْهِمْ اَخْرَجْنَا لَهُمْ دَاۤبَّةً مِّنَ الْاَرْضِ تُكَلِّمُهُمْ اَنَّ النَّاسَ كَانُوْا بِاٰيٰتِنَا لَا يُوْقِنُوْنَ
“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami.”
(An- Naml: 82).
Firman-Nya juga,
حَتّٰىٓ اِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوْجُ وَمَأْجُوْجُ وَهُمْ مِّنْ كُلِّ حَدَبٍ يَّنْسِلُوْنَ، وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَاِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ اَبْصَارُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ يٰوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِيْ غَفْلَةٍ مِّنْ هٰذَا بَلْ كُنَّا ظٰلِمِيْنَ
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’ juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah kedatangan janji yang benar (hari berbangkit), maka tiba-tiba terbelalaklah mata orang-orang kafir. (Mereka berkata), ‘Aduhai, celakalah kami, sesungguhnya kami dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang zhalim’.”
(Al-Anbiya’: 96-97).
Dan FirmanNya,
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا اِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّوْنَ، وَقَالُوْٓا ءَاٰلِهَتُنَا خَيْرٌ اَمْ هُوَ ۗمَا ضَرَبُوْهُ لَكَ اِلَّا جَدَلًا ۗبَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُوْنَ، اِنْ هُوَ اِلَّا عَبْدٌ اَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنٰهُ مَثَلًا لِّبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ، وَلَوْ نَشَاۤءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَّلٰۤىِٕكَةً فِى الْاَرْضِ يَخْلُفُوْنَ، وَاِنَّهٗ لَعِلْمٌ لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُوْنِۗ هٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ
“Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya dan mereka berkata, ‘Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa).’ Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Isra il. Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat- malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya (turunnya) Isa itu pertanda akan datangnya Hari Kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang Kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.”
(Az-Zukhruf: 57-61).
Dan Allah berfirman,
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرٰى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ، وَاَشْرَقَتِ الْاَرْضُ بِنُوْرِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتٰبُ وَجِايْۤءَ بِالنَّبِيّٖنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ، وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ وَهُوَ اَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُوْنَ
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di buni kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu di lugi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannyya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahava (keadilan) Rabbnya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang felah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
(Az-Zumar: 68-70).
Dan FirmanNya mengenai al-Mizan (timbangan):
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حَاسِبِيْنَ
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada Hari Kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.”
(Al-Anbiya”: 47).
Dan FirmanNya tentang peniupan terompet raksasa, tentang diserahterimakannya kitab catatan amal, dan balasan surga atau neraka,
فَاِذَا نُفِخَ فِى الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَّاحِدَةٌ، وَّحُمِلَتِ الْاَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَّاحِدَةً، فَيَوْمَىِٕذٍ وَّقَعَتِ الْوَاقِعَةُ، وَانْشَقَّتِ السَّمَاۤءُ فَهِيَ يَوْمَىِٕذٍ وَّاهِيَةٌ، وَّالْمَلَكُ عَلٰٓى اَرْجَاۤىِٕهَاۗ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ ثَمٰنِيَةٌ، يَوْمَىِٕذٍ تُعْرَضُوْنَ لَا تَخْفٰى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ، فَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِيَمِيْنِهٖ فَيَقُوْلُ هَاۤؤُمُ اقْرَءُوْا كِتٰبِيَهْ، اِنِّيْ ظَنَنْتُ اَنِّيْ مُلٰقٍ حِسَابِيَهْ، فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍ، فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ، قُطُوْفُهَا دَانِيَةٌ، كُلُوْا وَاشْرَبُوْا هَنِيْۤـًٔا ۢبِمَآ اَسْلَفْتُمْ فِى الْاَيَّامِ الْخَالِيَةِ، وَاَمَّا مَنْ اُوْتِيَ كِتٰبَهٗ بِشِمَالِهٖ ەۙ فَيَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ لَمْ اُوْتَ كِتٰبِيَهْ، وَلَمْ اَدْرِ مَا حِسَابِيَهْ، يٰلَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ، مَآ اَغْنٰى عَنِّيْ مَالِيَهْ، هَلَكَ عَنِّيْ سُلْطٰنِيَهْ، خُذُوْهُ فَغُلُّوْهُۙ، ثُمَّ الْجَحِيْمَ صَلُّوْهُ، ثُمَّ فِيْ سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُوْنَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوْهُ، اِنَّهٗ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ الْعَظِيْمِ، وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِ
“Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah Kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arasy Rabbmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tiada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah). (Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, ‘Ambil- lah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan), ‘Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.’ Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata, ‘Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku. Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu, hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku.” (Allah berfirman), ‘Peganglah dia lalu. belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Mahabesar, dan juga tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin’.”
(Al-Haqqah: 13-34).
FirmanNya tentang al-Hasyr (penghimpunan di padang mahsyar),
فَوَرَبِّكَ لَنَحْشُرَنَّهُمْ وَالشَّيٰطِيْنَ ثُمَّ لَنُحْضِرَنَّهُمْ حَوْلَ جَهَنَّمَ جِثِيًّا، ثُمَّ لَنَنْزِعَنَّ مِنْ كُلِّ شِيْعَةٍ اَيُّهُمْ اَشَدُّ عَلَى الرَّحْمٰنِ عِتِيًّا، ثُمَّ لَنَحْنُ اَعْلَمُ بِالَّذِيْنَ هُمْ اَوْ لٰى بِهَا صِلِيًّا، وَاِنْ مِّنْكُمْ اِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلٰى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا، ثُمَّ نُنَجِّى الَّذِيْنَ اتَّقَوْا وَّنَذَرُ الظّٰلِمِيْنَ فِيْهَا جِثِيًّا
“Demi Rabbmu, sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama setan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut. Kemudian pasti akarn Kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Dzat Yang Maha Pemurah. Dan kemudian Kami sungguh lebih mengetahui orang-orang yang seharusnya dimasukkan ke dalam neraka. Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.”
(Maryam: 68-72).
- Berita dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang Hari Kiamat, seperti di dalam sabdanya,
لَا تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُوْلُ: يَا لَيْتَنِيْ كُنْتُ مَكَانَهُ
“Kiamat tidak akan datang sehingga seseorang melewati kuburan seseorang lalu ia mengatakan, ‘Duhai, sekiranya aku menempati posisinya (menjadi mayat)”. “Sesungguhnya Kiamat itu tidak akan terjadi sehingga muncullah sepuluh tanda-tanda: Amblasnya biumi di belahan timur, Amblasnya bumi di belahan barat dan Amblasnya bumi di Jazirah Arab, kabut, Dajjal, binatang melata, Ya’juj dan Ma’ juj, matahari terbit dari tempat ia terbenam, keluar api dari perut bumi kota Adn yang menghalau manusia dan turunnya Isa putra Maryam.”
Dan dalam sabdanya Shallallahu alaihi wa sallam,
يَخْرُجُ الدَّجَّالُ في أُمَّتي فيمكُثُ فيهم أربعينَ لا أدري أربعينَ يومًا أو أربعينَ عامًا أو أربعينَ ليلةً أو أربعينَ شهرًا فيبعَثُ اللهُ إليهم عيسى ابنَ مَريمَ كأنَّه عُروةُ بنُ مسعودٍ الثَّقفيُّ فيطلُبُه فيُهلِكُه ثمَّ يمكُثُ النَّاسُ بعدَه سبعَ سِنينَ ليس بَيْنَ اثنَيْنِ عداوةٌ ثمَّ يبعَثُ اللهُ ريحًا مِن قِبَلِ الشَّامِ فلا يبقى أحَدٌ في قلبِه مِثقالُ ذرَّةٍ مِن إيمانٍ إلَّا قبَضَتْه حتَّى لو أنَّ أحَدَكم كان في كبِدِ جَبَلٍ لدخَلَتْ عليه قد سمِعْتُها مِن رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ( ويبقى شِرارُ النَّاسِ في خِفَّةِ الطَّيرِ وأحلامِ السِّباعِ لا يعرِفونَ معروفًا ولا يُنكِرونَ مُنكَرًا فيتمثَّلُ لهم الشَّيطانُ فيأمُرُهم بالأوثانِ فيعبُدونَها وفي ذلكَ دارَّةٌ أرزاقُهم حسَنٌ عَيشُهم ثم يُنفَخُ في الصُّورِ فلا يسمَعُه أحَدٌ إلَّا أصغى ثمَّ لا يبقى أحَدٌ إلَّا صُعِق ثمَّ يُرسِلُ اللهُ مطَرًا كأنَّه الطَّلُّ أوِ الظِّلُّ ـ النُّعمانُ يشُكُّ ـ فتنبُتُ معه أجسادُ النَّاسِ ثم يُنفَخُ فيه أخرى فإذا هم قيامٌ ينظُرونَ ثمَّ يُقالُ : أيُّها النَّاسُ هلُمُّوا إلى ربِّكم {وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْؤُولُونَ} [الصافات: 24] ثمَّ يُقالُ : أخرِجوا مِن بَعْثِ أهلِ النَّارِ فيُقالُ : كم ؟ فيُقالُ : مِن كلِّ أَلْفٍ تِسعَمئةٍ وتِسعةً وتِسعينَ فيومَئذٍ يُبعَثُ الوِلدانُ شِيبًا ويومَئذٍ يُكشَفُ عن ساقٍ )
‘Dajjal akan keluar di tengah-tengah umatku dan ia akan tinggal selama empat puluh, lalu Allah membangkitkan Isa putra Maryam, ia mirip dengan wah bin Mas’ud. Maka Isa mencari Dajjal dan kemudian membunuhnya. Setelah itu manusia tinggal selama tujuh tahun tanpa ada permusuhan di antara mereka, kemiudian Allah meniupkan angin dingin dari arah negeri Syam, maka tiada seorang pun di muka bumi ini yang di dalam hatinya masih ada kebaikan atau iman melainkan pasti angin itu merenggut nyawanya, hingga sekiranya ada seorang kamu yang bersembunyi di rongga gunung sekalipun, niscaya angin itu masuk dan merenggut nyawanya, maka yang tersisa adalah manusia-manusia jahat yang tangkas (bagaikan) tangkasnya burung dan binatang buas, mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran. Lalu setan datang kepada mereka berbentuk manusia seraya berkata, kamu Apakah kalian mau memenuhi ajakanku?” Mereka menjawab, ‘Apa yang perintahkan kepnda kami?’ Lalu setan itu menyuruh mereka menyembah berhala, padahal harta kekayaan mereka berlimpah ruah, kehidupan mereka sejahtera. Kemudian ditiuplah sangkakala (oleh malaikat Israfil), dan tiada seorang pun yang mendengarnya melainkan menoleh melongokkan lehernya sambil mendengarkan. Dan orang pertama yang mendengarnya adalah seorang lelaki yang sedang membersihkan badan untanya. Rasulullah melanjutkan: In pun pingsan tersentak dan manusia pun pingsan tersentak pula. Setelah itu Allah menurunkan hujan seperti hujan gerimis yang dengannya jasad-jasad manusia tumbuh kembali. Lalu terompet (sangkakala) ditiup sekali lagi, maka dengan serta merta manusia bangkit sambil menunggu. Lalu dikatakan, ‘Hai manusia, mari pergi menuju Rabb (Tuhan Pencipta) kalian,’ dan (dikatakan kepada para malaikat), ‘Hentikanlah mereka (di hadapan Tuhan) karena mereka akan ditanya.’ Setelah itu diperintahkan, ‘Keluarkanlah bagian untuk neraka!’ Dikatakan, ‘Dari berapa?” Dijawab, ‘Dari setiap seribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan.’ Itulah hari yang mana anak-anak menjadi beruban dan itulah hari di mana betis disingkapkan.”
لَا تَقُوْمُ السَّاعةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ النَّاسِ.
“Hari Kiamat itu tidak akan terjadi kecuali pada manusia-manusia jahat.”
مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُوْنَ، ثُمَّ يُنْزِلُ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَيَنْبُتُوْنَ كَمَا يَنْبُتُ الْبَقَالُ ، وليس مِنَ الإِنسانِ شيءٌ إلَّا يبلَى إلَّا عظْمٌ واحدٌ وهُوَ عَجْبُ الذنَبِ ، منه خُلِقَ ، ومنهُ يُرَكَّبُ يومَ القِيامَةِ.
“Jarak waktu antara dua tiupan terompet itu adalah empat puluh, kemudian Allah menurunkan air dari langit, maka seluruh manusia tumbuh sebagaimana tumbuhnya sayuran. Tidak ada sesuatu pun dari jasad manusia melainkan hancur kecuali sepotong tulang, yaitu tulang ekornya, darinyalah semua manusia dicipta ulang pada Hari Kiamat.”
Sabda beliau ketika berkhutbah:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مَحْشُوْرُوْنَ إِلَى رَبِّكُمْ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا {كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْدًا عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا فَاعِلِينَ} ألَا وإنَّ أوَّلَ الخَلْقِ يُكسَى إبراهيمُ ألَا وإنَّه سيُجاءُ برِجالٍ مِن أُمَّتي فيُؤخَذُ بهم ذاتَ الشِّمالِ فأقولُ : يا ربِّ أصحابي أصحابي فيُقالُ : إنَّك لا تدري ما أحدَثوا بعدَكَ.
“Walhai sekalian manusia, sesungguhnya kalian pasti akan dihimpunkan di Padang Mahsyar di hadapan Rabb kalian dalam keadaan telanjang kaki, telanjang badan dan tidak bersunat. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya orang pertama yang diberi pakaian adalah Ibrahim Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya nanti akan didatangkan beberapa orang dari umatku, lalu mereka diseret ke kiri, maka pada saat itu aku berkata, “Ya Rabb, itu adalah para sahabatku.’ Maka Allah menjawab, ‘Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka lakukan sepeninggalmu’. “
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلُ عَنْ أَرْبَعَ: عَنْ عُمُرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ مَا عَمِلَ بِهِ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جَسَدِهِ فِيْمَ أَبْلَاهُ.
“Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat nanti sebelum ditanya tentang empat perkara: Tentang umurnya, untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya, apa saja yang ia lakukan dengamnya, tentang hartanya, dari mana ia mendapatkannya dan digunakan untuk apa saja, dan tentang jasadnya, untuk apa ia manfaatkan.”
حَوْضِيْ مَسِيْرَةُ شَهْرٍ، مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنَ اللَّبَنِ وَرِيْحُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ وَكِيْزَانُهُ كَنُجُوْمِ السَّمَاءِ، مَنْ شَرِبَ مِنْهَا لَا يَظْمَأُ أَبَدًا.
“Telagaku seluas perjalanan satu bulan, airnya lebih putih daripada air susu, aromanya lebih harum daripada minyak kasturi dan gayungnya bagai- kan bintang-bintang di langit. Barangsiapa yang minum dari air telaga itu, maka tidak akan haus selama-lamanya.”
Pernah pada suatu ketika Aisyah Radiyallahu ‘anha ingat tentang neraka, maka beliau menangis, lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya,
مَا يُبْكِيكِ؟ قَالَتْ: ذَكَرْتُ النَّارَ فَبَكَيْتُ . فهل تذكرون أهليكم يومَ القيامةِ ؟ فقال : أمَّا في ثلاثةِ مواطنَ فلا يذكُرْ أحدٌ أحدًا : عند الميزانِ حتَّى يعلمَ أيخِفُّ ميزانُه أم يثقُلُ ؟ وعند تَطايُرِ الصُّحفِ حتَّى يعلمَ أين يقعُ كتابُه في يمينِه أم في شمالِه أم وراءَ ظهرِه ؟ وعند الصِّراطِ إذا وضع بين ظهرَيْ جهنَّمَ حتَّى يجوزَ.
“Apa yang membuatmu menangis?” la menjawab, “Aku ingat tentang neraka, maka dari itu aku menangis. Apakah engkau akan ingat kepada keluargamu pada Hari Kiamat kelak?” Beliau menjawab, “Adapun pada tiga tempat berikut ini, tidak ada seorang pun yang ingat kepada siapa pun, yaitu ketika berada di sekitar Mizan (timbangan amal) sampai ia mengetahui apakah timbangan analnya ringan ataiu berat? (kedua), pada saat buku-buku catatan amal beterbangan sampai in mengetahui di mana buku catatan amalnya jatuh, apakah pada tangan kanannya atau pada tangan kirinya atau di belakangnya? (Ketiga), ketika berada di sekitar jembatan apabila telah dipancangkan di atas Neraka Jahanam hingga ia dapat melewatinya.”
لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ قَدْ دَعَاهَا أُمَّتَهُ، وَإِنِّيْ اخْتَبَأْتُ دَعْوَتِيْ شَفَاعَةً لِأُمَّتِيْ.
“Setiap nabi itu mempunyai satu doa yang telah ia panjatkan untuk umatnya. Dan sesungguhnya aku telah menyimpan doaku sebagai syafa’at bagi umatku.”
أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ وَ لَا فَخْرَ، وَلِوَاءُ الْحَمْدِ بِيَدِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ.
“Aku adalah pemuka ariak-cucu Adam, (perkataan ini) bukanlah kesombongan, aku orang pertama yang dibangkitkan dari bumi, (perkataan ini) bukanlah kesombongan, aku adalah orang pertama yang memberi syafa’at dan orang pertama yang syafa’atnya dikabulkan, (perkataan ini) bukanlah kesom- bongan; dan bendera al-Hamd (pujian) ada pada tanganku pada Hari Kiamat kelak; (perkataanku ini) bukanlah kesombongan.
مَنْ سَأَلَ الْجَنَّةَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَتِ الْجَنَّةُ: اَللّٰهُمَّ أَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَمَنِ اسْتَجَارَ مِنَ النَّارِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ قَالَتِ النَّارُ: اَللّٰهُمَّ أَجِرْهُ مِنَ النَّارَ.
“Barangsiapa yang memohon surga tiga kali, maka surga berkata, ‘Ya Allah, masukkanlah ia ke surga,’ dan barangsiapa yang memohon diselamatkan dari neraka tiga kali, maka neraka berkata, ‘Ya Allah, selamatkanlah ia dari neraka’.”
- Iman dan keyakinan yang kokoh jutaan para nabi, para rasul, para hukama (orang-orang bijak), para ulama dan para hamba Allah yang shalih kepada Hari Kemudian dan kepada segala apa yang berkaitan dengannya.
>Dalil-dalil ‘Aqli
- Kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali makhlukNya sesudah mereka mati, sebab menghidupkan kembali itu tidak lebih sulit daripada menciptakannya pertama kali tanpa ada contohnya.
- Tidak ada sesuatu pun yang ditolak oleh akal sehat tentang kebangkitan kembali dan pembalasan, sebab akal sehat itu tidak akan menolak kecuali dalam hal yang mustahil seperti adanya sesuatu yang berlawanan atau bertemunya dua hal yang bertentangan. Sedangkan kebangkitan (Kiamat) dan pembalasan sama sekali tidak termasuk dalam hal tersebut.
- Adanya hikmah (kebijaksanaan) Allah yang tampak pada perbuatan-perbuatanNya pada makhluk-makhlukNya dan yang tampak pada setiap aspek dan sendi kehidupan, dan kenyataan-kenyataan ini tidak mungkin kalau tidak ada kebangkitan (kehidupan) kembali bagi makhluk ini sesudah kematian mereka dan tidak mungkin kalau kehidupan ini berakhir lalu amal perbuatan baik atau buruk mereka tidak diberi pembalasan.
- Adanya kehidupan dunia dengan segala kenikmatan dan kesengsaraan yang ada di dalamnya adalah sebagai bukti akan adanya kehidupan lain sesudahnya di alam yang lain pula di mana di sana terdapat keadilan, kebaikan dan kesempurnaan, kebahagiaan dan kesengsaraan yang lebih besar dan lebih utama daripada yang sebelumnya, di mana kehidupan dunia dengan segala kenikmatan dan kesengsaraannya tidak sebanding dengan kehidupan sesudahnya kecuali sebagai gambaran dari satu istana dari istana-istana yang sangat besar atau suatu kebun dari kebun-kebun yang rindang yang berada di atas satu lembaran daun kecil.
Disalin ulang dari: Kitab Minhajul Muslim Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jajairi Edisi Indonesia, Cetakan XV Jumadil ula 1437H/2016M, Darul Haq Jakarta