BERITA

Tabligh Akbar Ustadz DR Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc

Catatan Tabligh Akbar Ustadz DR Muhammad Abduh Tuasikal, M.Sc
Tema : Dirinya dan Keluarganya Rugi Pada Hari Kiamat
Tempat : Masjid Assunnah Cirebon
1. Secara umum, ada kerugian-kerugian yang nanti akan dirasakan oleh sebagian manusia, di antara Allah menyebutkan di dalam surat Az-Zumar ayat 15 dan Surat Al-Kahfi ayat 103-104.
فَٱعْبُدُوا۟ مَا شِئْتُم مِّن دُونِهِۦ ۗ قُلْ إِنَّ ٱلْخَٰسِرِينَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْخُسْرَانُ ٱلْمُبِينُ
Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat”. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata. (QS Az-Zumar : 15)
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَٰلًا() ٱلَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. (QS Al-Kahfi : 103-104)
2. Imam Ibnu Katsir mengatakan : Sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyembah Allah bukan melalui jalan yang diridai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang ditempuhnya benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan amalnya ditolak.
3. Oleh karenanya, menjadi sesuatu yang sangat penting agar kita tidak menjadi orang-orang yang merugi. Yang pertama agar kita tidak menjadi golongan orang yang merugi adalah dengan menjadi pribadi-pribadi yang bertakwa.
Suatu ketika Abu Hurairah radhiyallahu anhu pernah ditanya tentang takwa. Lalu, Abu Hurairah bertanya balik, “Apakah engkau pernah melewati jalan yang penuh duri?” Orang tersebut menjawab, “Ya, pernah.”
Abu Hurairah bertanya lagi, “Apa yang engkau lakukan?”. Orang tersebut menjawab, “Jika melihat duri aku akan menghindar, melewati atau aku berhati-hati darinya.” Lalu, Abu Hurairah menjelaskan, “Itulah makna takwa.”
Imam Thalq bin Habib rahimahullah juga pernah mendefiniskan ketakwaan sebagai berikut :
“Beramal ketaatan kepada Allah berdasarkan petunjuk dari Allah dengan mengharap pahala Allah dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah berdasarkan petunjuk dari Allah dengan perasaan takut dari adzab Allah”.
Suatu ketika seseorang menulis surat kepada Ibnu Zubair, menyebutkan tentang tanda-tanda ketakwaan. Di antaranya : ridho dengan takdir Allah, sabar menghadapi ujian, bersyukur atas nikmat yang diberi, jujur dalam ucapan, menepati janji, membaca dan mengamalkan hukum-hukum yang ada dalam Al-Quran.
4. Perkara kedua yang bisa membuat seseorang terhindar dari kerugian adalah rajin berdoa dan curhat kepada Allah. Ketika Nabi Ya’qub mendapatkan kesulitan, Nabi Ya’qub langsung mengadukan kepada Allah, sebagaimana disebutkan dalam surat Yusuf.
قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ya’qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”. (QS Yusuf : 86)
5. Kemudian perkara ketiga yang bisa menyelamatkan seseorang adalah memperbanyak taubat dengan menunaikan segala syarat-syaratnya. Adapun syarat taubat Adalah ia berhenti dari kemaksiatan, menyesal atas kemaksiatan yang ia lakukan dan bertekad untuk tidak kembali kepada kemaksiatan tersebut.
Adapun jika dosa dan kesalahannya berkaitan dengan manusia, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jika kesalahannya terkait dengan harta, maka harta tersebut wajib dikembalikan
Jika dosanya berkaitan dengan kehormatan, semisal menggibah seseorang. Maka jika orang yang digibahi dikenal dengan orang yang mudah memaafkan, maka datangi dan minta maaf. Adapun jika dikhawatirkan hubungannya malah memburuk, maka doakan kebaikan untuk orang tersebut.
6. Keempat, hendaknya berbakti kepada orang tua dan menjaga silaturrahmi. Di dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturrahminya (HR Bukhari)
7. Perkara kelima yang bisa mengantarkan kepada kebahagiaan dan menghindarkan kerugian adalah bijak dalam menimbang prioritas dan maslahat.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :
لَيْسَ الْعَاقِلُ الَّذِي يَعْلَمُ الْخَيْرَ مِنْ الشَّرِّ وَإِنَّمَا الْعَاقِلُ الَّذِي يَعْلَمُ خَيْرَ الْخَيْرَيْنِ وَشَرَّ الشَّرَّيْنِ
“Orang yang cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang buruk. Akan tetapi, orang yang cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik dari dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan.”
8. Perkara keenam yaitu hendaknya seseorang memperbanyak rasa sabar, memaafkan dan mengalah.
وَإِن تَعْفُوا۟ وَتَصْفَحُوا۟ وَتَغْفِرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
‘’Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,’’ (QS At-Taghabun : 14)
9. Dan yang ketujuh hendaknya kita bijak mengabaikan kekurangan-kekurangan yang kecil (Taghaful)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan nasihat tentang mengabaikan perkara-perkara kecil, bahkan dalam situasi yang bisa dianggap lucu atau memalukan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menegur para sahabat tatkala mereka tertawa ketika mendengar kentut, sementara mereka juga mengalami hal serupa. “Mengapa kalian mentertawakan kentut yang kalian juga biasa mengalaminya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker