ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Al-Munaafiquun (Bagian 2)

Al-Munaafiquun, Ayat 5-8

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ لَوَّوْا رُءُوْسَهُمْ وَرَاَيْتَهُمْ يَصُدُّوْنَ وَهُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ، سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ اَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ اَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْۗ لَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ، هُمُ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ لَا تُنْفِقُوْا عَلٰى مَنْ عِنْدَ رَسُوْلِ اللّٰهِ حَتّٰى يَنْفَضُّوْاۗ وَلِلّٰهِ خَزَاۤىِٕنُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَفْقَهُوْنَ، يَقُوْلُوْنَ لَىِٕنْ رَّجَعْنَآ اِلَى الْمَدِيْنَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْاَعَزُّ مِنْهَا الْاَذَلَّ ۗوَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلٰكِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ

“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (beriman), agar Rasulullah memohonkan ampunan bagimu,” mereka membuang muka dan engkau lihat mereka berpaling dengan menyombongkan diri (5) Sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) mohonkan ampunan untuk mereka atau tidak engkau mohonkan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (6) Mereka yang berkata (kepada orang-orang Ansar), “Janganlah kamu bersedekah kepada orang-orang (Muhajirin) yang ada di sisi Rasulullah sampai mereka bubar (meninggalkan Rasulullah).” Padahal milik Allah-lah perbendaharaan langit dan bumi, tetapi orang-orang munafik itu tidak memahami (7) Mereka berkata, “Sungguh, jika kita kembali ke Madinah (kembali dari perang Bani Mustalik), pastilah orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari sana.” Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (8)

Penolakan Orang-Orang Munafik Akan Permohonan Ampunan Rasulullah Bagi Mereka Dan Penolakan Mereka Untuk Berinfaq Kepada Kaum Muhajirin Yang Ada Di Sisi Rasulullah

Allah Subhanallahu wa ta’ala mengabarkan tentang sikap orang-orang munafik -semoga mereka dilaknat Allah- bahwa mereka, { وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ تَعَالَوْا يَسْتَغْفِرْ لَكُمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ لَوَّوْا رُءُوْسَهُمْ} “Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah (beriman), agar Rasulullah memintakan. bagimu,’ maka mereka membuang muka.” Mereka menghalang-halangi dan menolak apa yang diserukan kepada mereka, karena sombong dan meremehkannya. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَرَاَيْتَهُمْ يَصُدُّوْنَ وَهُمْ مُّسْتَكْبِرُوْنَ} “Dan kamu lihat mereka berpaling sedang mereka menyombongkan diri.”

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala membalas sikap mereka, seraya berfirman, { سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ اَسْتَغْفَرْتَ لَهُمْ اَمْ لَمْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْۗ لَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَهُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ} “Sama saja bagi mereka, kamu mintakan ampunan atau tidak kamu mintakan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik,” sebagaimana yang disebutkan pada surat at-Taubah (yakni ayat 80). Penjelasan dan hadits yang menyebutkan tentang hal itu telah dipaparkan di sana.

Tidak sedikit dari ulama Salaf yang menyebutkan bahwa ayat ini menceritakan tentang ‘Abdullah bin Ubay bin Salul yang sebentar lagi akan dijelaskan riwayat-riwayatnya, insya Allah dan hanya kepada-Nya kita yakin dan menyerahkan diri.

Di dalam kitab Siirah-nya, Muhammad bin Ishaq berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, setelah kembali dari perang Uhud, [beliau hendak khutbah di hari Jum’at]. Dan ‘Abdul- lah bin Ubay bin Salul -sebagaimana yang dikabarkan oleh Ibnu Syihab az-Zuhri- memiliki kedudukan tertentu setiap Jum’at. Dia tidak mengingkari kemuliaan yang dinobatkan bagi dirinya dan kaumnya. Apabila pada hari Jum’at Rasulullah hendak berkhutbah, dia pun berdiri seraya berkata, ‘Saudara-saudara sekalian, ini Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah berada di antara kalian. Allah Subhanallahu wa ta’ala telah memuliakan dan mengangkat derajat kalian dengannya, oleh karena itu dukunglah beliau, dengarkanlah dan taatlah kepadanya.

Kemudian waktu berlalu hingga terjadilah perang Uhud. Di perang itu ‘Abdullah bin Ubay menarik sepertiga tentara kaum muslimin untuk pulang kembali (ke Madinah). [Sekembalinya dari perang Uhud], ia pun berdiri (di hari Jum’at) untuk melakukan apa yang biasa ia lakukan sebelumnya, namun orang-orang pun menarik pakaiannya dari berbagai sisi, seraya berkata, ‘Duduklah wahai musuh Allah! Kamu tidak berhak melakukannya (lagi) karena perbuatan yang telah kamu lakukan (di perang Uhud).

Maka sambil melewati orang-orang dia pun keluar seraya ber-kata, ‘Demi Allah, seolah-olah saya ini telah mengatakan kejelekan, padahal apa yang saya katakan adalah untuk mempertegas posisinya.’

Di pintu masjid dia bertemu dengan laki-laki Anshar. Mereka berkata, ‘Hei, ada apa denganmu?’ Dia berkata, ‘Saya berdiri untuk mempertegas posisinya, tapi tiba-tiba beberapa orang Sahabatnya menarik bajuku dan berbuat kasar terhadapku, seolah-olah saya telah mengatakan keburukan tentangnya, padahal saya hanya mempertegas posisinya.’ Mereka berkata, ‘Lancang kamu, kembalilah (jangan keluar), agar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memohonkan ampun untukmu.’ Dia berkata, ‘Demi Allah, aku tidak mengharapkan dia memohonkan ampun untukku.”

Qatadah dan as-Suddi berkata, “Ayat ini turun tentang ‘Abdullah bin Ubay, yaitu ketika salah seorang anak dari kerabatnya pergi menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan keadaannya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun memanggil ‘Abdullah bin Ubay. Ternyata ia bersumpah bahwa dirinya tidak melakukan seperti apa yang kabarkan kepada beliau. Orang-orang Anshar pun mendatangi anak itu dan mencelanya, maka Allah Subhanallahu wa ta’ala pun menurunkan ayat tersebut, sehingga ada yang berkata tentang musuh Allah ini, Jika ia mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam maka dia akan menggeleng-gelengkan kepalanya, seakan-akan ia berkata, ‘Bukan saya pelakunya.'”

Dari Ibnu Ishaq, Yunus bin Bukair, ia berkata, “Muhammad bin Yahya bin Hibban, ‘Abdullah bin Abi Bakar, ‘Ashim bin ‘Umar bin Qatadah, mereka telah berkata kepadaku tentang kisah Bani Mushthaliq: Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tinggal sesaat di sana, berteng- karlah Jahjah bin Sa’id al-Ghiffari -yang pada saat itu ia sebagai pegawai Umar bin al-Khaththab-dengan Sinan bin Wabar. Mereka memperebutkan saluran air.”

Ibnu Ishaq berkata, “Muhammad bin Hibban menceritakan kepadaku tentang dua orang yang berebut air sampai berkelahi. Sinan berkata, “Wahai sekalian kaum Anshar!’ dan Jahjah pun berkata, “Wahai sekalian kaum Muhajirin! Sementara itu Zaid bin Arqam dan beberapa kaum Anshar sedang berada di tempat ‘Abdullah bin Ubay.

Ketika dia (‘Abdullah bin Ubay) mendengar kejadian itu, dia berkata, “Mereka (kaum Muhajirin) telah mengadakan pemberontakan di negeri kita. Demi Allah, perumpamaan kita dengan orang- orang Quraisy ini adalah seperti perkataan seseorang ‘Gemukkan anjingmu maka ia akan menggigitmu’. Demi Allah, bila kita kembali ke kota Madinah niscaya orang-orang yang kuat benar-benar akan mengusir yang lemah darinya.’ Kemudian ‘Abdullah bin Ubay menghadap kaumnya yang ada didekatnya seraya berkata, “Apa yang kalian perbuat untuk diri kalian sendiri? Apakah kalian menghalalkan negeri kalian untuk mereka dan kalian bagi harta benda kalian untuk mereka. Demi Allah, sekiranya kalian tidak melakukannya niscaya mereka akan pergi ke negeri yang lain.

Ungkapan itu didengar oleh Zaid bin Arqam Radiyallahu ‘anhu, maka dia pun menyampaikannya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan ‘Umar bin al- Khaththab sedang bersama beliau. Ketika dia menyampaikan kabar tersebut, “Umar bin al-Khaththab Radiyallahu ‘anhu berkata, “Wahai Rasulullah, perintahkan ‘Abbad bin Bisyr untuk memenggal lehernya.’ Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun bersabda:

فَكَيْفَ إِذَا تَحَدَّثَ النَّاسُ يَا عُمَرُ، أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ؟ لَا، وَلَكِنَّ نَادِ يَا عُمَرُ فِي الرَّحِيْلِ

“Wahai Umar, lalu bagaimana jika orang-orang mengatakan bahwa Muhammad telah membunuh para Sahabatnya (sendiri)? Tidak, tapi panggillah wahai Umar orang-orang yang terlibat.”

Ketika Abdullah bin Ubay mengetahui bahwa kejadian itu telah sampai kepada Rasulullah, dia pun memohon ampun kepada beliau dan bersumpah bahwa dirinya tidak mengatakan seperti apa yang dikabarkan oleh Zaid bin Arqam.

Pada saat itu ‘Abdullah bin Ubay memiliki kedudukan di antara kaumnya, maka kaumnya pun berkata, “Wahai Rasulullah, mungkin saja anak muda ini (Zaid bin Arqam) mendengar dengan samar-samar, dan ia tidak mantap mendengar apa yang dikatakan laki-laki itu.”

Rasulullah pun pergi secara terang-terangan (menunjukan sikap ketidakpuasan). Beliau pergi (setelah menyelesaikan sengketa) di saat yang tidak biasanya beliau lakukan.

Lalu beliau bertemu dengan Usaid bin al-Hudhair. Dia memberi salam kepada beliau seraya berkata, ‘Demi Allah, Anda bepergian di saat yang tidak biasanya Anda lakukan.’ Beliau pun bersabda: “Tidakkah kamu mendengar apa yang telah dikatakan oleh Saha- batmu bernama Ibnu Ubay? Dia telah mengatakan apabila dia yang masuk Madinah maka orang-orang yang kuat akan mengeluarkan orang-orang yang lemah.”

Usaid berkata, ‘Wahai Rasulullah, Andalah dialah yang lemah.’ Kemudian dia berkata, ‘Kasihanilah dia wahai Rasulullah. Demi Allah, Allah telah mengutusmu (ke Madinah) di saat kami sedang menyusun batu-batu perhiasan untuk kami pakaikan padanya sebagai mahkota, maka dia mengira bahwa Anda telah yang kuat dan merampas miliknya.’

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun berkeliling kepada orang-orang sehari se- malam hingga pagi menyingsing. Di waktu dhuha pada hari berikutnya beliau menemui orang-orang untuk mengetahui pendapat mereka (perihal perkataan Ubay tersebut). Beliau tidak menemukan perubahan pada mereka dan akhirnya turunlah surat al-Munaa- fiquun.”

Al-Hafizh Abu Bakar al-Baihaqi telah meriwayatkan dari Amr bin Dinar, ia berkata: “Saya telah mendengar Jabir bin ‘Abdillah berkata, “Suatu saat kami perang bersama Rasulullah, tiba-tiba seorang laki-laki dari kaum Muhajirin menendang seorang laki-laki dari kaum Anshar dari arah belakang (tidak sengaja), maka orang Anshar itu berkata, ‘Wahai sekalian kaum Anshar (bantu aku)! Dan orang Muhajirin itu berkata, ‘Wahai sekalian kaum Muhajirin! Ketika mendengarnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  pun bersabda:

مَا بَالُ دَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ؟ دَعُوْهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ

“Mengapa kalian tetap saja memegang seruan Jahiliyyah (yakni fanatisme golongan)? Tinggalkan adat jahiliyyah itu karena itu adalah bau busuk.”

Abdullah bin Ubay bin Salul berkata, “Mereka telah melakukannya. Demi Allah, apabila kami kembali ke Madinah niscaya orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah.”

Jabir berkata, “Dahulu, ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang ke Madi- nah, kaum Anshar lebih banyak daripada kaum Muhajirin, kemudian setelah itu kaum Muhajirin pun bertambah banyak.” “Umar berkata, “Biarkan saya memenggal leher orang munafik ini.” Nabi pun bersabda: “Biarkan dia, jangan sampai orang-orang berkata bahwa Muhammad telah membunuh para Sahabatnya.” Riwayat di atas juga dikemukakan oleh Imam Ahmad. Juga telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.” Ikrimah, Ibnu Zaid dan yang lainnya menyebutkan bahwa ketika orang-orang kembali (dari perang bani Musthaliq) ke Madinah, “Abdullah bin ‘Abdillah bin Ubay bin Salul (yakni anaknya ‘Abdul- lah bin Ubay, yang bukan munafiq) berdiri di gerbang pintu Madinah sambil menghunuskan pedang dan orang-orang melewatinya. Ketika bapaknya (yakni ‘Abdullah bin Ubay) datang, dia berkata, “Mundur!” Bapaknya berkata, “Ada apa denganmu?” Dia berkata, “Demi Allah, kamu tidak boleh melewati gerbang ini (masuk ke kota Madinah) kecuali mendapat izin Rasulullah, karena beliaulah kuat dan kamu yang yang lemah.”

Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang -seperti biasanya, jika kembali, maka beliau berada di barisan belakang-, ‘Abdullah bin Ubay mengeluhkan tingkah anaknya kepada beliau, maka anaknya berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah dia tidak boleh masuk kecuali mendapat izin dari Anda.” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun mengizinkannya, maka “Abdullah (sang anak) berkata, “Karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah mengizinkanmu maka sekarang silakan masuk.”

Diriwayatkan oleh Abu Bakar ‘Abdullah bin az-Zubair al- Hamidi dalam Musnad-nya, dari Abu Harun al-Madiniy, ia ber- kata, “Abdullah bin ‘Abdillah bin Ubay bin Salul (sang anak yang mukmin sejati) berkata kepada bapaknya, ‘Demi Allah, kamu tidak akan bisa masuk Madinah sebelum mengatakan ‘Rasulullah adalah yang kuat dan saya yang lemah.’ Dia pun mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya mendengar isu bahwa Anda ingin membunuh bapakku. Demi Dzat Yang telah mengutusmu membawa kebenaran, saya tidak takut kepadanya. Apabila Anda menginginkan, saya akan membawa kepalanya kepada Anda karena sesungguhnya saya benci melihat pembunuh bapaku (yakni biar saya sendiri yang menghabisinya, jangan orang lain),”

Al-Munaafiquun, Ayat 9-11

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ، وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ، وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi (9) Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), “Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.” (10) Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (11)

Anjuran Untuk Bershadaqah Sebelum Mati

Allah Subhanallahu wa ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk memperbanyak dzikir kepada-Nya. Dia melarang mereka disibukkan oleh perkara anak dan harta, sehingga lupa mengingat-Nya. Allah Subhanallahu wa ta’ala mengabarkan bahwa orang yang disibukkan dengan keduniaan dan perhiasannya dari ketaatan dan mengingat Rabb-nya, maka dia termasuk orang-orang yang benar-benar rugi, di mana ia telah merugikan diri dan keluarganya di akhirat.

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala mendorong mereka untuk berinfaq di jalan- Nya, seraya berfirman,

وَاَنْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

“Dan infaqkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata: Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bershadaqah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?”

Menjelang mati, setiap orang yang melampaui batas pasti akan menyesali perbuatan yang telah ia lakukan. Ia minta agar umurnya diperpanjang walaupun hanya sebentar, untuk bisa melaksanakan apa-apa yang telah ditinggalkannya. Yang lalu telah berlalu dan akan datang pasti terjadi. Semuanya (akan mendapatkan balasan) sesuai dengan kelalaiannya.

Adapun keadaan orang-orang kafir, maka sebagaimana firman Allah,

وَاَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيْهِمُ الْعَذَابُۙ فَيَقُوْلُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رَبَّنَآ اَخِّرْنَآ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۙ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَۗ اَوَلَمْ تَكُوْنُوْٓا اَقْسَمْتُمْ مِّنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِّنْ زَوَالٍ

“Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari Gyang pada waktu itu) datang adzab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zhalim: Ya Rabb kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rasul-Rasul. (Kepada mereka dikatakan): Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahrwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?”
(QS. Ibrahim: 44)

Juga firman-Nya,

حَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ لَعَلِّيْٓ اَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا تَرَكْتُ كَلَّاۗ اِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَاۤىِٕلُهَاۗ وَمِنْ وَّرَاۤىِٕهِمْ بَرْزَخٌ اِلٰى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya Rabb-ku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan.’ Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.”
(QS. Al-Mu’-minun: 99-100)

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ } “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Maksudnya, Allah tidak akan memberikan penangguhan kepada siapa pun jika ajalnya telah tiba. Allah Maha Mengetahui tentang siapa saja orang yang jujur dalam perkataan dan permohonannya. Dan Dia pun Maha Mengetahui siapa saja yang kalau dikembalikan lagi ke dunia niscaya ia akan kembali kepada keadaannya yang bu- ruk di masa lalu. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ } “Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kerjakan.”

Demikianlah akhir penafsiran surat al-Munaafiquun. Hanya bagi-Nya segala pujian dan anugerah dan hanya dari-Nya petunjuk dan perlindungan.

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker