ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Al-Munaafiquun (Bagian 1)

Tafsir Surat Al-Munaafiquun

( Orang-Orang Munafik )

Surat Madaniyyah

Surat Ke-63 : 11 Ayat

 

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Al-Munaafiquun, Ayat 1-4

اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ ۘوَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ ۗوَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَ، اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ، ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ، وَاِذَا رَاَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ اَجْسَامُهُمْۗ وَاِنْ يَّقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْۗ كَاَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ۗيَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْۗ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۗ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ ۖاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ

“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta (1) Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan (2) Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti (3) Dan apabila engkau melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berkata, engkau mendengarkan tutur-katanya. Mereka seakan-akan kayu yang tersandar [Mereka diumpamakan seperti kayu yang tersandar, maksudnya untuk me- nyatakan sifat mereka yang buruk meskipun tubuh mereka bagus-bagus dan mereka pandai berbicara, akan tetapi sebenarnya otak mereka adalah ko- song tak dapat memahami kebenaran]. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka; Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari kebenaran)?.” (4)

Keadaan Orang-Orang Munafiq Dan Sikap Mereka Yang Tidak Menentu

Allah Subhanallahu wa ta’ala mengabarkan tentang orang-orang munafiq bahwasa- nya mereka itu berbicara yang manis-manis tentang Islam hanya di hadapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, adapun dalam bathin mereka tidak seperti itu, justru sebaliknya. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {اِذَا جَاۤءَكَ الْمُنٰفِقُوْنَ قَالُوْا نَشْهَدُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُ اللّٰهِ } “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah’,”yakni ketika mereka mendatangimu dan menghadapkan wajah mereka kepadamu, mereka akan bersikap manis. Padahal keadaan mereka itu tidak seperti apa yang mereka katakan. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala dalam susunan kalimat ini, menyelipkan pernyataan bahwa beliau adalah utusan-Nya, seraya berfirman, {وَاللّٰهُ يَعْلَمُ اِنَّكَ لَرَسُوْلُهٗ} “Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya.”

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {وَاللّٰهُ يَشْهَدُ اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ لَكٰذِبُوْنَ} “Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta,” yakni terhadap kabar yang mereka berikan, meskipun kabar itu sesuai dengan yang dilihat, karena sesungguhnya mereka sendiri tidak meyakini kebenaran dan kejujuran perkataan mereka. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala mendustakan mereka karena keyakinan mereka yang rapuh itu.

Firman-Nya, {اِتَّخَذُوْٓا اَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ} “Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. “Maksudnya, mereka menyelamatkan diri dari manusia dengan menggunakan sumpah palsu agar orang lain memercayai dan mengira bahwa mereka adalah orang muslim.

Boleh jadi banyak orang yang mengikuti apa yang mereka perbuat dan membenarkan apa yang mereka katakan, Padahal sebenarnya, dalam bathinnya mereka terus-menerus menimbulkan kemadharatan bagi Islam dan kaum muslimin. Dengan demikian hal itu akan menimbulkan kemadharatan yang sangat besar terhadap banyak manusia, oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اِنَّهُمْ سَاۤءَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ} “Lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnyya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.”

Firman-Nya, {ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ اٰمَنُوْا ثُمَّ كَفَرُوْا فَطُبِعَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُوْنَ} “Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti.” Mereka ditetapkan sebagai orang munafik karena mereka kembali kepada kekafiran dan mengganti petunjuk dengan kesesatan. Allah Subhanallahu wa ta’ala pun akhirnya mengunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mengerti. Artinya, petunjuk itu tidak akan masuk ke hati mereka dan kebaikan akan mereka terima. Mereka tidak memiliki kesadaran atas itu semua dan mereka tidak mendapatkan petunjuk.

Firman-Nya Subhanallahu wa ta’ala, {وَاِذَا رَاَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ اَجْسَامُهُمْۗ وَاِنْ يَّقُوْلُوْا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ} “Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka.”Mereka berpenampilan menarik dan fasih berbicara. Orang yang mendengarkan pembicaraannya akan tertarik karena keindah- an bahasanya (balaghah-nya yang tinggi).

Namun meskipun demikian, mereka itu sebenarnya berada pada puncak kelemahan, keraguan, kegelisahan, kekhawatiran dan sikap pengecut. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {يَحْسَبُوْنَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ} “Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka,” yakni setiap kali terjadi sesuatu, mereka mengira bahwa sesuatu itu ditimpakan kepada mereka, sebagaimana firman-Nya,

اَشِحَّةً عَلَيْكُمْ ۖ فَاِذَا جَاۤءَ الْخَوْفُ رَاَيْتَهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ تَدُوْرُ اَعْيُنُهُمْ كَالَّذِيْ يُغْشٰى عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِۚ فَاِذَا ذَهَبَ الْخَوْفُ سَلَقُوْكُمْ بِاَلْسِنَةٍ حِدَادٍ اَشِحَّةً عَلَى الْخَيْرِۗ اُولٰۤىِٕكَ لَمْ يُؤْمِنُوْا فَاَحْبَطَ اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْۗ وَكَانَ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرًا

“Mereka bakhil terhadapmu. Maka apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang ter- balik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah bilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”
(QS. Al-Ahzaab: 19)

Mereka itu hanyalah muka-muka yang masam dan raut-raut wajah yang hampa tanpa makna. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْۗ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ} “Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka, semoga Allah mem- binasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” Yakni, bagaimana mungkin mereka dapat berpaling dari kebenaran menuju kesesatan?

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:

إنَّ لِلْمُنَافِقِينَ عَلَامَاتٍ يُعرَفونَ بِها تحيَّتُهم لَعنةٌ وطعامُهم وغنيمتُهم غُلولٌ لا يأتون المساجدَ إلَّا هُجرًا ولا يأتون الصَّلاةَ إلَّا دُبرًا وخُشبٌ باللَّيلِ سُخُبٌ بالنَّهارِ

“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu memiliki tanda-tanda yang dengannya mereka dapat dikenali, (yakni): salam penghormatan mereka adalah laknat, makanan mereka adalah barang harta rampasan perang mereka adalah kecurangan, rampasan, mereka tidak mendekati masjid, (sebaliknya), mereka malah meninggalkannya, mereka tidak melaksanakan shalat melainkan di akhir waktu, mereka bersikap sombong, tidak mau berteman (kecuali dengan yang semisalnya) dan tidak mau diajak berteman, pada malam hari mereka seperti kayu (yakni tidak mau shalat dan berdzikir di malam hari) dan mereka ribut di siang hari.” Satu kesempatan Yazid (salah seorang rawi hadits) berkata, “Seperti anak kecil di siang hari.”

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker