Tafsir Surat Al-Insaan {Bagian 2}
Al-Insaan, Ayat 13-22
مُّتَّكِـِٕيْنَ فِيْهَا عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِۚ لَا يَرَوْنَ فِيْهَا شَمْسًا وَّلَا زَمْهَرِيْرًا، وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلٰلُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوْفُهَا تَذْلِيْلًا، وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِاٰنِيَةٍ مِّنْ فِضَّةٍ وَّاَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيْرَا، قَوَارِيْرَا۟ مِنْ فِضَّةٍ قَدَّرُوْهَا تَقْدِيْرًا، وَيُسْقَوْنَ فِيْهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيْلًا، عَيْنًا فِيْهَا تُسَمّٰى سَلْسَبِيْلًا، وَيَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۚ اِذَا رَاَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَّنْثُوْرًا، وَاِذَا رَاَيْتَ ثَمَّ رَاَيْتَ نَعِيْمًا وَّمُلْكًا كَبِيْرًا، عٰلِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَّاِسْتَبْرَقٌۖ وَّحُلُّوْٓا اَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍۚ وَسَقٰىهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُوْرًا، اِنَّ هٰذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاۤءً وَّكَانَ سَعْيُكُمْ مَّشْكُوْرًا
“Di sana mereka duduk bersandar di atas dipan, di sana mereka tidak melihat (merasakan teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang berlebihan (13) Dan naungan (pepohonan)nya dekat di atas mereka dan dimudahkan semudah-mudahnya untuk memetik (buah)nya (14) Dan kepada mereka diedarkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kristal (15) kristal yang jernih terbuat dari perak, mereka tentukan ukurannya yang sesuai (dengan kehendak mereka) (16) Dan di sana mereka diberi segelas minuman bercampur jahe (17) (Yang didatangkan dari) sebuah mata air (di surga) yang dinamakan Salsabil (18) Dan mereka dikelilingi oleh para pemuda yang tetap muda. Apabila kamu melihatnya, akan kamu kira mereka, mutiara yang bertaburan (19) Dan apabila engkau melihat (keadaan) di sana (surga), niscaya engkau akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar (20) Mereka berpakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan memakai gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih (dan suci) (21) Inilah balasan untukmu, dan segala usahamu diterima dan diakui (Allah).”(22)
[Dipan-Dipan Surga]
Allah mengabarkan tentang keadaan penghuni Surga dan ke- nikmatan langgeng yang mereka peroleh serta karunia agung yang Dia limpahkan kepada mereka. Dia berfirman, { مُّتَّكِـِٕيْنَ فِيْهَا عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ} “Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan. “Penjelasan tentang hal itu telah disebutkan dalam tafsir surat ash-Shaaffaat. Di sana juga disebutkan perbedaan pendapat tentang bertelekan, apakah itu berbaring, bersandar, bersila atau duduk santai. Diterangkan pula di sana tentang dipan-dipan di Surga, yakni ranjang-ranjang pengantin penduduk Surga.
[Di Surga, Mereka Tidak Merasa Panas Atau Dingin]
Firman-Nya, { لَا يَرَوْنَ فِيْهَا شَمْسًا وَّلَا زَمْهَرِيْرًا} “Mereka tidak merasa- kan di dalamnya (terikinya) matahari dan tidak pula dingin yang ber- sangatan. “Mereka tidak merasakan panas yang menyengat dan dingin yang mencekam. Mereka hanya merasakan kehangatan dan kenya- manan yang kekal lagi abadi, sehingga mereka tidak menginginkan tempat yang lain.
Dahan Dan Ranting Yang Dekat
Firman-Nya, { وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلٰلُهَا} “Dan naungan (pohon-pohon Surga itu) dekat di atas mereka,” yakni ranting-rantingnya dekat kepada mereka. { وَذُلِّلَتْ قُطُوْفُهَا تَذْلِيْلًا} “Dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya,” yakni di saat mereka membutuhkannya, maka dahannya akan mendekat kepadanya dan ia turun dari tempat yang tinggi seolah-olah ia adalah pendengar yang patuh. Ini sebagaimana firman-Nya di ayat yang lain, { وَجَنَا الْجَنَّتَيْنِ دَانٍ} “Dan buah-buahan kedua Surga itu dapat (dipetik) dari dekat,” (QS. Ar-Rahmaan: 54) dan firman-Nya, { قُطُوْفُهَا دَانِيَةٌ} “Buah-buahannya dekat.” (QS. Al- Haaqqah: 23)
Mujahid berkata, “(Firman-Nya) ‘dan buahnya dimudahkan me- metiknya semudah-mudahnya,’ yakni ketika dia berdiri maka buah- buahan itu akan menyesuaikan. Apabila dia duduk maka buah-bua- han itu akan merendah hingga mudah dipetik. Dan bila dia berbaring maka buah-buahan itu semakin merendah agar mudah digapai. Inilah maksud firman-Nya, { تَذْلِيْلًا} “Semudah-mudahnya.” Qatadah ber- kata, “(Yakni) tangan mereka tidak terhalang oleh duri atau jarak yang jauh.”
Bejana Dan Piala Perak
Firman-Nya, { وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِاٰنِيَةٍ مِّنْ فِضَّةٍ وَّاَكْوَابٍ} “Dan diedarkan kepada mereka bejana bejana dari perak dan piala piala. “Yakni, para pelayan itu mengelilingi mereka dengan membawa bejana-bejana makanan yang terbuat dari perak dan piala-piala minuman, yaitu gelas tanpa gagang.
Firman-Nya, { قَوَارِيْرَا قَوَارِيْرَا۟ مِنْ فِضَّةٍ} “Yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak. “Lafazh qawaariiraa (kaca- kaca) pada ayat ke-15 adalah di-nashab-kan karena merupakan khabar kaana. Sedangkan pada ayat ke-16 di-nashab-kan sebagai badal atau tamyiz, karena, Allah (lalu) menjelaskannya dengan firman-Nya, { قَوَارِيْرَا۟ مِنْ فِضَّةٍ} “(Yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak.”
Ibnu ‘Abbas , Mujahid, al-Hasan al-Bashri dan yang lain- nya berkata, “(Yakni) seputih perak dan sebening kaca.” Qawaariir (piala-piala) itu tidak terbuat kecuali dari kaca. Walaupun gelas-gelas
ini terbuat dari perak, namun ia bening sehingga dalamnya tampak dari luar, dan ini tiada tandingnya di dunia.
Firman-Nya, { قَدَّرُوْهَا تَقْدِيْرًا} “Yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya, “yakni sesuai dengan kadar hilangnya rasa haus mereka, tidak lebih dan tidak kurang. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbass, Mujahid, Sa’id bin Jubair, Abu Shalih, Qatadah, Ibnu Abza, “Abdullah bin Ubaid bin ‘Umair, Qatadah, asy-Sya’bi, Ibnu Zaid, Ibnu Jarir dan yang lainnya.” Ini menunjukkan bahwa penduduk Surga benar-benar mendapatkan perhatian, kemuliaan dan penghormatan yang mendalam.
Minuman Jahe Dan Salsabil
Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَيُسْقَوْنَ فِيْهَا كَأْسًا كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيْلًا} “Di dalam Surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe,”yakni orang-orang taat itu diberi minum dengan gelas-gelas tersebut.
Firman Allah, { كَأْسًا} “Segelas minuman,” yakni khamr, {كَانَ مِزَاجُهَا زَنْجَبِيْلًا}”Yang campurannya adalah jahe. “Terkadang minuman mereka dicampur dengan kaafuur yang dingin dan terkadang dicampur dengan jahe yang hangat, sehingga jadilah minuman itu seimbang. Minuman orang-orang taat itu terkadang dicampur dengan ini dan terkadang dicampur dengan itu. Adapun muqarrabun (orang- orang dekat), maka mereka meminumnya dari masing-masing secara murni. Demikianlah pendapat Qatadah dan yang lainnya.
Sebelumnya telah disebutkan firman-Nya, { عَيْنًا يَّشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللّٰه } “(Yaitu) mata air (dalam Surga) yang daripadanya hamba-hamba Allah minum.” (QS. Al-Insaan: 6) dan di sini Allah berfirman, { عَيْنًا فِيْهَا تُسَمّٰى سَلْسَبِيْلًا } (Yang didatangkan dari) sebuah mata air Surga yang dinamakan Salsabil.”Yakni jahe, yang keluar dari mata air di Surga yang bernama Salsabil.
‘Ikrimah berkata, “(Yakni) nama mata air di Surga.” Mujahid berkata, “Dinamakan Salsabil karena alirannya yang lancar dan arus- nya yang deras.”
Anak-Anak Dan Pelayan-Pelayan
Firman-Nya, { وَيَطُوْفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُّخَلَّدُوْنَۚ اِذَا رَاَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَّنْثُوْرًا } “Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan. “Yakni, para penghuni Surga dikelilingi anak-anak muda dari Surga untuk melayani mereka.
Firman Allah , {مُّخَلَّدُوْنَ} “Yang tetap muda,” yakni tetap pada satu keadaan, tidak berubah, dan umur mereka pun tidak bertambah. Ada yang menafsirkan bahwa mereka mengenakan anting di telinga mereka. Penafsiran ini hanya mengungkapkan makna kemudaan dengan menyebutkan anting di telinga mereka, karena anak kecil-lah yang cocok menggunakannya, bukan orang-orang dewasa.
Firman-Nya, { اِذَا رَاَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَّنْثُوْرًا } “Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan,” yakni bertebaran melayani para penghuni Surga. Ini dikarenakan jumlah mereka yang sangat banyak, dengan wajah yang cerah, kulit yang putih, serta pakaian dan perhiasan yang indah. Dengan demikian kalian akan menganggap mereka mutiara yang bertebaran. Tidak ada perumpamaan yang lebih indah dari perumpamaan ini, dan tidak ada pemandangan yang lebih indah daripada mutiara yang bertebaran di tempat yang baik.
Firman-Nya, { وَاِذَا رَاَيْتَ } “Dan apabila kamu melihat,” wahai Muhammad. “Di sana,” yakni di Surga, yang penuh dengan kenikmatan, keluasan, ketinggian dan kegembiraan serta kesenang- an yang ada di dalamnya. { رَاَيْتَ نَعِيْمًا وَّمُلْكًا كَبِيْرًا } “Niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.” Yakni, kerajaan Allah di sana sangatlah besar dan kekuasaan-Nya pun sangatlah megah.
Telah diriwayatkan secara shahih dalam ash-Shahiih bahwa Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman kepada orang terakhir yang keluar dari Neraka
dan yang terakhir masuk Surga:
إِنَّ لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَ عَشْرَةَ أَمْثَالِهَا
“Sesungguhnya untukmu seperti dunia dan sepuluh kali lipat darinya.”
Apabila pemberian Allah terhadap orang terendah di Surga adalah seperti ini, maka bagaimana dengan orang yang kedudukan- nya lebih tinggi dan lebih mulia di sisi-Nya?
Pakaian Dan Perhiasan Ahli Surga
Firman-Nya, { عٰلِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَّاِسْتَبْرَقٌ } “Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal,”yakni pakaian penghuni Surga adalah sutera yang jenis yang bernilai tinggi seperti baju dan lainnya yang dikenakan di badan. Ada juga yang tebal berkilauan, yang dipakai di bagian luar.
Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {وَّحُلُّوْٓا اَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ}”Dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, “ini adalah sifat orang-orang yang patuh dan taat. Adapun muqarrabuun (orang-orang dekat), maka sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya, { يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيْهَا حَرِيْرٌ } “Mereka diberi perhias- an dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera. ” (QS. Faathir: 33)
Ketika Allah Subhanallahu wa ta’ala menyebutkan perlengkapan lahiriyah, yaitu sutera dan perhiasan, maka setelahnya Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَسَقٰىهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُوْرًا } “Dan Rabb mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih,” yakni yang menyucikan bathin mereka dari kedengkian, dendam, kebencian, keburukan dan semua akhlak tercela. Ini sebagaimana yang kami riwayatkan dari Amirul Muk- minin ‘Ali bin Abi Thalib yang berkata, “Apabila para peng- huni Surga tiba di pintu Surga, di sana mereka akan menemukan dua mata air. Seolah-olah mereka diilhami untuk itu. Maka mereka pun minum dari salah satunya sehingga Allah Subhanallahu wa ta’ala menghilangkan segala yang tidak baik yang ada di dalam perut mereka. Kemudian mereka mandi dari mata air yang lainnya, maka keindahan nikmat Surga mengalir pada diri mereka. Allah Subhanallahu wa ta’ala mengabarkan tentang keadaan lahiriyah dan keindahan batin mereka.”
Firman-Nya, { اِنَّ هٰذَا كَانَ لَكُمْ جَزَاۤءً وَّكَانَ سَعْيُكُمْ مَّشْكُوْرًا } “Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan). “Hal itu dikatakan kepada mereka untuk menghormati dan menghargai kebaikan mereka, sebagaimana firman-Nya, { كُلُوْا وَاشْرَبُوْا هَنِيْۤـًٔا بِمَآ اَسْلَفْتُمْ فِى الْاَيَّامِ الْخَالِيَةِ } “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (QS. Al-Haaqqah: 24) dan firman-Nya, { وَنُوْدُوْٓا اَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُ اُوْرِثْتُمُوْهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ } “Dan diserukan kepada mereka, Itulah Surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Al-A’raaf: 43)”
Firman-Nya, { وَّكَانَ سَعْيُكُمْ مَّشْكُوْرًا} “Dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan),”yakni Allah membalas amalan kalian yang sedikit dengan balasan yang banyak.
Al-Insaan, Ayat 23-31
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ تَنْزِيْلًا، فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ اٰثِمًا اَوْ كَفُوْرًا، وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا، وَمِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهٗ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيْلًا، اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ يُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُوْنَ وَرَاۤءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيْلًا، نَحْنُ خَلَقْنٰهُمْ وَشَدَدْنَآ اَسْرَهُمْۚ وَاِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَآ اَمْثَالَهُمْ تَبْدِيْلًا، اِنَّ هٰذِهٖ تَذْكِرَةٌ ۚ فَمَنْ شَاۤءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًا، وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا، يُّدْخِلُ مَنْ يَّشَاۤءُ فِيْ رَحْمَتِهٖۗ وَالظّٰلِمِيْنَ اَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu (Muhammad) secara berangsur-angsur (23) Maka bersabarlah untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka (24) Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang (25) Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari (26) Sesungguhnya mereka (orang kafir) itu mencintai kehidupan (dunia) dan meninggalkan hari yang berat (hari akhirat) di belakangnya (27) Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka. Tetapi, jika Kami menghendaki, Kami dapat mengganti dengan yang serupa mereka (28) Sungguh, (ayat-ayat) ini adalah peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) tentu dia mengambil jalan menuju kepada Tuhannya (29) Tetapi kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali apabila Allah kehendaki Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana (30) Dia memasukkan siapa pun yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya (surga). Adapun bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.”(31)
Keterangan Tentang Diturunkannya Al-Qur-An Serta Perintah Bersabar Dan Berdzikir
Allah berfirman menjelaskan nikmat-Nya kepada Rasul-Nya dalam bentuk al-Qur-an agung yang diturunkan kepadanya, { فَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ} “Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabb-mu.” Yakni, sebagaimana Kami telah memuliakanmu dengan firman-Ku, maka bersabarlah dalam menerima Qadha dan Qadar-Nya. Ketahuilah bahwa Allah akan menata urusanmu dengan penataan yang baik.
Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, { وَلَا تُطِعْ مِنْهُمْ اٰثِمًا اَوْ كَفُوْرًا } “Dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka,”yakni janganlah mematuhi orang-orang kafir atau munafik yang ingin menghalangi dakwahmu, akan tetapi sampaikanlah risalah Rabb-mu dan bertawakallah kepada-Nya, karena Dia akan menjagamu dari manusia. Yang dimaksud dengan orang berdosa adalah orang yang jahat perbuatannya. Adapun orang kafir yakni yang ingkar hatinya.
Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, { وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا} “Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang,” yakni di awal dan akhir siang.
Firman-Nya, { وَمِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهٗ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيْلًا } “Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada Nya dan bertasbiblah kepada- Nya pada bagian yang panjang di malam hari,” seperti firman-Nya, { وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَافِلَةً لَّكَۖ عَسٰٓى اَنْ يَّبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُوْدًا } “Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Israa’: 79) Dan firman-Nya, { يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًا نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًا اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًا} “Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (vaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Qur-an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzammil: 1-4)
Celaan Atas Kecintaan Terhadap Dunia Dan Peringatan Terhadap Kehadiran Hari Kebangkitan
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman mencela orang-orang kafir dan yang sama dengan mereka yang mencintai dunia, berkonsentrasi ke- padanya, memfokuskan diri kepadanya dan meninggalkan akhirat di balik punggung mereka. { اِنَّ هٰٓؤُلَاۤءِ يُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُوْنَ وَرَاۤءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيْلًا } “Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memedulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat,” yakni hari Kiamat.
Kemudian Allah berfirman, { نَحْنُ خَلَقْنٰهُمْ وَشَدَدْنَآ اَسْرَهُمْ } “Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka.” Ibnu ‘Abbas , Mujahid dan yang lainnya berkata, “Yakni postur mereka,”
Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {وَاِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَآ اَمْثَالَهُمْ تَبْدِيْلًا} “Apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka,” yakni jika Kami menghendaki maka Kami akan membangkitkan mereka pada hari Kiamat, mengganti mereka dan mengembalikan mereka dalam bentuk baru. Ini menjadi dalil adanya kebangkitan (di hari Kiamat) dengan menyebutkan penciptaan pertama.
Ibnu Zaid dan Ibnu Jarir berkata, “(Maksud firman-Nya), ‘Apabila Kami mengbendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka,’ yakni jika Kami berkehendak maka Kami akan mendatangkan kaum selain mere- ka.” Penafsiran ini sebagaimana firman-Nya, { اِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ اَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِاٰخَرِيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى ذٰلِكَ قَدِيْرًا } “Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia da- tangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Maha Kuasa berbuat demikian.” (QS. An-Nisaa’: 133) Dạn sebagaimana firman-Nya, { اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّۗ اِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيْدٍ وَّمَا ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ بِعَزِيْزٍ } “Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sukar bagi Allah. “(QS. Ibrahim: 19-20)
Al-Qur-An Adalah Peringatan Dan Petunjuk Dengan Taufik Allah
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { اِنَّ هٰذِهٖ تَذْكِرَةٌ} “Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan,” yakni surat ini adalah peringatan. { فَمَنْ شَاۤءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًا } “Maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Rabb-nya.” Jalan di sini yakni jalur yang ditempuhnya. Maksudnya barangsiapa menghendaki kebaikan, maka ia akan mengambil al-Qur-an sebagai petunjuknya. Ini sebagaimana firman-Nya, { وَمَاذَا عَلَيْهِمْ لَوْ اٰمَنُوْا بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ} “Apakah kemudharatannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian?” (QS. An-Nisaa’: 39)
Kemudian Allah berfirman, { وَمَا تَشَاۤءُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ} “Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah,” yakni tidak seorang pun mampu memberi petunjuk kepada dirinya, kecuali dikehendaki Allah . Tidak pula ia masuk ke dalam keimanan kecuali dengan kehendak Allah . Dan tidak pula ia dapat menghadirkan manfaat untuk dirinya, { اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا } “Kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. “Dia Maha mengetahui orang yang berhak menerima petunjuk, lalu Dia memudahkan orang ini untuk mendapatkannya. Dan Allah pun menyediakan sebab-sebab untuk mendapatkan petunjuk itu. Dia pun mengetahui siapa yang berhak menerima kesesatan, maka Dia pun memalingkannya dari hidayah. Dan Allah memiliki hikmah yang mendalam dan hujjah yang kokoh atas segala ketentuan-keten- tuannya. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيْمًا حَكِيْمًا} “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { يُّدْخِلُ مَنْ يَّشَاۤءُ فِيْ رَحْمَتِهٖۗ وَالظّٰلِمِيْنَ اَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا اَلِيْمًا } “Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (Surga). Dan bagi orang-orang zhalim disediakan-Nya adzab yang pedih.” Yakni, Dia Subhanallahu wa ta’ala memberikan petunjuk dan kesesatan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka tidak ada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.
Inilah akhir tafsir surat al-Insaan. Segala puji dan karunia hanya milik Allah.
Disalin ulang dari: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta