Tafsir Surat Ath-Thaariq
Tafsir Surat Ath-Thaariq
( Yang Datang di Malam Hari )
Surat Makkiyyah
Surat Ke-86 : 17 Ayat
Keutamaan Surat Ath-Thaariq
An-Nasa’i meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, “Mu’adz shalat maghrib, ia membaca surat al-Baqarah dan surat an-Nisaa’. Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
أَفَتَّانٌ أَنْتَ يَا مُعَاذُ؟ مَاكَانَ يَكْفِيكَ أنْ تَقْرَأَ بِالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ، وَ الشَّمْسِ وَضُحَاهَا، وَنَحوِهَا؟
“Apakah engaku hendak menjadi tukang fitnah wahai Mu’adz? Cukuplah engkau membaca surat ath-Thaariq dan surat asy-Syams atau surat semacamnya.”
بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ
Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
ATH-THAARIQ, AYAT 1-10
وَالسَّمَاۤءِ وَالطَّارِقِ، وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الطَّارِقُ، النَّجْمُ الثَّاقِبُ، اِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ، فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ، خُلِقَ مِنْ مَّاۤءٍ دَافِقٍ، يَّخْرُجُ مِنْۢ بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَاۤىِٕبِ، اِنَّهٗ عَلٰى رَجْعِهٖ لَقَادِرٌ، يَوْمَ تُبْلَى السَّرَاۤىِٕرُ، فَمَا لَهٗ مِنْ قُوَّةٍ وَّلَا نَاصِرٍ
“Demi langit dan yang datang pada malam hari (1) Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (2) (yaitu) bintang yang bersinar tajam (3) setiap orang pasti ada penjaganya (4) Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan (5) Dia diciptakan dari air (mani) yang terpancar (6) yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada (7) Sungguh, Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup setelah mati) (8) Pada hari ditampakkan segala rahasia (9) maka manusia tidak lagi mempunyai suatu kekuatan dan tidak (pula) ada penolong.” (10)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Bersumpah Bahwa Manusia Pasti Diliputi Oleh Aturan Penjagaan Allah
Allah Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan langit dan bintang-bintang yang bersinar di atasnya. Karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman {وَالسَّمَاۤءِ وَالطَّارِقِ} “Demi langit dan yang datang pada malam.”
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman {وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا الطَّارِقُ} “Dan tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu?” Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menafsirkannya dengan firman-Nya,” yaitu bintang yang bersinar tajam.” Qatadah dan yang lainnya berkata, “Bintang disebut dengan kata طَارِقٌ karena bintang hanya bisa dilihat pada malam hari, tidak bisa terlihat pada siang hari.” Hal ini dipertegas dengan hadis sahih bahwa seseorang dilarang mendatangi keluarganya di malam hari (طَرُوقًا). Maksudnya, mendatangi mereka secara tiba-tiba di malam hari.
Selanjutnya firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala {الثَّاقِبُ} “Yang bersinar tajam.” Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma menafsirkannya sebagai berikut, “yakni yang bersinar” ‘Ikrimah menafsirkannya, “Yakni, bintang itu bersinar terang dan membakar syaitan.”
Selanjutnya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman [sebagai jawaban dari sumpah-Nya], bahwa {اِنْ كُلُّ نَفْسٍ لَّمَّا عَلَيْهَا حَافِظٌ} “Setiap orang pasti ada penjaganya.” Yakni, Setiap individu pasti ada malaikat penjaga yang diutus oleh Allah untuk menjaganya dari marabahaya. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, {لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ} “Baginya manusia ada malaikat malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. ” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Bagaimana Manusia Diciptakan, Merupakan Bukti Kekuasaan Allah Untuk Menghidupkannya Kembali Setelah Mati
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman {فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ مِمَّ خُلِقَ} “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apa dia diciptakan.” Ayat ini menjadi peringatan bagi manusia bahwa asal-usul nya penciptaannya adalah lemah, yakini dari air mani. ayat ini pun menjadi petunjuk bagi manusia agar ia mengakui hari kebangkitan. Hal ini karena Dzat yang mampu menghidupkan manusia kali pertama, Sudah barang tentu lebih mampu untuk menghidupkannya kembali (setelah kematiannya).
Hal ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala {وَهُوَ الَّذِيْ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ وَهُوَ اَهْوَنُ عَلَيْهِ} “Dan Dia-lah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali. Dan itu lebih mudah baginya. ” (QS. Ar-Ruum: 27)
Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, {خُلِقَ مِنْ مَّاۤءٍ دَافِقٍ} “Dia diciptakan dari air mani yang terpancar.” Yakni, air mani yang keluar memancar dari laki-laki dan perempuan, hingga lahirlah anak dari mereka dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,” Yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada. ” Yakni, tulang punggung laki-laki dan tulang dada perempuan.
Syabib bin Bisyr berkata dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma “Yang keluar dari antara tulang punggung (sulbi) dan tulang dada.” Yakni, tulang punggung laki-laki dan tulang dada perempuan yang berwarna kuning encer. Anak tidak terbentuk kecuali dari kedua jenis air tersebut.
Selanjutnya, firman Allah subhanahu wata’ala {اِنَّهٗ عَلٰى رَجْعِهٖ لَقَادِرٌ} “Sungguh, Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya menghidupkannya setelah mati. “Dia berkuasa untuk mengembalikan manusia yang dia ciptakan pertama kali dari air mani yang terpancar titik Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkuasa menghidupkannya kembali dan membangkitkannya menuju alam akhirat, karena Dzat yang mampu menghidupkan pertama kali, tentu lebih mampu menghidupkannya kembali. Dan sungguh Allah Subhanahu Wa Ta’ala sudah banyak menyebutkan dalil tersebut dalam ayat-ayat Al Qur’an.
Tidak Ada Kekuatan Dan Pertolongan Bagi Manusia Di Hari Kiamat
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, {يَوْمَ تُبْلَى السَّرَاۤىِٕرُ} “Pada hari dinampakkan segala rahasia.” Maksudnya, amal perbuatan yang tersembunyi akan nampak dengan terang dan jelas. Segala perbuatan yang dirahasiakan akan terbuka, diketahui orang banyak.
Dalam Kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan dari riwayat Ibnu ‘Umar bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
يَرْفَعُ لِكُلِّ غَادِرٍ لِوَاءٌ عِنْدَ اسْتِهِ، يُقَالُ: هَـٰذِهِ غَدْرَةُفُلَانِ بْنِ فُلَانٍ
“Bagi setiap pengkhianat akan diangkat sebuah Panji dipantatnya, lalu dikatakan kepadanya, inilah pengkhianatan Fulan bin Fulan.”
Selanjutnya firman Allah subhanahu wa taala {فَمَا لَهٗ} “Maka sekali-kali tidak ada baginya itu,” yakni bagi manusia pada hari kiamat,” {مِنْ قُوَّةٍ} “Suatu kekuatan pun,” di dalam dirinya, {وَّلَا نَاصِرٍ} “Dan tidak pula seorang penolong, ” dari luar dirinya. Maksudnya, ia tidak mampu menyelamatkan dirinya dari adzab Allah, dan tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya.
ATH-THAARIQ, AYAT 11-17
وَالسَّمَاۤءِ ذَاتِ الرَّجْعِ، وَالْاَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ، اِنَّهٗ لَقَوْلٌ فَصْلٌ، وَّمَا هُوَ بِالْهَزْلِ، اِنَّهُمْ يَكِيْدُوْنَ كَيْدًا، وَّاَكِيْدُ كَيْدًا، فَمَهِّلِ الْكٰفِرِيْنَ اَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا
“Demi langit yang mengandung hujan (11) dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan (12) sungguh, (Al-Qur’an) itu benar-benar firman pemisah (antara yang hak dan yang batil) (13) dan (Al-Qur’an) itu bukanlah sendagurauan (14) Sungguh, mereka (orang kafir) merencanakan tipu daya yang jahat (15) Dan Aku pun membuat rencana (tipu daya) yang jitu (16) Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir itu. Berilah mereka itu kesempatan untuk sementara waktu.” (17)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Bersumpah Atas Kebenaran Alquran Dan Kegagalan Orang-Orang Yang Menentangnya
Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata, “lafazh اَلرَّجْعُ yakni hujan.” Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma juga, “Lafazh اَلرَّجْعُ yakni air hujan yang terdapat dalam awan.” Ia juga menafsirkan ayat, {وَالسَّمَاۤءِ ذَاتِ الرَّجْعِ } “Demi langit yang mengandung hujan,” yakni mengandung hujan, kemudian menurunkannya.
Qatadah menafsirkannya, “Yakni, menurunkan rezeki para hamba setiap tahun. Seandainya rezeki tidak turun, maka mereka menjadi binasa dan binatang ternak pun akan mati.”
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala, {وَالْاَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ } “Dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan,” ditafsirkan oleh Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma, “Yakni menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.” Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, Abu Malik, adh-Dhahhak, al-Hasan, Qatadah, as-Suddi dan yang lainnya juga menafsirkan demikian.
Selanjutnya firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala {اِنَّهٗ لَقَوْلٌ فَصْلٌ } “Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar Firman yang memisahkan (antara yang hak dan yang bathil).” Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma menafsirkan qaulun fashl, “Yakni Al-Quran itu adalah kebenaran.” Qatadah juga menafsirkannya demikian. ada juga yang menafsirkan qaulun fashl dengan hukum yang adil.
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala { وَّمَا هُوَ بِالْهَزْلِ } “Dan sekali-kali bukanlah dia (Al Quran itu) senda gurau.” Yakni, Al-Quran itu benar-benar merupakan suatu kebenaran yang sesungguhnya.”
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberitahukan tentang orang-orang kafir, bahwa mereka mendustakan kebenaran Al-Quran dan menghalang-halangi manusia untuk mengikuti jalannya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman {اِنَّهُمْ يَكِيْدُوْنَ كَيْدًا} “Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Yakni mereka membuat tipu daya dengan menyeru manusia untuk menentang Al-Quran.
Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman {فَمَهِّلِ الْكٰفِرِيْنَ} “Karena itu beri tangguhlah orang-orang kafir itu.” Yakni tunggulah mereka dan jangan terburu-buru menghadapi mereka. {اَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا} “Yaitu dari tangguhkanlah mereka itu barang sebentar.” Yakni dalam waktu yang sangat singkat. Maksudnya, engkau wahai Muhammad akan melihat bagaimana Aku menimpakan hukuman berupa adzab dan siksaan serta kebinasaan bagi mereka.
Ini sebagaimana firman Allah subhanahu wa taala { نُمَتِّعُهُمْ قَلِيْلًا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ اِلٰى عَذَابٍ غَلِيْظٍ} “Kami Biarkan mereka bersenang-senang sebentar kemudian kami paksa mereka masuk ke dalam siksa yang keras.” (QS. Luqman: 24)
Demikianlah akhir tafsir surat ath-Thaariq. Hanya milik Allah Subhanallahu wa ta’ala lah segala puji dan anugerah.
Disalin ulang dari: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta