ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Az-Zalzalah

Tafsir Surat Az-Zalazah

( Kegoncangan )

Surat Makkiyyah

Surat Ke-99 : 8 Ayat

 

KEUTAMAAN SURAT AZ-ZALZALAH

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Bacakanlah untukku, wahai Rasulullah.’ Beliau bersabda kepadanya:

{اقْرَأْ ثَلَاثًا مِنْ ذَاتِ {الر

“Bacalah tiga kali dari surat-surat yang diawali dengan alif laam ra’.”

Maka orang itu berkata kepada beliau, “Umurku sudah tua, hatiku sudah mengeras, dan lidahku sudah berat.” Beliau bersabda:

{فَاقْرَأْ مِنْ ذَاتِ {حم

“Maka bacalah surat-surat yang diawali dengan haa’ miim.”

Namun laki-laki itu mengulang ucapannya yang pertama. Beliau bersabda:

اقْرَأْ ثَلَاثًا مِنَ الْمُسَبِّحَاتِ

“Bacalah tiga kali surat-surat yang mengandung tasbih.”

Namun laki-laki itu tetap mengulangi ucapannya yang pertama. Lalu laki-laki itu berkata, “Akan tetapi, wahai Rasulullah, bacakanlah untukku suatu surat yang menyeluruh.” Maka beliau membacakan surat al-Zalzalah untuknya. Setelah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam selesai membacanya, laki-laki itu berkata, “Demi Dzat yang mengutusmu sebagai Nabi dengan membawa kebenaran, aku tidak akan menambahkan atasnya selama-lamanya.” Kemudian laki-laki itu pergi. Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

أَفْلَحَ الرُّوَيْجِلُ أَفْلَحَ الرُّوَيْجِلُ

“Sungguh beruntung orang itu, beruntung sekali orang itu.”

Kemudian Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Hadirkan orang itu kepadaku.” Maka orang tersebut datang, dan beliau bersabda kepadanya:

أمرْتُ بِيَوْمِ الْأَضْحَى جَعَلَهُ اللَّهُ عِيدًا لِهَذِهِ الْأُمَّةِ

“Aku diperintahkan untuk melakukan kurban, semoga Allah menjadikannya sebagai hari Raya umat ini.”

Lalu orang itu berkata kepada beliau, “Bagaimana menurutmu jika aku hanya memiliki domba betina, bolehkah aku berkurban dengannya?” Beliau bersabda:

لَا وَلَكِنَّكَ تَأْخُذُ مِنْ شِعْرِكَ، وَتُقَلِّمُ أَظْفَارَكَ، وَتَقُصُّ شَارِبَكَ، وَتَحْلِقُ عَانَتَكَ، فَذَاكَ تَمَامُ أُضْحِيَتِكَ عِنْدَ اللَّهِ

“Tidak, akan tetapi kamu cukup memangkas rambutmu, memotong kuku-kukumu, mencukur kumismu dan bulu kemaluanmu. Demikian itulah kesempurnaan kurbanmu di sisi Allah Subhanallahu wa ta’ala.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa-i.

____________________________________________________________________

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

“Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”

 

AZ-ZALZALAH, AYAT 1-8

اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ زِلْزَالَهَا، وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ اَثْقَالَهَا، وَقَالَ الْاِنْسَانُ مَا لَهَا، يَوْمَىِٕذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَا، بِاَنَّ رَبَّكَ اَوْحٰى لَهَا، يَوْمَىِٕذٍ يَّصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا لِّيُرَوْا اَعْمَالَهُمْ، فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ، وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ

Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat,(1) dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,(2) Dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi pada bumi ini?”(3) Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,(4) karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya.(5) Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya.(6) Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya,(7) dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.(8)

KONDISI BUMI DAN MANUSIA KETIKA HARI KIAMAT TIBA

Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma menafsirkan ayat, {اِذَا زُلْزِلَتِ الْاَرْضُ زِلْزَالَهَا} “Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat.” Yakni bumi bergerak dari bawah. {وَاَخْرَجَتِ الْاَرْضُ اَثْقَالَهَاۙ} “dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,” yakni bumi melontarkan semua mayat yang terdapat di dalamnya. Beberapa kalangan ulama Salaf mengatakan demikian.

Ayat tersebut serupa dengan firman Allah Subhanallahu wa ta’ala,

{يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْۚ اِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ} “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu; sungguh, guncangan (hari) Kiamat itu adalah suatu (kejadian) yang sangat besar.” (QS. Al-Hajj: 1) Dan seperti firman-Nya, {وَاِذَا الْاَرْضُ مُدَّتْ وَاَلْقَتْ مَا فِيْهَا وَتَخَلَّتْ} “Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.” (QS. Al-Insyiqaaq: 3-4)

Muslim meriwayatkan dalam Shahiih-nya dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

 

تَقيء الْأَرْضُ أَفْلَاذَ كَبِدِهَا أَمْثَالَ الْأُسْطُوَانِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، فَيَجِيءُ الْقَاتِلُ فَيَقُولُ: فِي هَذَا قَتَلْتُ، وَيَجِيءُ الْقَاطِعُ فَيَقُولُ: فِي هَذَا قَطَعتُ رَحِمِي، وَيَجِيءُ السَّارِقُ فَيَقُولُ: فِي هَذَا قُطِعت يَدِي، ثُمَّ يَدَعُونه فَلَا يَأْخُذُونَ مِنْهُ شَيْئًا

“Bumi mengeluarkan semua isi perutnya seperti piring-piring emas dan perak. Maka datanglah pembunuh, lalu ia mengatakan, “Karena inilah aku membunuh.” Dan datanglah orang yang memutuskan persaudaraan, lalu ia berkata, “Karena inilah aku memutuskan hubungan persaudaraan.” Dan datanglah pencuri, lalu berkata, “Karena inilah tanganku terpotong.” Kemudian mereka membiarkannya dan tidak mengambil sesuatu pun darinya.”

Selanjutnya firman Allah Subhanallahu wa ta’ala {وَقَالَ الْاِنْسَانُ مَا لَهَا} “Dan manusia bertanya, ‘Apa yang terjadi pada bumi ini?’” Manusia tidak percaya ketika bumi bergoncang, karena sebelumnya bumi ini tenang, diam dan kokoh sementara dia tinggal di permukaannya. Namun tiba-tiba saja keadaan berbalik. Bumi bergoncang dengan hebat dan dahsyat. Sungguh telah tiba waktunya, apa yang telah dijanjikan oleh Allah Subhanallahu wa ta’ala pada bumi, berupa goncangan hebat yang tidak bisa dihindari lagi. Kemudian bumi melontarkan seluruh mayat dari kalangan orang-orang terdahulu dan orang-orang yang datang kemudian. Ketika manusia itu tidak mempercayai hal itu bisa terjadi, dan bumi diganti dengan bumi yang lain, begitu juga dengan langit. Mereka bermunculan dari dalam perut bumi untuk menghadap Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

Selanjutnya firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {يَوْمَىِٕذٍ تُحَدِّثُ اَخْبَارَهَا} “Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,” yakni bumi memberitahukan tentang apa yang telah diperbuat oleh manusia di permukaannya.

Imam Ahmad, at-Tirmidzi dan Abu ‘Abdirrahman an-Nasa’i meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat ini, “Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya,” beliau bersabda:

أَتَدْرُونَ مَا أَخْبَارُهَا؟

“Tahukah kalian apa beritanya?”

Para Sahabat menjawab, “Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau bersabda:

فَإِنَّ أَخْبَارَهَا أَنَّ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ وَأَمَةٍ بِمَا عَمِل عَلَى ظَهْرِهَا، أَنْ تَقُولَ: عَمِلَ كَذَا وَكَذَا، يَوْمَ كَذَا وَكَذَا، فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا

“Sesungguhnya beritanya adalah bahwa bumi bersaksi tentang apa yang telah diperbuat oleh setiap manusia di muka bumi, dengan mengatakan bahwa orang ini telah berbuat begini dan begitu, pada hari begini dan begitu. Begitulah berita yang disampaikan oleh bumi.” Kemudian at-Tirmidzi berkata, “Hadits shahih gharib.

Selanjutnya, firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {بِاَنَّ رَبَّكَ اَوْحٰى لَهَا} “karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) padanya.” Al-Bukhari berkata, “Kalimat اَوْحٰى لَهَا dan اَوْحٰى إِلَيْهَا  dan وَحْىٌ لَهَا dan وَحْىٌ إِلَيْهَا itu satu makna.” Demikian juga Ibnu ‘Abbas berkata, “Kalimat اَوْحٰى لَهَا yakni اَوْحٰى إِلَيْهَا .” Yang jelas kalimat tersebut mengandung makna “memberikan izin kepadanya.”

Syabib bin Bisyr berkata dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma tentang ayat, “Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya.” Dia berkata, “Yakni, Allah berfirman kepada bumi, ‘Katakanlah,’ maka bumi pun berkata (menyampaikan beritanya).” Menafsirkan اَوْحٰى لَهَا Mujahid berkata, “Yakni Allah Subhanallahu wa ta’ala memerintahkan bumi agar terbelah.”

Selanjutnya firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {يَوْمَىِٕذٍ يَّصْدُرُ النَّاسُ اَشْتَاتًا} “Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan berkelompok-kelompok.” Yakni manusia kembali dari tempat hisab masing-masing secara berkelompok-kelompok dan bermacam-macam. Ada yang sengsara, karena orang ini diperintahkan menuju Neraka. Ada pula yang berbahagia, karena diperintahkan menuju Surga. As-Suddi berkata, “Lafazh اَشْتَاتًا artinya secara bergolong-golongan.

Selanjutnya firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {لِيُرَوْا اَعْمَالَهُمْ} “Untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya.” Yakni, agar mereka dibalas sesuai dengan amal mereka masing-masing pada waktu di dunia.  Amal baik dibalas baik, dan amal buruk dibalas buruk.

BALASAN TERHADAP SETIAP PERBUATAN SEKECIL APAPUN

Karena itu, Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman,

{ فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ } “Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”

Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

الْخَيْلُ لِثَلَاثَةٍ: لِرَجُلٍ أَجْرٌ، وَلِرَجُلٍ سِتْرٌ، وَعَلَى رَجُلٍ وِزْرٌ؛ فَأَمَّا الَّذِي لَهُ أَجْرٌ، فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأَطَالَ طَيلها فِي مَرْجٍ أَوْ رَوْضَةٍ، فَمَا أَصَابَتْ فِي طِيَلِهَا ذَلِكَ فِي الْمَرْجِ وَالرَّوْضَةِ كَانَ لَهُ حَسَنَاتٌ، وَلَوْ أَنَّهَا قَطَعَتْ طِيَلَهَا فاستنَّت شَرَفا أو شَرَفَيْنِ، كَانَتْ آثَارُهَا وَأَرْوَاثُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ، وَلَوْ أَنَّهَا مَرَّتْ بِنَهَرٍ فَشَرِبَتْ مِنْهُ وَلَمْ يُرِدْ أَنْ يَسقَى بِهِ كَانَ ذَلِكَ حَسَنَاتٍ لَهُ، وَهِيَ لِذَلِكَ الرَّجُلِ أَجْرٌ. وَرَجُلٌ رَبَطَهَا تَغَنيا وَتَعَفُّفًا، وَلَمْ يَنْسَ حَقَّ اللَّهِ فِي رِقَابِهَا وَلَا ظُهُورِهَا، فَهِيَ لَهُ سِتْرٌ. وَرَجُلٌ رَبَطَهَا فَخْرًا وَرِئَاءً وَنِوَاءً، فَهِيَ عَلَى ذَلِكَ وِزْرٌ

“Kuda itu untuk tiga orang: 1) Bagi seseorang, kuda itu menjadi sumber pahala. 2) Bagi seorang lagi, kuda itu menjadi penutup. 3) Dan bagi orang ketiga, kuda itu menjadi penyebab dosa. 1)Adapun seseorang yang mendapatkan pahala dari kudanya adalah seseorang yang mengikat kudanya di jalan Allah, dia menggembalakannya di padang rumput atau di perkebunan dalam waktu yang lama. Apa yang terjadi pada kuda itu selama ia berada di padang rumput atau di perkebunan tersebut, maka hal itu menjadi kebaikan-kebaikan bagi pemiliknya. Jika masa penggembalaannya terputus, lalu kuda itu berjalan satu atau dua langkah, maka jejak dan kotorannya menjadi sumber pahala bagi pemiliknya. Seandainya kuda itu melintas di sebuah sungai dan ia minum di sana, padhal pemiliknya tidak berniat memberinya minum, maka hal itu menjadi sumber pahala baginya. Maka kudanya bagi orang ini menjadi sumber pahala. 2) Ada jua orang yang memelihara kuda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan menjaga kehormatannya, tetapi dia tidak melupakan hak Allah pada leher dan punggungnya. Maka kuda ini menjadi penutup bagi pemiliknya. 3) Sedangkan orang yang memelihara kuda karena sombong, riya’ dan membanggakan diri terhadap orang lain, maka kuda itu menjadi sumber dosa baginya.”

Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ditanya tentang keledai, maka beliau bersabda:

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ فِيهَا شَيْئًا إِلَّا هَذِهِ الْآيَةَ الْفَاذَّةَ الْجَامِعَةُ الْفَاذَّةُ
{فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ}

“Allah Swt. tidak menurunkan sesuatu pun mengenainya kecuali hanya ayat yang tegas lagi mencakup ini, yaitu firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim.

Dalam Shahiih al-Bukhari dari ‘Adi secara marfu’:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، وَلَوْ بِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

“Jagalah diri kalian dari api Neraka walaupun dengan (menshadaqahkan) separuh kurma, dan walaupun dengan ucapan yang baik.”

Dan dalam Shahiih Muslim disebutkan:

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تُفْرِغَ مِنْ دَلْوِكَ فِي إِنَاءِ الْمُسْتَسْقِي وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ وَوَجْهُكَ إِلَيْهِ مُنْبَسِطٌ

“Jangan sekali-kali kamu meremehkan sesuatu pun dari kebajikan, sekalipun dalam bentuk engkau menuangkan sebagian air dari timbamu ke wadah orang yang meminta minum, dan sekalipun dalam rupa engkau sambut saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.”

Dan dalam Shahiih al-Bukhari disebutkan:

يا معشر نِسَاءَ الْمُؤْمِنَاتِ لَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ فِرْسِنَ شَاةٍ

“Hai para wanita beriman! Janganlah sekali-kali seorang tetangga meremehkan sesuatu untuk diberikan kepada tetanggany, walaupun sesuatu itu kaki domba.”

Dan dalam hadits yang lain disebutkan:

رُدُّوا السَّائِلَ وَلَوْ بِظِلْفٍ مُحَرَقٍ

“Berikanlah kepada peminta-minta, walaupun hanya kaki domba yang terbakar.”

Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha, bahwa ia pernah bershadaqah dengan sebiji anggur, dan ia berkata, “Berapa banyak timbangan dzarrah yang terkandung di dalamnya.” Imam Ahmad  meriwayatkan dari ‘Auf bin al-Harits bin ath-Thufail bahwa ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha memberitahukan kepadanya bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

يَا عَائِشَةُ، إِيَّاكِ وَمُحَقِّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ طَالِبًا

“Wahai ‘Aisyah jauhilah dosa-dosa kecil yang remeh, karena sesungguhnya kelak Allah akan menuntutnya.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh an-Nasa-i dan Ibnu Majah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ

“Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila menumpuk pada diri seseorang, niscaya akan membinasakannya.”

Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membuat perumpamaan bagi dosa-dosa ini dengan suatu kaum yang singgah di sebuah tanah yang sepi, lalu tiba saatnya bagi mereka untuk membuat makanan. Seorang laki-laki dari mereka beranjak pergi dan kembali dengan membawa ranting pohon. Seorang lagi melakukan hal yang sama sampai mereka mengumpulkan setumpuk kayu bakar. Mereka pun menyalakan api dan memasak apa yang mereka lemparkan ke dalam api tersebut.”

Demikianlah akhir tafsir surat az-Zalzalah. Hanya milik Allah Subhanallahu wa ta’ala lah segala puji dan anugerah.

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker