Hal-hal yang Disunahkan Dalam Shalat (Bagian 2)
- Tata cara duduk yang diriwayatkan dari Rasulullah shalallahu alaihi wa salam dalam shalat adalah duduk iftarsyi pada beberapa duduk dan duduk tawaruk pada duduk yang terakhir (Mengenai ketentuan duduk iftarsy dan tawarruk ini tertera dalam hadist yang diriwayatkan al-Bukhari dari Abu Hamid, bahwa “Jika Rasulullah shalallahu alaihi wa salam duduk pada dua rakaat pertama, maka beliau akan duduk dalam keadaan menduduki telapak kaki kirinnya dan menegakan kaki kanannya, sedangkan jika beliau duduk pada rakaat terakhir, maka beliau akan duduk dalam keadaan kaki kirinya disiliangkan ke akananya, kemudian beliau meletakan bokokongnya diatas tempat duduknya.”Abu Humaid menuturkan gambaran tentang shalat Rasulullah shalallahu alaihi wa salam ini kepada sekelompok sahabat.
Duduk iftarsy adalah duduk diatas telapak kaki kiri, dan menegakkan kaki kanan.
Duduk tawaruk adalah duduk dengan menjadikan telapak kaki kiri berada di bawah paha kanan, meletakan bokong diatas tempat duduk, menegakkan kaki kanan, meletekan tangan kiri di atas lutut kiri dengan meregangkan jari-jarinya dan mengepalkan seluruh jari tangan kanan serta berisyarat dengan jari telunjuk sambil menggerakannya saat tasyahhud, berdasarkan sebuah riwayat, bahwa,
“Jika Nabi shalallahi alaihi wa salam duduk ketika tasyahhud maka beliau meletakan tangan kanannya di atas paha kanan dan tangan kirinya di atas paha kirinya, dan berisyarat dengan jari telujuknya serta pandangan matanya tidak melewati isyarat jari telunjuknya.”
(Diriwayatkan oleh Muslim, no.580)
- Meletakkan tangan kanan di sini bisa pada punggung telapak tangan, pergelangan atau lengan tangan kiri. Dalam hadits Wail bin Hujr juga disebutkan,
ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ
“Kemudian meletakkan tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri, di pergelangan tangan, atau di lengan tangan kiri (as-saa’idyaitu antara sik dan telapak tangan).”
(HR. Ahmad,4:318 dan Abu Daud,no. 727. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Bisa juga tangan kanan menggenggam tangan kiri (yang dimaksud pergelengan tangan kiri) sebagaimana disebutkan dalam hadits Wail bin Hujr, ia berkata,
رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ قَائِمًا فِي الصَّلَاةِ قَبَضَ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ
“Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau berdiri dalam shalat, tangan kanan beliau menggenggam tangan kirinya.”
(HR. An-Nasa’i,no. 8878 dan Ahmad, 4:316. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
- Berdoa ketika sujud, berdasarkan sabda Rasulullah shalallahi alaihi wa salam ,
نَهَانِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ أَقْرَأَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا
فَأمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ – عَزَّ وَجَلَّ – ، وَأمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ ، فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya aku dilarang membaca al-Qur’an di saat rukuk dan sujud. Saat rukuk,hendaklah kamu menganggungkan Allah sedang saat sujud, hendaklah kamu bersungguh-sungguh dalam berdoa,karena doamu saat sujud lebih pantas untuk dikabulkan.”
(Diriwayatkan oleh Muslim, no. 479)
- Berdoa ketika tasyahhud akhir setelah membacakan shalawat atas Nabi shalallahi alaihi wa salam dengan doa berikut ini:
اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ القَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ المَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ المَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari azab Neraka Jahanam, dari azab kubur, dari fitnah hidup serta fitnah mati dan dari keburukan fitnah mati, dan dari keburukan fitnah al-Masih ad-Dajjal.”
Hal tersebut berdasarkan sabda Rasulullah shalallahi alaihi wa salam,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullahi ﷺ bersabda, “Jika salah satu seseorang di antara kamu selesai membaca tasyahhud akhir hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara : Ya Allah, akau berlindung kepadaMu dari azab Neraka Jahanam, dan dari Azab Kubur dan dari keburukan Fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.“
(Diriwayatkan oleh Muslim, no.588)
- Salam sambil menoleh ke sebelah kanan.
- Salam yang kedua kali sambil menoleh ke sebelah kiri. Hal itu berdasarkan sebuah riwayat,
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنْتُ أَرَى رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم- يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ حَتَّى أَرَى بَيَاضَ خَدِّهِ
“Bahwa Nabi shalallahi alaihi wa salam menucapkan salam sambil menoleh ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat warna putih pipinya.”
(Diriwayatkan oleh Muslim, no.582.)
- Berdzikir dan berdoa setelah salam, berdasarkan sejumlah hadist berikut ini:
- Dari Tsauban radhiallahu anhu, seraya berkata,”Kebiasaan Nabi shalallahu alaihi wa salam setelah selesai shalat , maka beliau membaca istighfar sebanyak tiga kali.
Kemudian beliau membaca:
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
“Ya Allah, Engkau Pemberi keselamatan dan dariMu keselamatan. Engkau Maha Pemberi keberkahan, wahai Dzat Pemilik keagungan dan kemuliaan”
(Diriwayatkan oleh Muslim,no.591)
- Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu anhu bahwa suatu hari Nabi shalallahi alaihi wa salam memegang tangannya, seraya bersabda,
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ فَقَالَ أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Wahai Mu’adz,aku sangat mencintaimu. Aku akan berpesan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah kamu tinggalkan doa ini setiap kali kamu selesai shalat, yaitu ‘Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu berdzikir kepadaMu, bersyukur kepadaMu, bersyukur kepadaMu, dan beribadah dengan baik kepadaMu.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad, no.21621, Abu Dawud, no.1522 dan al-Hakim 1/407 menshahihkanya.)
- Dari al-Mughairah bin Syu’bah radhiallahu anhu bahwa kebiasaan Rasulullah shalallahu alaihi wa salam setelah shalat fardhu, maka beliau membaca,
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
“Tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah, yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagiNya. Baginya segala puji, bagiNya kerajaan dan Dia Mahakuasa atas segala seseuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat mencegah apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah. Dan kekayaan seseorang tidak akan berguna dari ancaman (azab) Mu.”
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari,no.844.)
- Dari Abu Umamah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda,
مَنْ قَرَأَ آيَةَ الكُرْسِيِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُوْلِ الجَنَّةِ اِلاَّ اَنْ يَمُوْتَ
“Barangsiapa yang membaca ayat Kursi setiap selesai shalat, maka tidak ada yang mengahalanginya memasuki surga, selain kematian (kematian yang belum dating)” (Diriwayatkan oleh An-Nasa’i [dalam amal al-Yaum wa al-Lailah, no.100]. dan ath-Thabrani [dalam al-Mu’jam al-Ausath, no. 8068).
- Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Nabi shalallahu alaihi wa salam bersabda,
مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ
“Barangsiapa yang membaca tasbih 33 kali, hamdalah 33 kali dan takbir 33 kali, sehingga semuanya berjumlah berjumlah 99 kali, lalu ia menggenapkannya menjadi 100 kali dengan membaca, ‘La ilaha illallahu wahdahu la syarika lahu, lahul mulku, wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir, maka dosanya akan diampuni, meskipun dosanya itu sebanyak buih di lautan.”
(Diriwayatkan oleh Muslim, no.597.)
- Dari Sa’ad bin Abi Waqash, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wa salam memohon perlindungan (kepada Allah) setiap selesai shalat dengan doa berikut ini :
اللَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بِكَ مِنَ البُخْلِ، وَأَعوذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ، وَأعُوذُ بِكَ أنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ العُمُرِ، وَأعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ
الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ القَبْرِ
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari sifat bakhil (kikir);dari sifat pengecut;dari pikun; dari fitnah; dunia dan azab kubur.”
Sa’ad radhiallahu anhu mengajarkan doa ini kepada anak-anaknya.
(Diriwayatkan oleh Muslim no. 6365.)
Disalin ulang dari; Kitab Minhajul Muslim Syaikh Abu Bakar Jabir Al jajairi Edisi Indonesia, Cetakan XXIII, J. Ula 1440 H/2019 M, Darul Haq, Jakarta.