ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Al-Bayyinah

Tafsir Surat Al-Bayyinah

( Bukti )

Surat Madaniyyah

Surat Ke-98 : 8 Ayat

 

RASULULLAH Shallallahu alaihi wa sallam MEMBACA SURAT INI KEPADA UBAY Radiyallahu ‘anhu

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Anas bin Malik berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Ubay bin Ka’ab:

إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ: ” لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ…..

“Sungguh, Allah telah memerintahkan aku untuk membaca-kan kepadamu, ‘Orang-orang kafir yakni Ahli Kitab…'”

Ubay Bertanya, ‘Apakah Dia Subhanallahu wa ta’ala menyinggung namaku kepadamu?’ Beliau menjawab, ‘Benar.’ Lalu Ubay menangis.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan an-Nasa-I dari hadits Syu’bah.

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

AL-BAYYINAH, AYAT 1-5

لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتّٰى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُۙ، رَسُوْلٌ مِّنَ اللّٰهِ يَتْلُوْا صُحُفًا مُّطَهَّرَةًۙ، فِيْهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ، وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ، وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ

“Orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (agama mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata,(1) (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al-Qur’an),(2) di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar).(3) Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata.(4) Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).(5) Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.(6) Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.(7) Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”(8)

KETERANGAN TENTANG KEADAAN ORANG-ORANG KAFIR DARI AHLI KITAB DAN ORANG-ORANG MUSYRIK

Ahli Kitab adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani, sementara orang-orang Musyrik adalah para penyembah berhala dan api, baik dari bangsa Arab maupun non-Arab. Mujahid berkata, “Mereka tidaklah {مُنْفَكِّيْنَ} ‘Meniggalkan agama mereka,’ yakni mereka tidak akan berhenti, hingga datang kebenaran pada mereka.”

Qatadah juga mengatakan demikian. {حَتّٰى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ} “Sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,” yakni al-Quran ini.

Karena itulah Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman,

{لَمْ يَكُنِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ مُنْفَكِّيْنَ حَتّٰى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ} “Orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (agama mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata,”

Kemudian Allah menjelaskan bukti yang nyata itu dengan firman-Nya, { رَسُوْلٌ مِّنَ اللّٰهِ يَتْلُوْا صُحُفًا مُّطَهَّرَةًۙ} “(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang suci (Al-Qur’an).” Yakni Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan al-Quran yang beliau baca. Al-Quran ini merupakan lembaran-lembaran yang disucikan serta tertulis di tempat tinggi.

 

Ini sebagaimana firman Allah Subhanallahu wa ta’ala,

{فِيْ صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ مَّرْفُوْعَةٍ مُّطَهَّرَةٍ بِاَيْدِيْ سَفَرَةٍ كِرَامٍۢ بَرَرَةٍ} “Di dalam Kitab-Kitab yang dimuliakan (di sisi Allah). Yang ditinggikan (dan) disucikan. Di tangan para utusan (Malaikat). Yang mulia lagi berbakti.” (QS. ‘Abasa: 13-16)

Adapun firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, { فِيْهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ } “Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus (benar).” Ibnu Jarir menafsirkannya sebagai berikut, “Yakni dalam lembaran-lembaran yang disucikan tersebut terdapat Kitab-Kitab yang mulia, adil dan lurus tanpa ada kekeliruan, karena Kitab-Kitab tersebut berasal dari  Allah Subhanallahu wa ta’ala.

PERSELISIHAN MEREKA HANYA TERJADI SETELAH DATANGNYA PENGETAHUAN KEPADA MEREKA

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala { وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ } “Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata.”

Ayat ini seperti firman Allah Subhanallahu wa ta’ala,

{ وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْبَيِّنٰتُ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ }           “Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS. Ali ‘Imran: 105)

Mereka yang dimaksud adalah umat-umat yang menerima Kitab-Kitab sebelum kita. Setelah Allah menyampaikan dalil-dalil dan bukti-bukti yang nyata kepada mereka, malah mereka berselisih dan terpecah belah dalam memahami apa yang dikehendaki oleh Allah dari kitab-kitab itu. Mereka banya berselisih, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, yang diriwayatkan dari beberapa jalan:

أَنَّ الْيَهُودَ اخْتَلَفُوا عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَأَنَّ النَّصَارَى اخْتَلَفُوا عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّةُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً.

“Sesungguhnya orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, dan orang-orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya di dalam neraka kecuali satu golongan.”

Para Sahabat bertanya, “Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي.

“Yaitu golongan yang berpegang teguh kepada Sunnahku dan para Sahabatku.”

PERINTAH ALLAH HANYALAH MEMURNIKAN KETAATAN KEPADA-NYA DALAM MENJALANKAN AGAMA

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, { وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ } “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama.” Ini seperti firman-Nya,

{ وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا نُوْحِيْٓ اِلَيْهِ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدُوْنِ } “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiyaa’: 25)

Karena itulah Dia berfirman, { حُنَفَاۤءَ } “Dengan lurus.” Yakni lurus menuju kepada tauhid, dengan menjauhi syirik. Ini sebagaimana firman-Nya,

{ وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ } “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut.'” (QS. An-Nahl: 36)

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ } “Dan supaya mereka mendirikan shalat.” Shalat merupakan ibadah fisik yang paling mulia. { وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ } “Dan menunaikan zakat,” yaitu berbuat baik kepada kaum fakir miskin dan orang-orang yang sangat membutuhkan biaya untuk hidup. { وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ } “Dan yang demikian itulah agama yang lurus,” yakni agama yang tegak dengan lurus, atau umat yang lurus lagi adil, pertengahan, dan seimbang.

AL-BAYYINAH, AYAT 6-8

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ، اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِۗ، جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ

“Sungguh, orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.(6) Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.(7) Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”(8)

KETERANGAN TENTANG MAKHLUK TERBURUK DAN MAKHLUK TERBAIK DAN BALASAN MASING-MASING

Allah Subhanallahu wa ta’ala memberitahukan tentang tempat kembali kaum yang durhaka dari orang-orang kafir, yakni dari kalangan Ahli Kitab dan orang-orang musyrik. Mereka menyalahi Kitab-Kitab Allah dan menentang para Nabi yang diutus.

Pada hari Kiamat, mereka berada di Neraka Jahannam dalam keadaaan kekal. Mereka tinggal menetap di dalamnya, tidak bisa berpindah dan tidak pula bisa keluar darinya. {اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ} “Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” Yakni seburuk-buruk makhluk yang diciptakan Allah.

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala memberitahukan perihal orang-orang baik yang beriman dengan sepenuh hati dan mengerjakan amal shalih dengan fisik mereka, bahwa mereka itulah sebaik-baiknya makhluk.

Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu dan segolongan ulama telah menarik kesimpulan dari ayat ini bahwa orang-orang yang beriman lebih baik daripada para Malaikat. Hal ini ditunjukkan dengan ayat, {اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ} “Mereka itulah sebaik-baik mahkluk.”

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ} “Balasan mereka di sisi Rabb mereka,” yakni pada hari Kiamat.

{جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدً} “Yaitu Surga ‘Adn yang mengalir di bawahanya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya,” yakni tidak terputus, tanpa akhir dan tidak ada ujungnya.

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ  } “Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya.” Kedudukan ridha-Nya terhadap mereka itu lebih tinggi daripada kenikmatan yang mereka dapatkan secara permanen. { وَرَضُوْا عَنْهُ } “Dan mereka pun ridha kepada-Nya,” terhadap anugerah melimpah yang Dia berikan kepada mereka.

Selanjutnya, firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ  } “Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabb-nya.” Yakni balasan tersebut didapatkan oleh orang yang takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benar takwa. Mereka beribadah dengan ihsaan, yakni beribadah kepada-Nya seolah-olah ia melihat-Nya. Dan ketika ia tidak melihat-Nya, maka ia yakin bahwa Dia Subhanallahu wa ta’ala senantiasa melihatnya.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ الْبَرِيَّةِ؟

“Tidakkah kalian ingin aku beritahukan tentang sebaik-baik makhluk?” Para Sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda:

رَجُلٌ أَخَذَ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، كُلَّمَا كَانَتْ هَيْعَة اسْتَوَى عَلَيْهِ. أَلَا أُخْبِرُكُمْ (بِا لَّذِيْ يَلِيهِ؟)

“Yaitu seorang laki-laki yang memegang tali kekang kudanya di jalan Allah, setiap kali terdengar teriakan (panggilan) perang, maka dia duduk di atas (kuda)nya. Tidakkah kalian ingin aku beritahukan tentang orang yang (kedudukannya berada) di bawahnya?”

Para Sahabat menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda:

رَجُلٌ فِي ثُلَّة مِنْ غَنَمِهِ، يُقِيمُ الصَّلَاةَ وَيُؤْتِي الزَّكَاةَ. أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِشَرِّ الْبَرِيَّةِ؟

“Yaitu seorang laki-laki yang menggembala sekawanan kabing miliknya, dia mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Tidakkah kalian ingin kuberitahukan tentang seburuk-buruk makhluk?”

Para Sahabat menjawab, “Ya.” Beliau bersabda:

الَّذِي يَسأل بِاللَّهِ، وَلَا يُعطي بِهِ.

“Yaitu seorang laki-laki yang diminta dengan Nama Allah, dan ia tidak mau memberi dengan Nama-Nya.”

Demikianlah akhir tafsir surat Al-Bayyinah, segala puji bagi Allah Subhanallahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya.

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker