Penuntut Ilmu, Namun Ia Celaka
Penuntut Ilmu, Namun Ia Celaka
Hujjatul Islām Abū Hāmid al-Ghazzālī – rahmatullāhi ta’ālā ‘alaihi – berpesan:
أَيُّهَا الْوَلَد
ﻛَﻢْ ﻣِﻦْ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ ﺃَﺣْﻴَﻴْﺘَﻬَﺎ ﺑِﺘَﻜْﺮَﺍﺭِ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻭَﻣُﻄَﺎﻟَﻌَﺔِ ﺍﻟْﻜُﺘُﺐِ، ﻭَﺣَﺮَّمْتَ ﻋَﻠَﻰ ﻧَﻔْﺴِﻚَ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ، لَا ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﻣَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟْﺒَﺎﻋِﺚُ ﻓِﻴْﻪِ؟ ﺇِﻥْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻧِﻴَّﺘُﻚَ ﻧَﻴْﻞَ ﻋَﺮَﺽِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ، ﻭَﺟَﺬْﺏَ ﺣُﻄَﺎﻣِﻬَﺎ، ﻭَﺗَﺤْﺼِﻴْﻞَ ﻣَﻨَﺎﺻِﺒِﻬَﺎ، ﻭَﺍﻟْﻤُﺒَﺎﻫَﺎﺓَ ﻋَﻠَﻰ الْأَقْرَانِ ﻭَالْأَمْثَالِ ﻓَﻮَﻳْﻞٌ ﻟَﻚَ ﺛُﻢَّ ﻭَﻳْﻞٌ ﻟَﻚَ
ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺼْﺪُﻙَ ﻓِﻴْﻪِ ﺇِﺣْﻴَﺎﺀَ ﺷَﺮِﻳْﻌَﺔِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ – ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠّٰﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ – ﻭَﺗَﻬْﺬِﻳْﺐَ أَخْلَاﻗِﻚَ، ﻭﻛَﺴْﺮَ ﺍﻟﻨَّﻔْﺲِ الْأَمَّارَةِ ﺑِﺎﻟﺴُّﻮْﺀِ، ﻓَﻄُﻮْﺑَﻰ ﻟَﻚَ ﺛُﻢَّ ﻃُﻮْﺑَﻰ ﻟَﻚَ
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺻَﺪَﻕَ ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﺷِﻌْﺮﺍً
ﺳَﻬَﺮُ ﺍﻟْﻌُﻴُﻮْﻥِ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﻭَﺟْﻬِﻚَ ضَائِع ## ﻭَﺑُﻜَﺎﺅُﻫُﻦَّ ﻟِﻐَﻴْﺮِ ﻓَﻘْﺪِﻙَ ﺑَﺎﻃِﻞ
“Duhai anakku..!!, Berapa banyak dari malam-malam yang telah engkau hidupkan dengan mengulang-ngulang (memuroja’ah) ‘ilmu dan menelaah kitab, serta engkau mengharamkan atas dirimu sendiri untuk tidur, aku tidak tahu apa yang mendorongmu untuk melakukan hal tersebut..
Jika niatmu itu hanya untuk mendapatkan harta dunia semata, mencari serpihan-serpihan dunia, mendapatkan kedudukan (jabatan), membanggakan diri kepada kawan-kawanmu, maka celakalah engkau, celakalah engkau..!!
Namun, jika tujuanmu itu dalam rangka untuk menghidupkan syari’at Nabi – shallallāhu ‘alaihi wa sallam -, memperbaiki akhlakmu, dan menghancurkan hawa nafsu yang senantiasa mengajak kepada keburukan, maka beruntunglah engkau, beruntunglah engkau..!!
Sungguh, benarlah seseorang yang berkata di dalam senandung sya’irnya:
Terjaganya mata karena selain diri-MU adalah sebuah kesia-siaan, dan menangisnya mata karena selain kehilangan-MU merupakan sebuah kebathilan..”
[Ayyuhal Walad, hal. 105-106]
Oleh : Nur Muhammad Iskandar