ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Ash-Shaff (Bagian 1)

Tafsir Surat Ash-Shaff

( Barisan )

Surat Madaniyyah

Surat Ke-61: 14 Ayat

 

Keutamaan Surat Ash-Shaff

Imam Ahmad telah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Salam, ia berkata, “Kami saling mengingatkan satu peristiwa dulu (di saat kami berkata): “Siapa di antara kalian yang berani menghadap Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan menanyakan amalan apakah yang paling Allah cintai, tidak dari kami yang berdiri. Maka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tapi mengutus seorang laki-laki kepada kami. Kami pun berkumpul dan dia membacakan kepada kami surat ini [Dalam surat ini terdapat jawaban dari pertanyaan yang hendak diajukan kepada Rasulullah , bahwa amalan yang paling dicintai Allah adalah “orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mere- ka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (ayat ke-4), dan firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (Yaitu) kamu beri- man kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya.” (ayat ke-10 dan 11)]., yakni surat ash-Shaff, seorang pun Demikianlah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. semuanya.

 

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Ash-Shaff, Ayat 1-4

سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ، يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ، كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ، اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا كَاَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَّرْصُوْصٌ

“Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana (1) Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2) (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (3) Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (4)

Celaan Untuk Orang Yang Berkata Namun Tidak Melaksanakannya

Tafsir tentang firman-Nya, {سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ} “Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi, dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana,” telah banyak disebutkan sebelumnya sehingga tidak perlu diulang kembali.

Firman-Nya, {يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ} “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?” Ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang membuat janji atau mengatakan sesuatu dan tidak melaksanakannya. Oleh karena itu di antara ulama Salaf ada yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa memenuhi janji itu wajib secara mutlak, baik janji tersebut mengakibatkan hukuman bagi yang berjanji ataupun tidak. Mereka juga beralasan dengan hadits yang tercatat dalam ash-Shahiihain, di mana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّث كَذَبَ، إِذَا وَعَد أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Tanda-tanda orang munafik itu tiga; bila berjanji dia ingkar, bila berkata dia dusta, dan bila dipercaya dia khianat.”

Dalam hadits lain, dalam kitab ash-Shahiih disebutkan:

أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَة مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا

“Ada empat perkara yang apabila (semuanya) ada pada diri seseorang, maka ia menjadi munafiq tulen. Dan barangsiapa salah satunya ada padanya, maka (dikatakan) ia memiliki satu ciri dari orang munafiq, hingga dia meninggalkannya.”

Di antaranya beliau menyebutkan pengingkaran janji. Alhamdulillaah, kami telah menjelaskan kedua hadits ini secara panjang lebar pada permulaan kitab Syarh al-Bukhari. Oleh karena itu Allah menegaskan pengingkaran terhadap mereka dengan firman-Nya, {كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ} “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud, dari Abdul- lah bin Amir bin Rabi’ah, ia berkata, “Ketika saya masih kecil, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam datang kepada kami, maka saya pun pergi untuk bermain. Ibuku berkata, ‘Wahai ‘Abdullah, ke sinilah nanti ibu beri sesuatu. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya: ‘Apa yang ingin kamu berikan?” Dia berkata, ‘Kurma.’ Beliau bersabda:

أَمَا إِنَّكِ لَوْ لَمْ تَفْعَلِي كُتِبت عَلَيْكِ كِذْبَةٌ

“Ketahuilah, seandainya kamu tidak memberikannya maka kamu telah berdusta,'”

Muqatil bin Hayyan berkata, “Orang-orang yang beriman berkata, ‘Seandainya kami tahu amalan apa yang paling Allah cintai niscaya kami akan melakukannya.”Maka Allah menunjukkan kepada mereka amalan yang paling dicintai-Nya dalam firman-Nya, {اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِهٖ صَفًّا} “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur. Allah telah menjelaskannya kepada mereka, dan Allah uji mereka dengan peperangan Uhud. Mereka pun lari kocar-kacir meninggalkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.

Tentang hal itu, maka Allah menurunkan ayat, {يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ} ‘Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Padahal Allah telah berfirman bahwa orang yang paling dicintai di antara kalian adalah yang berperang di jalan-Ku.”

Di antara para ulama juga ada yang berkata, “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan peperangan. Seorang laki-laki mengatakan bahwa dirinya telah berperang, padahal dia tidak melakukannya. Ia mengatakan bahwa dirinya telah menikam musuh, padahal ia tidak melakukannya. Ia katakan bahwa dirinya telah bersabar, tetapi ia tidak melakukannya.”

Qatadah dan adh-Dhahhak berkata, “Ayat ini turun untuk mencela kaum yang mengaku telah menghunuskan pedang, telah menikam dan telah melakukan ini dan itu dalam peperangan, padahal mereka tidak melakukannya.”

Tentang firman Allah, “Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur,”Sa’id bin Jubair berkata, “Dahulu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak berperang melawan musuh kecuali dalam barisan yang teratur, dan ini adalah pendidikan yang diberikan oleh Allah kepada kaum mukminin.”

Firman-Nya, {لِمَ تَقُوْلُوْنَ مَا لَا تَفْعَلُوْنَ} “Seakan-akan mereka seperti Suatu bangunan yang tersusun kokoh,”yakni dalam barisan perang, satu dengan yang lainnya rapat. Muqatil bin Hayyan berkata, “Menempel satu sama lain.” Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma berkata tentang firman-Nya, “Seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh, “artinya yang teguh dan tidak goyah, saling menempel satu sama lain.”

Ash-Shaff, Ayat 5-6

وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِقَوْمِهٖ يٰقَوْمِ لِمَ تُؤْذُوْنَنِيْ وَقَدْ تَّعْلَمُوْنَ اَنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْۗ فَلَمَّا زَاغُوْٓا اَزَاغَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ، وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu?” Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (5) Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.” (6)

Ungkapan Musa Kepada Kaumnya Atas Gangguan Yang Mereka Timpakan Kepada-Nya Dan Allah Memalingkan Hati Mereka

Allah Subhanallahu wa ta’ala mengabarkan tentang hamba dan Rasul-Nya, yaitu Kali- mullah Musa bin ‘Imran ‘Alaihi Sallam, bahwa dia telah berkata kepada kaum- nya, {لِمَ تُؤْذُوْنَنِيْ وَقَدْ تَّعْلَمُوْنَ اَنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْۗ} “Mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?”Yakni, mengapa kalian terus-menerus menyakitiku sedangkan kalian tahu kejujuran risalah yang kubawa.

Ayat ini merupakan hiburan bagi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terhadap peri- laku yang telah dilancarkan oleh orang-orang kafir kepadanya baik dari kalangan kaumnya sendiri (Quraisy), maupun dari pihak lain. Dengan ayat ini Allah memerintahkannya untuk bersabar, oleh karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَى مُوسَى: لَقَدْ أُوذِيَ بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا فَصَبَرَ

“Semoga Allah merahmati Musa karena dia telah disakiti lebih dari ini, dan dia tetap bersabar.”

Ayat ini juga berimplikasi bahwa kaum mukmin dilarang menyakiti hati Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana firman-Nya, {يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ اٰذَوْا مُوْسٰى فَبَرَّاَهُ اللّٰهُ مِمَّا قَالُوْا ۗوَكَانَ عِنْدَ اللّٰهِ وَجِيْهًا ۗ} “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang- orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.” (QS. Al-Ahzaab: 69)

Firman-Nya, {فَلَمَّا زَاغُوْٓا اَزَاغَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْۗ} “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.”Yakni, ketika mereka tidak mengikuti kebenaran sementara mereka mengetahuinya, maka Allah akan memalingkan hatinya dari petunjuk dan menanamkan kegelisahan serta keragu-raguan dalam hati mereka, sebagaimana firman-Nya, {وَنُقَلِّبُ اَفْـِٕدَتَهُمْ وَاَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوْا بِهٖٓ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّنَذَرُهُمْ فِيْ طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُوْنَ} “Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka, seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur-an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat,” (QS. Al-An’aam: 110) Juga seperti firman-Nya, {وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا} “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran bagi- nya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”(QS. An-Nisaa’: 115) Oleh karena itu dalam ayat ini Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ} “Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.”

Kabar Gembira Yang Disampaikan Nabi Isa Tentang Akan Datangnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam Dengan Menyebutkan Namanya, Ahmad

Firman-Nya, {وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُ} “Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata: Hai Bani Isra-il, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).”Maksudnya, (seakan-akan Isa ‘Alaihi Sallam berkata): “Kitab Taurat telah memberi kabar gembira tentang (kedatangan) aku, dan akulah bukti dari kabar gembira itu. Aku memberi kabar gembira tentang kedatangan Nabi setelahku, yaitu seorang Rasul, Nabi yang ummi (buta huruf), berbangsa Arab, dari Makkah dan bernama Ahmad.”

Nabi Isa ‘Alaihi Sallam adalah Nabi penutup Bani Isra-il. Dia telah tinggal di tengah-tengah Bani Isra-il dan menyampaikan kabar gembira perihal kedatangan Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yaitu Ahmad, penutup para Nabi dan Rasul, tidak ada Nabi dan Rasul lagi setelahnya.

Betapa bagusnya hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari Jubair bin Muth’im, ia berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ لِي أَسْمَاءٌ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَنَا أَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمحُو اللَّهُ بِهِ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا الْعَاقِبُ

“Saya memiliki banyak nama. Saya bernama Muhammad, Ahmad, al-Maahi (yang menghapuskan), denganku Allah menghapuskan kekufuran. Aku al-Haasyir (yang mengumpulkan), di mana seluruh manusia akan dikumpulkan (pada hari Kiamat) di hadapanku. Dan aku al-Aqib (Penutup, yakni penutup Nabi dan Rasul).

Diriwayatkan pula oleh Muslim yang senada dengannya dari jalur az-Zuhri.

Diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq, dari Khalid bin Ma’dan, dari para Sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bahwasanya mereka telah berkata: “Wahai Rasulullah, kabari kami tentang dirimu.” Beliau bersabda:

دَعْوَةُ أَبِي إِبْرَاهِيمَ، وبُشْرَى عِيسَى، وَرَأَتْ أُمِّي حِينَ حَمَلَتْ بِي كَأَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا نُورٌ أَضَاءَتْ لَهُ قُصُورُ بُصْرَى مِنْ أَرْضِ الشَّامِ

“Saya adalah (pengabulan bagi) do’a bapakku Ibrahim, dan kabar gembiranya ‘Isa. Ibuku bermimpi ketika mengandungku, seolah-olah cahaya keluar dari dirinya menerangi istana-istana Bushra yang ada di negeri Syam.”
Hadits ini bersanad jayyid (baik) dan diriwayatkan juga dengan banyak versi sebagai penguatnya.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari al-‘Irbadh bin Sariyah, ia mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda:

إِنِّي عِنْدَ اللَّهِ لَخَاتَمُ النَّبِيِّينَ، وَإِنَّ آدَمَ لمنجَدلٌ فِي طِينَتِهِ، وَسَأُنْبِئُكُمْ بِأَوَّلِ ذَلِكَ دَعْوة أَبِي إِبْرَاهِيمَ، وَبِشَارَةُ عِيسَى بِي، وَرُؤْيَا أُمِّي الَّتِي رَأَتْ، وَكَذَلِكَ أُمَّهَاتُ النَّبِيِّينَ يَرَينَ

“Sesungguhnya aku di sisi Allah adalah penutup para Nabi. Dan sesungguhnya Adam mesti terlempar (diturunkan) ke tanahnya (bumi), dan saya akan mengabarkan kepada kalian tentang permulaannya. (Aku adalah) pengabulan dari do’a bapakku Ibrahim, kabar gembira yang disampaikan Isa, buah dari mimpi ibuku dan demikian juga ibunya para Nabi melihatnya.

Imam Ahmad juga telah meriwayatkan dari Abu Umamah, ia berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimanakah awal perkara engkau?” Beliau bersabda:

دَعْوَةُ أَبِي إِبْرَاهِيمَ، وبُشْرَى عِيسَى، وَرَأَتْ أُمِّي حِينَ حَمَلَتْ بِي كَأَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا نُورٌ أَضَاءَتْ لَهُ قُصُورُ بُصْرَى مِنْ أَرْضِ الشَّامِ

“(Aku merupakan) permohonan dari do’a bapakku Ibrahim, kabar gembira yang disampaikan ‘Isa, dan ibuku bermimpi bahwa (seakan-akan) telah keluar darinya cahaya yang menerangi istana-istana yang ada di Syam.”

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Rasulullah mengutus kami ke an-Najasyi dan kami berjumlah sekitar 80 orang. Di antaranya adalah “Abdullah bin Mas’ud, Ja’far, ‘Abdullah bin ‘Urfuthah, ‘Utsman bin Mazh’un dan Abu Musa. Mereka pun mendatangi an-Najasyi.

Sementara kaum Quraisy mengutus ‘Amr bin al-‘Ash dan “Umarah bin al-Walid dengan membawa hadiah. Ketika mereka berdua menghadap an-Najasyi, mereka berdua bersujud untuknya lalu mereka memutar ke kanan dan ke kiri. Setelah itu mereka ber- dua berkata kepada an-Najasyi, ‘Sesungguhnya beberapa orang dari kaum kami telah memasuki wilayahmu dan mereka membenci kami dan akami.’ An-Najasyi berkata, Di mana mereka?’ Mereka agama berdua berkata, Mereka ada di wilayahmu, jadi kirimkanlah utusan kepada mereka.

An-Najasyi pun mengutus utusan untuk memanggil mereka. Ja’far berkata, ‘Hari ini saya adalah juru bicara kalian’, maka mereka pun mengikutinya. Dia memberi salam dan tidak sujud. Mereka berkata kepadanya, ‘Mengapa kamu tidak sujud kepada raja?’ Dia berkata, ‘Kami hanya sujud kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia.’ An-Najasyi berkata, ‘Apa itu?” Dia berkata, ‘Allah telah mengutus Rasul-Nya kepada kami, maka beliau memerintahkan kepada kami untuk sujud hanya kepada Allah, ia juga memerintahkan kami untuk melaksanakan shalat dan menunaikan zakat.”

‘Amr bin al-‘Ash berkata, ‘Mereka memperselisihkan tentang ‘Isa putera Maryam.’ An-Najasyi berkata, Bagaimana pendapat kalian tentang Isa bin Maryam dan ibunya?’ Dia berkata, Pendapat kami sebagaimana yang difirmankan Allah. Dia adalah kalimatul- lah, ruh (ciptaan)-Nya yang ditiupkan kepada Maryam, seorang perawan yang tidak pernah dijamah manusia, dan belum pernah melahirkan anak (sebelumnya).

An-Najasyi pun mengangkat sebuah tongkat seraya berkata, para penduduk Habasyah, para pendeta dan para rahib, demi Wahai Allah tidak ada perkataan yang lebih dari apa yang kami yakini (yakni sama dengan keyakinan kami). Selamat datang (kami ucap- kan) kepada kalian dan kepada Rasul yang mengutus kalian. Saya bersaksi bahwa dia adalah utusan Allah, dialah yang kami temukan di kitab Injil, dialah yang dikabarkan (sebagai berita gembira) oleh putra Maryam. Tinggallah di manapun yang kalian inginkan (di negeri kami ini). Demi Allah, seandainya saya bukan seorang raja yang sedang mengatur kerajaan, niscaya saya akan mendatanginya hingga saya membawakan kedua sandalnya dan membantunya untuk berwudhu’.

An-Najasyi memerintahkan untuk mengembalikan hadiah kedua orang Quraisy itu, kemudian ‘Abdullah bin Mas’ud bergegas (pergi) hingga tiba di wilayah Badar. Dan disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah memohonkan ampun untuk an-Najasyi ketika sampai kepada beliau berita kematiannya.”

Firman-Nya, {فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ} “Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata. Ibnu Juraij dan Ibnu Jarir berkata, { فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ} ” Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka,’ yakni ketika telah datang Ahmad, -orang yang telah diberitakan kedatangannya sejak dahulu, yang telah diagungkan perkaranya, dengan membawa bukti-bukti-, maka orang-orang kafir dan yang menyelisihinya berkata, { هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ } “Ini adalah sihir yang nyata.”

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker