ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Al-Ma’aarij {Bagian 1}

Tafsir Surat Al-Ma’aarij

(Tempat-Tempat Naik)

Surat Makkiyyah

Surat Ke-70 : 44 Ayat

 

 

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Al-Ma’aarij, Ayat 1-7

سَاَلَ سَاۤىِٕلٌۢ بِعَذَابٍ وَّاقِعٍ، لِّلْكٰفِرِيْنَ لَيْسَ لَهٗ دَافِعٌ، مِّنَ اللّٰهِ ذِى الْمَعَارِجِ، تَعْرُجُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍ، فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا، اِنَّهُمْ يَرَوْنَهٗ بَعِيْدًا، وَّنَرٰىهُ قَرِيْبًاۗ

“Seseorang bertanya tentang azab yang pasti terjadi (1) bagi orang-orang kafir, yang tidak seorang pun dapat menolaknya (2) (Azab) dari Allah, yang memiliki tempat-tempat naik (3) Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun (4) Maka bersabarlah engkau (Muhammad) dengan kesabaran yang baik (5) Mereka memandang (azab) itu jauh (mustahil) (6) Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi).” (7)

Permintaan Agar Disegerakannya Hari Kiamat

Firman-Nya, {سَاَلَ سَاۤىِٕلٌۢ بِعَذَابٍ وَّاقِعٍ} “Seseorang peminta telah ayat meminta kedatangan’adzab yang bakal terjadi.” [Meskipun dalam ini tidak ada kalimat suatu makna yang terkandung di dalamnya yang ditunjukkan oleh huruf ‘ba”. Makna yang ditunjukkannya adalah bahwa seorang yang berarti segera, namun] terdapat peminta telah meminta disegerakannya adzab yang bakal terjadi. Ini sebagaimana firman-Nya, {وَيَسْتَعْجِلُوْنَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ وَعْدَهٗ} “Dan mereka meminta kepadamu agar adzab itu disegerakan, pada- hal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya.” (QS. Al-Hajj: 47) Artinya, adzab-Nya itu pasti datang, tidak bisa tidak.

Al ‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma tentang, “Seseorang peminta telah meminta kedatangan adzab yang bakal terjadi,”dia berkata, “Itu adalah pertanyaan orang-orang kafir tentang siksaan Allah,” dan itu pasti terjadi menimpa mereka.”

Ibnu Abi Najih berkata dari Mujahid tentang (firman-Nya), { سَاَلَ سَاۤىِٕلٌۢ} “Seseorang peminta telah meminta. ” Artinya, seseorang telah meminta kedatangan adzab yang terjadi pada hari Kiamat, yaitu ucapan: { اللهم اِنْ كَانَ هٰذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَاَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِّنَ السَّمَاۤءِ اَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ اَلِيْمٍ}”Ya Allah, jika betul (al-Qur-an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah ke- pada kami adzab yang pedih.” (QS. Al-Anfaal: 32)

Firman-Nya, { وَّاقِعٍ لِّلْكٰفِرِيْنَ} “Bakal terjadi, untuk orang-orang kafir,” yakni disediakan dan disiapkan untuk orang-orang kafir. Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma berkata, { وَّاقِعٍ} “Bakal terjadi,” artinya pasti datang.” “Yang tidak seorang pun dapat menolaknya,”yakni tidak ada seorang pun dapat menahannya jika Allah Subhanallahu wa ta’ala menghendakinya terjadi. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { مِّنَ اللّٰهِ ذِى الْمَعَارِجِ} “(Yang datang) dari Allah, Yang mempunyai tempat-tempat naik.”

Tafsir Dzilma’arij (Yang Mempunyai Tempat-Tempat Naik)

‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, “Yang mempunyai tempat-tempat naik.” artinya memiliki ketinggian dan keutamaan.” Mujahid berkata, “Yang mempunyai tempat-tempat tinggi, artinya tingkatan-tingkatan langit.”

Firman-Nya, { تَعْرُجُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ اِلَيْهِ} “Malaikat-Malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah.” Abdurrazzaq berkata dari Ma’mar dari Qatadah, “Lafazh Naik,’artinya pergi ke atas.

Adapun ‘ar-Ruh,’ maka Abu Shalih berkata, “Artinya salah satu makhluk-Nya yang menyerupai manusia akan tetapi bukan manusia. Menurut penulis, ada kemungkinan yang dimaksud adalah Jibril. Ini termasuk ke dalam athaf (mengindukkan) lafazh khusus (ar-Ruuh/ Jibril) kepada lafazh umum (Malaikat), [karena Jibril termasuk Ma- laikat]. Kemungkinan juga berarti ruh-ruh manusia karena jika ruh itu dicabut maka ia akan di bawa naik ke langit, sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits al-Bara’.

Makna Sehari Bagai 50 Ribu Tahun

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍۚ} “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” yakni hari Kiamat. Ini sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abu Hatim dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma tentang, “dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” maksud- nya, sehari yang sama dengan 50 ribu tahun adalah hari Kiamat. Juga seperti yang diriwayatkan oleh ats-Tsauri dari Simak bin Harb dari Ikrimah, “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” (yakni) hari Kiamat.

Adh-Dhahhak meriwayatkan dan Ibnu Zaid dari Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu ‘Abbas tentang firman-Nya, { تَعْرُجُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍ} ‘Malaikat-Malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Allah dalam sehari yang kadar- nya lima puluh ribu tahun,’ yakni Allah menjadikan hari Kiamat bagaikan 50 ribu tahun untuk orang-orang kafir.” Dan telah hadir hadits-hadits yang menetapkan makna ini.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu ‘Umar al-Ghaddani, ia berkata, “Ketika saya bersama Abu Hurairah tiba-tiba seorang laki-laki dari Bani Amir bin Sha’sha’ah lewat. Dikatakan kepada Abu Hurairah, “Dia adalah Hurairah berkata, orang Bani Amir yang terkaya.” Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu berkata, ‘Panggil dia ke sini.’

Dia pun dipanggil. Abu Hurairah berkata, ‘Katanya kamu adalah orang kaya.’ Al-‘Amiri berkata, ‘Benar, demi Allah, saya memiliki seratus unta merah dan seratus unta abu-abu,’ hingga dia menyebutkan warna-warna unta, macam-macam hamba sahaya dan kuda-kuda yang tertambat. Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu berkata, Jangan menahan zakat unta dan ternak lainnya, akibatnya ia akan menginjakmu dengan kakinya.’ Abu Hurairah terus mengulang perkataannya hingga wajah al-‘Amiri berubah.

Al-‘Amiri berkata, ‘Apa itu, wahai Abu Hurairah?’ Dia berkata, “Saya telah mendengar Rasulullah bersabda,

‘Siapa di antara kalian yang memiliki unta dan tidak memberikan haknya di waktu sulit dan mudah?’ Mereka berkata, ‘Wahai Ra- sulullah, apa artinya di waktu sulit dan mudah?’ Beliau menjawab, ‘(Yakni) di waktu sulit ketika unta-untanya gemuk dan di waktu mudah ketika unta-untanya kurus, [Maksudnya, pada saat unta-untarnya gemuk, pemiliknya sulit atau beratuntuk mengeluarkannya karena unta gemuk mahal dan berharga, orang cenderung menyukainya sehingga sulit baginya memberikannya sebagai zakat. Sebalik- nya unta yang kurus, ia kurang diminati orang, maka pemiliknya ringan dan mudah memberikannya sebagai zakat] Sesungguhnya pada hari Kiamat ia akan datang dalam bentuk yang paling cepat, paling banyak, paling gemuk dan paling kuat, kemudian dia dilemparkan kepada unta- unta itu di padang datar yang luas lalu unta itu menginjak-injaknya dengan kakinya. Apabila unta terakhir telah melewatinya maka unta pertama dikembalikan kepadanya. (Hal itu berlangsung) di hari yang kadarnya 50 ribu tahun, hingga diputuskanlah (urusan) di antara manusia, maka dia (seseorang) akan mengetahui jalannya.

Apabila seseorang memiliki sapi dan tidak menunaikan haknya di waktu sulit dan di waktu mudah maka pada hari Kiamat sapi itu akan datang dalam bentuk yang paling cepat, paling banyak, paling gemuk dan paling kuat. Kemudian dia dilemparkan kepada unta-unta itu di padang datar yang luas lalu sapi-sapi itu akan menginjaknya dengan telapak kakinya dan menyeruduknya dengan tanduknya. Tidak ada sapi yang patah tanduknya, dan tidak ada pula sapi yang bertanduk melingkar. Apabila sapi terakhir telah melewatinya maka sapi pertama dikembalikan kepadanya. (Ini berlangsung) pada hari yang kadarnya 50 ribu tahun, hingga diputuskan di antara manusia, maka dia mengetahui jalannya.

Apabila seseorang memiliki kambing, dan ia tidak menunaikan haknya di waktu sulit dan di waktu mudah maka pada hari Kiamat kambing-kambing itu akan datang dalam bentuk yang paling cepat, paling banyak, paling gemuk dan paling kuat. Kemudian dia dilem- parkan kepada kambing-kambing itu di padang datar yang luas lalu kambing-kambing itu akan menginjaknya dengan telapak kakinya dan menyeruduknya dengan tanduknya. Tidak ada kambing yang bertanduk patah dan tidak ada pula kambing yang bertanduk melingkar. Apabila kambing terakhir telah melewatinya maka kambing pertama dikembalikan kepadanya. (Ini terus menerus berlangsung) pada hari antara manusia, maka dia mengetahui jalannya.”

Al–Amiri berkata, ‘Lalu apakah hak unta itu wahai Abu Hurairah? Dia menjawab, Kamu menunaikan unta yang tidak cacat, memberikan unta yang air susunya deras, meminjamkan punggungnya untuk dikendarai, memberi minum orang-orang dengan air susunya dan meminjamkan pejantan untuk membuahi (betina).” HR. Abu Dawud dan an-Nasa-i.

(Jalan periwayatan lain bagi hadits ini): Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah , ia mengatakan bahwa Rasulullah telah bersabda, “Tidak ada pemilik harta haknya kecuali harta itu akan dijadikan sebagai lempengan-lempengan yang dipanaskan di atas Neraka Jahannam. Lalu wajahnya, lambungnya dan punggungnya disetrika dengan lempengan panas itu hingga Allah mengadili hamba-hamba-Nya di hari yang kadarnya 50 ribu tahun dari apa yang mereka hitung. Kemudian orang itu akan melihat jalannya, apakah ke Surga ataukah ke Neraka.”

Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu pun menyebutkan hadits tentang unta, sapi dan kambing sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Dan di dalam hadits itu disebutkan: ‘Kuda itu untuk tiga macam orang: 1) kuda yang menjadi pahala bagi pemiliknya, 2) kuda yang menjadi penutup bagi dosa pemiliknya dan 3) kuda dosa bagi pemiliknya.’ dan seterusnya…,” Muslim meriwayatkan- nya secara sendiri tanpa al-Bukhari dengan sempurna di kitab Shahiih-nya.”

Tujuan penyebutan hadits-hadits tersebut di sini adalah untuk menerangkan kalimat { فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍ } “Dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun,” pada ayat di atas. Dan di hadits-hadits ini disebutkan: hingga Allah mengadili hamba-hamba- Nya di hari yang kadarnya 50 ribu tahun.

Anjuran Bersabar Kepada Nabi

Firman-Nya, { فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيْلًا } “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik,” yakni: Bersabarlah wahai Muhammad atas pendustaan kaummu terhadapmu dan ketergesa-gesaan mereka untuk melihat adzab-Ku. Ini disebabkan karena mereka meyakini adzab ini tidak akan terjadi.

Sikap mereka digambarkan pula dalam firman-Nya, { يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِهَاۚ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مُشْفِقُوْنَ مِنْهَاۙ وَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهَا الْحَقّ } “Orang-orang yang tidak beriman kepada hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar (akan terjadi). “(QS. Asy-Syuuraa: 18) Oleh karena itu, di surat ini Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { اِنَّهُمْ يَرَوْنَهٗ بَعِيْدًا } “Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). “Maksudnya, mereka yakin bahwa siksaan itu tidak mungkin terjadi.

Hari Kiamat itu menurut orang-orang kafir sangatlah jauh, yakni mustahil terjadi. { وَّنَرٰىهُ قَرِيْبًا } “Sedangkan kami memandangnya dekat (pasti terjadi). ” Maksudnya, orang-orang mukmin meyakini bahwa hari Kiamat itu dekat, meskipun hanya Allah Subhanallahu wa ta’ala saja yang mengetahui kapan kejadiannya. Akan tetapi, segala sesuatu yang akan datang itu adalah dekat dan pasti terjadi, tidak bisa tidak.

Al-Ma’aarij, Ayat 8-18

يَوْمَ تَكُوْنُ السَّمَاۤءُ كَالْمُهْلِ، وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ، وَلَا يَسْـَٔلُ حَمِيْمٌ حَمِيْمًا، يُبَصَّرُوْنَهُمْۗ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِىِٕذٍۢ بِبَنِيْهِ، وَصَاحِبَتِهٖ وَاَخِيْهِ، وَفَصِيْلَتِهِ الَّتِيْ تُـْٔوِيْهِ، وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًاۙ ثُمَّ يُنْجِيْهِ، كَلَّاۗ اِنَّهَا لَظٰى، نَزَّاعَةً لِّلشَّوٰى، تَدْعُوْا مَنْ اَدْبَرَ وَتَوَلّٰى، وَجَمَعَ فَاَوْعٰى

“(Ingatlah) pada hari ketika langit men-jadi bagaikan cairan tembaga (8) dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan) (9) dan tidak ada seorang teman karib pun menanyakan temannya (10) sedang mereka saling melihat. Pada hari itu, orang yang berdosa ingin sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya (11) dan istrinya dan saudaranya (12) dan keluarga yang melindunginya (di dunia) (13) dan orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya (14) Sama sekali tidak! Sungguh, neraka itu api yang bergejolak (15) yang mengelupaskan kulit kepala (16) Yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling (dari agama) (17) dan orang yang mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.” (18)

Kedahsyatan Hari Kiamat

Allah Subhanallahu wa ta’ala mengabarkan bahwa siksaan orang-orang kafir itu pasti terjadi. { يَوْمَ تَكُوْنُ السَّمَاۤءُ كَالْمُهْلِ } “Pada hari ketika langit menjadi seperti lelehan perak. “Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, Mujahid, ‘Atha’, Sa’id bin Jubair, Ikrimah, as-Suddi dan yang lainnya berkata, “Yakni bagaikan lelehan minyak.” { وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ} “Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan),”yakni bagaikan wol-wol yang beterbangan, demikianlah pendapat Mujahid, Qatadah dan as-Suddi.”

Hal ini seperti firman-Nya, { وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ } “Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al- Qaari’ah: 5)

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَلَا يَسْـَٔلُ حَمِيْمٌ حَمِيْمًا } “Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat.” Maksudnya, sesama sahabat tidak saling menanyakan kabar masing-masing, padahal mereka saling melihat- dalam keadaan terburuk. Hal ini karena masing-masing nya disibukkan oleh keadaannya sendiri.

Al-‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, “Sebagian mereka mengetahui sebagian yang lainnya, dan mereka saling mengenal. Namun setelah itu mereka saling menjauh. Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِ } “Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.’ (QS. Abasa: 37)”

Ayat ini seperti firman-Nya, { يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِيْ وَالِدٌ عَنْ وَّلَدِهٖۖ وَلَا مَوْلُوْدٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَّالِدِهٖ شَيْـًٔاۗ اِنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقّ } “Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar.” (QS. Luqman: 33) Dan firman-Nya, { وَاِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ اِلٰى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰى } seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tidaklah akan dipikulkan untuknya sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya.” (QS. Faathir: 18) Dan juga firman-Nya, { فَاِذَا نُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَلَآ اَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ وَّلَا يَتَسَاۤءَلُوْنَ } “Apabila Sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya. (QS. Mu’-minuun: 101) Dan seperti firman-Nya pula, { يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ اَخِيْهِ وَاُمِّهٖ وَاَبِيْهِ وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيْهِ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُمْ يَوْمَىِٕذٍ شَأْنٌ يُّغْنِيْهِ } “Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mem- punyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 34-37)

Firman-Nya, { يُبَصَّرُوْنَهُمْۗ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِيْ مِنْ عَذَابِ يَوْمِىِٕذٍۢ بِبَنِيْهِ وَصَاحِبَتِهٖ وَاَخِيْهِ وَفَصِيْلَتِهِ الَّتِيْ تُـْٔوِيْهِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًاۙ ثُمَّ يُنْجِيْهِ كَلَّا } “Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari adzab hari itu dengan anak-anaknya, dan istrinya dan saudaranya, dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi selurubnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat.” Yakni, tebusan itu tidak akan diterima darinya, walaupun dia mendatangkan seluruh huni dunia dan memberikan harta bendanya yang paling berharga. Walaupun dia menebus dirinya dengan emas sepenuh jagad raya atau dengan seluruh keturunannya -di mana mereka adalah jantung hatinya di dunia-, maka tebusan mereka tidak akan diterima pada Hari Kiamat. Padahal ketika itu dia melihat hal-hal yang mengerikan, dan dia sangat ingin menebus adzab Allah dengan semua itu. Tapi sekali lagi, tebusan mereka tidak diterima.

Mujahid dan as-Suddi mengatakan bahwa lafazh { فَصِيْلَتِهِ}“(Firman-Nya) dan kaum familinya,” artinya kabilah dan kerabatnya.” ‘Ikrimah berkata, “(Yakni) marga di mana dia berasal darinya.” Asyhab berkata dari Malik, “Yakni kerabatnya, atau ibunya.”

Firman-Nya, { اِنَّهَا لَظٰى} “Sesungguhnya Neraka itu adalah api yang bergejolak,” adalah sifat api Neraka yang memuncak panas-nya.

Tentang firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, { نَزَّاعَةً لِّلشَّوٰى} “Yang mengelupaskam kulit kepala,”Ibnu ‘Abbas s dan Mujahid berkata, “Lafazh لِّلشَّوٰى adalah kulit kepala.” Al-Hasan al-Bashri dan Tsabit al-Bunani berkata, “Yang mengelupaskan kulit kepala,’ maksudnya adalah menghancurkan keindahan wajahnya.” Qatadah berkata, “Yakni menge- lupaskan kulit kepala, menghancurkan keindahan wajahnya, juga bentuk dan anggota badannya.” Adh-Dhahhak berkata, “Yakni mengelupaskan kulit dan daging dari tulang tempatnya menempel, hingga tidak tersisa sedikit pun.’ Ibnu Zaid berkata, ‘Lafazh لِّلشَّوٰى adalah anggota tubuh berikut tulang-belulangnya.” Jadi firman-Nya, “mengelupaskan” berarti memotong tulang-tulang mereka, lalu kulit dan daging mereka pun berubah bentuk (hancur berantakan).

Firman-Nya, { تَدْعُوْا مَنْ اَدْبَرَ وَتَوَلّٰى} “Yang memanggil orang yang membelakang dan yang berpaling (dari agama). Serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya,” yakni api Neraka itu memanggil para penghuninya. Allah menciptakan mereka untuknya dan menakdirkan mereka di dunia beramal dengan amal yang menyebabkan masuk Neraka. Neraka memanggil mereka dengan lidah di antara penghuni padang Mahsyar seperti seekor burung yang mematuk biji-bijian.

Hal itu karena mereka sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanallahu wa ta’ala, “orang-orang yang membelakangi dan orang-orang yang berpaling dari agama Allah,” yakni mendustakan dengan hatinya dan menolak beramal dengan anggota tubuhnya. { وَجَمَعَ فَاَوْعٰى } “Serta mengumpulkan (harta benda) lalu menyimpannya.” Mereka mengumpulkan harta benda hingga menumpuk, lalu menyimpannya tanpa menunaikan hak Allah padanya. Mereka tidak melaksanakan kewajibannya, yaitu membayar zakat.

Disebutkan dalam sebuah hadits:

لَا تُوْعِيْ فَيُوْعِيَ اللهُ عَلَيْكِ

“Janganlah kamu hanya mengumpulkan (harta) karena Allah akan menahan atasmu. “

 

 

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker