ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Nuh {Bagian 2}

Nuh, Ayat 21-24

قَالَ نُوْحٌ رَّبِّ اِنَّهُمْ عَصَوْنِيْ وَاتَّبَعُوْا مَنْ لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهٗ وَوَلَدُهٗٓ اِلَّا خَسَارًا، وَمَكَرُوْا مَكْرًا كُبَّارًا، وَقَالُوْا لَا تَذَرُنَّ اٰلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ەۙ وَّلَا يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًا، وَقَدْ اَضَلُّوْا كَثِيْرًا ەۚ وَلَا تَزِدِ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا ضَلٰلًا

“Nuh berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku, dan mereka mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya hanya menambah kerugian baginya (21) dan mereka melakukan tipu daya yang sangat besar.” (22) Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa‘, Yagus, Ya‘uq dan Nasr.” (23) Dan sungguh, mereka telah menyesatkan banyak orang; dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kesesatan.” (24)

Pengaduan Nuh Kepada Allah Tentang Jawaban Kaumnya Kepadanya

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman mengabarkan bahwa Nuh mengadu kepada-Nya sementara Dia adalah Maha Mengetahui segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya.

Walaupun Nuh ‘Alaihi Sallam telah memberikan penjelasan sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya dan menggunakan berbagai macam cara dakwah, terkadang dengan anjuran dan terkadang dengan ancaman, akan tetapi kaumnya tetap membangkang, menentang dan mendustakannya. Mereka mengikuti para pemuja dunia. Mereka adalah orang-orang yang lalai dari perintah Allah Subhanallahu wa ta’ala, meskipun mereka diberi kenikmatan dunia berupa harta dan anak-anak. Semua nikmat itu ternyata istidraj [Kenikmatan dari Allah memiliki dua kemungkinan. Bagi orang-orang mukmin, semua kenikmatan adalah sebagai suatu bentuk kemuliaan dari Al- lah kepada mereka, sedangkan bagi orang kafir adalah sebaliknya, yakni sebagai bentuk penghinaan sehingga mereka menyangka bahwa Allah me- nyayangi mereka, karena Allah a tidak langsung menyiksa mereka. Allah mengulur-ulur waktu mereka, padahal secara lambat tapi pasti, mereka akan Allah siksa. Inilah yang dinamakan istidraj]. bukan penghormatan.

Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {وَاتَّبَعُوْا مَنْ لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهٗ وَوَلَدُهٗٓ اِلَّا خَسَارًا} “Dan (mereka) telah mengikuti orang- orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. “Huruf daal pada kata walad dalam ayat inu dibaca dengan dhammah dan fat-hah, maknanya berdekatan.

Firman-Nya, {وَمَكَرُوْا مَكْرًا كُبَّارًا} “Dan melakukan tipu-daya yang amat besar, “Mujahid berkata, “Yang amat besar, artinya yang sangat dahsyat.”

Ibnu Zaid berkata, “Lafazh {كُبَّارًا} (yang amat besar).” Yakni كُبِيْرًا Orang-orang Arab berkata, عُجَّابٌ= عُجَابٌ=أَمْرٌ عَجِيْبٌ (perkara yang aneh atau unik), جُمَّالٌ= جُمَالٌ حُسَّانٌ:= رَجُلٌ حُسَانٌ (laki-laki tampan), baik dengan sin dan jim tanpa tasydid maupun ber-tasydid, maknanya sama saja.”

Arti firman-Nya, “Dan melakukan tipu-daya yang amat besar,” adalah tipu daya yang mereka lakukan kepada para pengikut mereka dengan membodohi mereka bahwa mereka di atas kebenaran dan petunjuk, sebagaimana yang akan mereka katakan pada hari Kiamat, {بَلْ مَكْرُ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ اِذْ تَأْمُرُوْنَنَآ اَنْ نَّكْفُرَ بِاللّٰهِ وَنَجْعَلَ لَهٗٓ اَنْدَادًا} “(Tidak) sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.” (QS. Saba’: 33)

Berhala-Berhala Kaum Nuh Dan Nasib- Nya

Oleh karena itu di sini Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman,

وَمَكَرُوْا مَكْرًا كُبَّارًا وَقَالُوْا لَا تَذَرُنَّ اٰلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَّلَا سُوَاعًا ەۙ وَّلَا يَغُوْثَ وَيَعُوْقَ وَنَسْرًا

“Dan melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata: Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr’,”
ini adalah nama-nama berhala yang mereka sembah selain Allah.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa berhala-berhala milik kaum Nuh diwarisi oleh bangsa Arab setelah itu. Wadd milik Kalb di Daumatil Jandal, Suwa’ milik Hudzail, Yaghuts milik Murad dan Bani Ghathif di al-Juruf, Ya’uq milik Hamdan, dan Nasr milik Himyar keluarga Dzi Kala’. Mereka adalah nama-nama orang shalih kaum Nuh. Ketika mereka meninggal maka syaitan membisikkan kepada kaum mereka agar di tempat-tempat mereka beribadah dan menamakan patung-patung itu dengan nama-nama mereka. Mereka pun melakukan bisikan syaitan itu.

Patung-patung itu pada awalnya tidak disembah, namun ketika generasi mereka telah habis dan ilmu terkikis, akhirnya patung-patung tersebut disembah.  Perkataan senada diriwayatkan dari Ikrimah, adh-Dhahhak, Qatadah dan Ibnu Ishaq. Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, “Ini adalah berhala-berhala disembah pada zaman Nabi Nuh.”

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muhammad bin Qais bahwa Yaghuts, Ya’uq dan Nasr adalah orang-orang shalih yang hidup di masa antara Nabi Adam dan Nuh. Mereka dahulu memiliki para pengikut yang setia. Ketika mereka meninggal dunia, para pengikut mereka yang meneladani mereka berkata, Seandainya kita membuat mereka niscaya akan lebih memacu kita untuk beribadah jika kita mengingat mereka.’ Mereka pun membuatnya, dan ketika mereka meninggal dunia, syaitan pun menggoda keturunan mereka dengan membisikkan bahwa dahulu mereka menyembah patung-patung itu, dan dengannya mereka meminta turun hujan, sehingga para kturunan mereka itu pun menyembahnya.

Do’a Nuh Atas Kaumnya Dan Untuk Pengikutnya Yang Beriman Kepadanya

Firman-Nya, {وَقَدْ اَضَلُّوْا كَثِيْرًا} “Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia),” yakni berhala-berhala yang mereka sembah itu telah menyesatkan banyak orang. Penyembahan berhala pun terus dilakukan sepanjang abad hingga sekarang, baik di kalangan bangsa Arab, non Arab, maupun golongan-golongan bani Adam lainnya.

Ibrahim berkata dalam do’anya, {وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ} “Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cHcuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35-36) Firman-Nya, {وَلَا تَزِدِ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا ضَلٰلًا} “Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kesesatan,” adalah do’a Nuh atas kaumnya karena kekerasan hati, kekufuran dan pengingkaran mereka. Ini sebagaimana Musa berdo’a atas Fir’aun beserta kaumnya, {رَبَّنَا اطْمِسْ عَلٰٓى اَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْا حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَابَ الْاَلِيْمَ} “Ya Rabb kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih.” (QS. Yunus: 88)

Allah Subhanallahu wa ta’ala telah mengabulkan do’a dua Nabi ini atas kaumnya. Maka umat kedua Nabi ini pun ditenggelamkan karena pengingkaran mereka terhadap risalah yang dibawa oleh keduanya.

 

Nuh, Ayat 25-28

مِمَّا خَطِيْۤـٰٔتِهِمْ اُغْرِقُوْا فَاُدْخِلُوْا نَارًا ەۙ فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْصَارًا، وَقَالَ نُوْحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْاَرْضِ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ دَيَّارًا، اِنَّكَ اِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوْا عِبَادَكَ وَلَا يَلِدُوْٓا اِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا، رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَّلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۗ وَلَا تَزِدِ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا تَبَارًا

“Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong selain Allah (25) Dan Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi (26) Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jahat dan tidak tahu bersyukur (27) Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku, dan siapa pun yang memasuki rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kehancuran.” (28)

Firman-Nya, {مِمَّا خَطِايَاهُمْ} boleh pula dibaca {مِمَّا خَطِيْۤـٰٔتِهِمْ}.artinya sama, yakni: “Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, [mereka ditenggelamkan].” Yakni karena begitu banyaknya dosa reka lakukan dan kegigihan mereka di atas kekufuran dan penging- karan terhadap Rasul-Rasul mereka, maka: {اُغْرِقُوْا فَاُدْخِلُوْا نَارًا} Mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke Neraka.”Mereka dipindahkan dari derasnya lautan ke panasnya api.

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْصَارًا} “Maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.”Mereka tidak mempunyai penolong, pembantu dan pelindung yang menyelamatkan mereka dari adzab Allah . Ini sebagaimana firman-Nya, {لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ} “Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.” (QS. Hud: 43)

Firman-Nya, {وَقَالَ نُوْحٌ رَّبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْاَرْضِ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ دَيَّارًا} “Nuh berkata: ‘Ya Rabb-ku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi,”yakni janganlah Engkau sisakan satupun dari mereka di muka bumi عَلَى الْاَرْضِ tidak pula seorang penghuni rumah pun دَيَّارًا. Model kalimat ini termasuk ke dalam gaya bahasa ta’kiidun nafyi (penegasan kalimat negatif).

Adh-Dhahhak berkata, “Lafazh دَيَّارًا artinya وَاحِدًا (seorang pun).” As-Suddi berkata, الدَّيَّارًا”ti adalah orang yang tinggal di 3i (rumah).” Akhirnya Allah menyapu bersih semua orang-orang kafir penghuni dunia, termasuk anak kandung Nabi Nuh yang menjauh dari bapaknya seraya berkata,

سَاٰوِيْٓ اِلٰى جَبَلٍ يَّعْصِمُنِيْ مِنَ الْمَاۤءِ ۗقَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ اِلَّا مَنْ رَّحِمَ ۚوَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِيْنَ

“Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliha- raku dari air bab! Nuh berkata: Tidak ada yang melindungi (di) hari ini dari adzab Allah, selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.’ Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.”
(QS. Hud: 43)

Allah menyelamatkan para awak kapal yang beriman bersama Nuh ‘Alaihi Sallam. Allah telah memerintahkan kepada Nuh agar membawa mereka bersamanya.

Firman-Nya menerangkan ucapan Nuh ‘Alaihi Sallam, {اِنَّكَ اِنْ تَذَرْهُمْ يُضِلُّوْا عِبَادَكَ} “Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu,” yakni jika Engkau menyisakan seorang saja di antara mereka, niscaya dia akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, yakni orang-orang yang Engkau ciptakan sesudah mereka.

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, masih menerangkan do’a Nabi Nuh. { وَلَا يَلِدُوْٓا اِلَّا فَاجِرًا كَفَّارًا } “Dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir,” yakni bermaksiat dalam bersikap, dan kafir dalam hatinya. Pendapat ini dilontarkan Nuh karena pengalamannya yang telah hidup bersama mereka selama 950 tahun.

Kemudian Nuh berkata, { رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا} “Ya Rabb-ku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman.” Adh-Dhahhak berkata, “Yakni yang masuk ke masjidku.” Namun tidak ada halangan untuk memahami ayat ini secara lahir, bahwa Nuh mendo’akan setiap orang masuk ke rumahnya.

Firman-Nya, {وَّلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ} “Dan semua orang yang iman laki-laki dan perempuan,”adalah do’a untuk semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan, baik yang masih hidup atau yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu do’a seperti ini dianjurkan untuk meneladani Nabi Nuh dan mengikuti atsar-atsar yang menetapkan do’a-do’a yang masyhur dan disyari’atkan.

Firman-Nya, { وَلَا تَزِدِ الظّٰلِمِيْنَ اِلَّا تَبَارًا} “Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zhalim itu selain kebinasaan.” As-Suddi berkata, “(Yakni) kecuali kehancuran.” Mujahid berkata, “(Yakni) kecuali kerugian,” baik di dunia maupun diakhirat.”

Akhir tafsir surat Nuh, walhamdulillaah.”

 

 

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker