ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Al-Qiyaamah {Bagian 2}

Al-Qiyaamah, Ayat 16-25

لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖ، اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗ، فَاِذَا قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ، ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗ، كَلَّا بَلْ تُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ، وَتَذَرُوْنَ الْاٰخِرَةَ، وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرَةٌ، اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ، وَوُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍۢ بَاسِرَةٌ، تَظُنُّ اَنْ يُّفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ

“Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur’an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya (16) Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya (17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18) Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya (19) Tidak! Bahkan kamu mencintai kehidupan dunia (20) dan mengabaikan (kehidupan) akhirat (21) Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri (22) memandang Tuhannya (23) Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram (24) mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat.” (25)

 

Pendidikan Allah Subhanallahu Wa Ta’ala Kepada Rasul-Nya Tentang Adab Ketika Menerima Wahyu

Ini adalah pendidikan yang Allah Subhanallahu wa ta’ala berikan kepada Rasul-Nya tentang tata cara menerima wahyu dari Malaikat. Dahulu beliau terburu-buru menerima wahyu dan mendahului Malaikat dalam membacanya. Maka Allah memerintahkannya, bahwa jika Malaikat datang membawa wahyu kepadanya, hendaklah ia mendengarkannya dengan tuntas.

Allah Subhanallahu wa ta’ala menjamin bahwa Dia akan mengumpulkan al-Qur-an di dalam dada beliau . Allah akan memudahkan penunaian- nya sesuai dengan apa yang beliau terima dari Malaikat. Allah akan menjelaskannya, menafsirkannya dan menerangkannya untuk beliau.

Jadi yang pertama adalah menghafalnya, yang kedua adalah membacanya dan yang ketiga adalah menjelaskan maknanya. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖ} “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur-an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya,” yakni al-Qur-an, sebagaimana firman-Nya, {وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا} ‘Dan  janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur-an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: “Ya Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaahaa: 114)

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ} “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya,” yakni di dadamu. {وَقُرْاٰنَهٗ} “Dan (membuatmu pandai) membacanya,” yakni membaca al-Qur-an. {فَاِذَا قَرَأْنٰهُ} “Apabila Kami telah selesai membacakan- nya, “yakni apabila Malaikat telah selesai membacakannya kepada- mu dari Allah. {فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ} “Maka ikutilah bacaannya itu,” yakni dengarkanlah dia, lalu bacalah sebagaimana dia membacakannya kepadamu.

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗ} “Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya, ” yakni setelah menghafal dan membacanya, maka Kami akan menjelaskannya, menerangkannya dan mengilhamkan maknanya kepadamu sesuai dengan yang Kami kehendaki dan syari’atkan.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbass Radiyallahu ‘anhuma ia berkata, “Dahulu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kesulitan dalam menerima wahyu, maka beliau pun menggerakkan bibirnya. Said bin Jubair, rawi dari Ibnu ‘Abbass Radiyallahu ‘anhuma berkata, “Ibnu ‘Abbass Radiyallahu ‘anhuma berkata kepadaku, ‘Saya menggerakkan bibir sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah.”

Musa bin Abi ‘Aisyah, rawi dari Said bin Jubair berkata, “Sa’id berkata kepadaku, ‘Saya menggerakkan bibirku sebagaimana aku melihat Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma melakukannya.’ Maka, Allah Subhanallahu wa ta’ala menurunkan ayat, {لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖ اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰنَهٗ} ‘Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur-an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya, Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.” Ibnu ‘Abbas berkata, (Yakni), Allah telah mengumpulkannya di dadamu kemudian kamu membacanya.

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {فَاِذَا قَرَأْنٰهُ فَاتَّبِعْ قُرْاٰنَهٗ} ‘Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu,’ yakni dengarkan dan perhatikanlah bacaan itu. {ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهٗ} ‘Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya.

Sejak itu, begitu Jibril pergi dari sisi beliau maka beliau membacanya sebagaimana Jibril telah membacakannya kepada beliau.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. Lafazh al-Bukhari adalah, “Ketika Jibril datang maka beliau akan menunduk. Apabila dia telah pergi maka beliau akan membacanya sebagaimana yang telah Allah Subhanallahu wa ta’ala janjikan.”

Sebab Pengingkaran Terhadap Hari Kiamat Adalah Kecintaan Kepada Dunia Dan Kelalaian Terhadap Akhirat

Firman-Nya, {كَلَّا بَلْ تُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَتَذَرُوْنَ الْاٰخِرَةَ} “Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia, dan meninggalkan (kehidupan) akhirat,” yakni sebab pengingkaran mereka terhadap hari Kiamat dan penyelisihan mereka terhadap wahyu yang haq dan al-Qur-an yang agung, yang Allah Subhanallahu wa ta’ala turunkan kepada Rasul-Nya adalah ambisi mereka terhadap kehidupan dunia. yang instan (namun akan binasa), sementara mereka melalaikan dan tidak memedulikan kehidupan akhirat (yang kekal abadi).

Melihat Allah Di Akhirat

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاضِرَةٌ} “Wajah-wajah (orang-orang mukmin)pada hari itu berseri-seri,” yakni indah, cerah, bersinar lagi bergembira. { اِلٰى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ} “Kepada Rabb-nyalah mereka melihat,” yakni melihat-Nya secara nyata dengan mata kepala, sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahiih-nya:

اِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ عِيَانًا

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian secara nyata.”

Hadits-hadits tentang orang-orang mukmin dapat melihat Allah Subhanallahu wa ta’ala di hari Kiamat telah diriwayatkan secara shahih dengan jalan-jalan periwayatan yang mutawatir, seperti hadis Abu Sa’id dan Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu dalam ash-Shabiihain, bahwa sekelompok orang berkata, “Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Rabb kami pada hari Kiamat?” Beliau bersabda:

هَلْ تُضَارُّوْنَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ لَيْسَدُوْنَهَا سَحَابٌ

“Apakah kalian terganggu ketika melihat matahari dan bulan tanpa dihalangi awan?”

Mereka berkata, “Tidak.” Beliau bersabda:

فَاِنَّكُمْ تَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَذَالِكَ

“Demikianlah kalian akan melihat Rabb kalian.”

Dalam ash-Shahiihain dari Jarir, ia berkata, “Rasulullah memandangi bulan di malam purnama, lalu beliau bersabda:

إِنَّكُمْ تَرَوْنَ رَبَّكُمْ كَمَا تَرَوْنَ هَذَا الْقَمَرَ فَإِنِ استَطَعتُم ألَّا تُغلَبوا عَلَى صَلاةٍ قَبلَ طُلوعِ الشَّمسِ وقَبلَ غُروبِها، فَافْعَلُوْا

“Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini. Apabila kalian mampu menjaga sha- lat sebelum terbit dan terbenamnya matahari maka lakukanlah,”

Di antara hadits-hadits yang diriwayatkan oleh Muslim adalah hadits dari Shuhaib dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الجَنَّةَ، قالَ: يقولُ اللَّهُ تَبارَكَ وتَعالَى: تُرِيدُونَ شيئًا أزِيدُكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: أَلَمْ تُبَيِّضْ وُجُوهَنا؟ ألَمْ تُدْخِلْنا الجَنَّةَ، وتُنَجِّنا مِنَ النَّارِ؟ قالَ: فَيَكْشِفُ الحِجابَ، فَما أُعْطُوا شيئًا أحَبَّ إليهِم مِنَ النَّظَرِ إلى رَبِّهِمْ عزَّ وجلَّ. وفي رواية: وزادَ ثُمَّ تَلا هذِه الآيَةَ: {لِلَّذِينَ أحْسَنُوا الحُسْنَى وزِيادَةٌ}

“Apabila penghuni Surga telah masuk Surga, Allah berfirman, “Maukah kalian Aku tambah?’ Mereka menjawab, ‘Bukankah Engkau telah mencerahkan wajah kami, bukankah Engkau telah memasukkan kami ke Surga dan menyelamatkan kami dari Neraka?” Maka Allah menyingkap tirai. Tidak ada sesuatu yang lebih mereka sukai daripada melihat Rabb mereka. Dan inilah tambahan itu.” Kemudian Beliau membaca ayat, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (Surga) dan tambahannya.”
(QS. Yunus: 26)

Di antara hadits yang diriwayatkan oleh Muslim adalah hadits dari Jabir:

إِنَّ اللهَ يَتَجَلَّىٰ لِلْمُؤْمِنِيْنَ يَضْحَكُ

“Sesungguhnya Allah menampakkan diri untuk orang-orang mukmin seraya tertawa.”

Yakni di hari Kiamat. Dalam hadits-hadits ini disebutkan bahwa orang-orang mukmin itu melihat Rabb mereka di hari Kiamat dan di taman-taman Surga. Kalau tidak khawatir pembaca bosan dengan penjelasan yang terlalu panjang niscaya penulis telah menyebutkan hadits-hadits lengkap dengan jalan-jalan periwayatannya dan lafazh- lafazhnya, baik yang shahih dan hasan, dari Musnad dan Sunan, akan hal itu telah penulis sebutkan di tempat-tempat yang berbeda- tetapi beda dalam tafsir ini. Hanya Allah-lah pemberi taufik.

Wajah Orang Yang Bermaksiat Akan Menghitam Pada Hari Kiamat

Firman-Nya, { وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍۢ بَاسِرَةٌ} “Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram.” Inilah gambaran wajah-wajah orang-orang yang jahat pada hari Kiamat. Qatadah berkata, “(Yakni) bermuka masam.” As-Suddi berkata, “(Yakni) raut wajahnya berubah.”

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { تَظُنُّ اَنْ يُّفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ} “Mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat. “Mujahid berkata, “(Yakni) bencana.” Qatadah berkata, “(Yakni) keburukan.” As-Suddi berkata, “Mereka yakin akan celaka.” Ibnu Zaid berkata, “Mereka yakin akan masuk Neraka.” Hal ini seperti firman-Nya, { يَّوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوْهٌ وَّتَسْوَدُّ وُجُوْهٌ} “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.” (QS. Ali “Imran: 106) Dan seperti firman-Nya,

{ وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ مُّسْفِرَةٌ ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ وَوُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ}

“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa dan gembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu, dan ditutup lagi oleh kegelapan. Mereka itulah orang-orang kafir lagi durhaka.” (QS. ‘Abasa: 38-42) Dan seperti firman-Nya, { وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌ عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةً} “Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sa- ngat panas (Neraka),” Sampai kepada firman-Nya, { وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ نَّاعِمَةٌ لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ فِيْ جَنَّةٍ عَالِيَةٍ} “Banyak muka pada hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya, dalam Surga yang tinggi,” (QS. Al-Ghaasyiyah: 2-10) dan ayat-ayat lainnya yang serupa.

Al-Qiyaamah, Ayat 26-40

كَلَّآ اِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ، وَقِيْلَ مَنْ ۜرَاقٍ، وَّظَنَّ اَنَّهُ الْفِرَاقُ، وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ، اِلٰى رَبِّكَ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْمَسَاقُ، فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلّٰى، وَلٰكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى، ثُمَّ ذَهَبَ اِلٰٓى اَهْلِهٖ يَتَمَطّٰى، اَوْلٰى لَكَ فَاَوْلٰى، ثُمَّ اَوْلٰى لَكَ فَاَوْلٰى، اَيَحْسَبُ الْاِنْسَانُ اَنْ يُّتْرَكَ سُدًى، اَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّنْ مَّنِيٍّ يُّمْنٰى، ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوّٰى، فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْاُنْثٰى، اَلَيْسَ ذٰلِكَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يُّحْيِ َۧ الْمَوْتٰى

“Tidak! Apabila (nyawa) telah sampai ke kerongkongan (26) dan dikatakan (kepadanya), “Siapa yang dapat menyembuhkan?” (27) Dan dia yakin bahwa itulah waktu perpisahan (dengan dunia) (28) dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan) (29) kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau (30) Karena dia (dahulu) tidak mau membenarkan (Al-Qur’an dan Rasul) dan tidak mau melaksanakan salat (31) tetapi justru dia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran) (32) kemudian dia pergi kepada keluarganya dengan sombong (33) Celakalah kamu! Maka celakalah! (34) Sekali lagi, celakalah kamu (manusia)! Maka celakalah! (35) Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? (36) Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim) (37) kemudian (mani itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya (38) lalu Dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan (39) Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?.” (40)

Keyakinan Akandatang, Disaat Sakaratul Maut

Allah mengabarkan tentang keadaan saat sakaratul maut serta hal-hal yang menakutkan seputar kematian. Semoga Allah meneguhkan kita pada saat itu dengan perkataan yang teguh.

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { كَلَّآ اِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ} “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) samipai ke kerongkongan.” Jika kita menganggap kalla (sekali-kali jangan) di sini sebagai peringatan keras yang memberi efek jera, maka makna ayat ini adalah: Wahai manusia, pada saat itu kamu tidak akan mendustakan apa yang telah Aku kabarkan, karena hal itu telah berubah menjadi sesuatu yang terasa dan terlihat dengan mata kepala. Dan jika kita menganggap kalla bermakna haqqa (benar-benar) maka makna ayat ini jelas, yakni: Benar, jika ruhmu dicabut dari jasadmu, dan ia telah sampai di taraqi-mu.

Kata at-taraaqi adalah jamak kata tarquwah, yaitu tulang antara leher bagian bawah dan pundak, sebagaimana firman-Nya,

فَلَوْلَآ اِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُوْمَ وَاَنْتُمْ حِيْنَىِٕذٍ تَنْظُرُوْنَ وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلٰكِنْ لَّا تُبْصِرُوْنَ فَلَوْلَآ اِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِيْنِيْنَ تَرْجِعُوْنَهَآ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

“Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat. Maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah), kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempat- nya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?”
(QS. Al-Waaqi’ah: 83-87)

Demikian pula di sini Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {كَلَّآ اِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ} “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan.” ‘Ikrimah berkata dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, “Yakni adakah pembaca ruqyah yang sudi meruqyah?”

Abu Qilabah berkata, “(Firman-Nya) {وَقِيْلَ مَنْ ۜرَاقٍ} Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan? Yakni siapakah dokter yang dapat menyembuhkannya?” Demikian pulalah pendapat Qatadah, adh-Dhahhak dan Ibnu Zaid.”

‘Ali bin Abi Thalhah berkata tentang firman-Nya, {وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ} Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan),” (yakni) hari dunia yang terakhir bertemu dengan hari Akhirat yang pertama, sehingga kedua hal yang dahsyat ini pun bertemu. [Menun- jukkan ketakutan dan kedahsyatan yang luar biasa bagi manusia], kecuali dirahmati Allah.

‘Ikrimah berkata, “(Firman-Nya) dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan),’ yakni perkara yang besar bertemu dengan perkara yang besar pula.” Mujahid berkata, “(Yakni) bala’ (ujian) bertemu dengan bala’ berikutnya.”

Al-Hasan al-Bashri berkata tentang firman-Nya, “dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), “yakni kedua betismu saling bertaut.” Dalam riwayat lain darinya, ia berkata, “Kedua kakinya lumpuh dan tidak dapat menopang tubuhnya, sedangkan dahulu dia menggunakannya untuk bepergian.

Firman-Nya, {اِلٰى رَبِّكَ يَوْمَىِٕذِ ِۨالْمَسَاقُ} “Kepada Rabb-mulah pada hari itu kamu dihalau,” yakni tempat kembali dan berpulang. Hal itu karena ruh naik ke langit, maka Allah berfirman, “Kembalikanlah hamba-Ku ke bumi karena darinyalah Aku menciptakannya, kepadanya Aku mengembalikannya dan darinyalah Aku akan membangkitkannya kembali.” Demikianlah yang disebutkan dalam hadits al-Bara’ yang panjang.

Dan Allah Subhanallahu wa ta’ala telah berfirman,

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهٖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً ۗحَتّٰٓى اِذَا جَاۤءَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لَا يُفَرِّطُوْنَ ثُمَّ رُدُّوْٓا اِلَى اللّٰهِ مَوْلٰىهُمُ الْحَقِّۗ اَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ اَسْرَعُ الْحَاسِبِيْنَ

“Dan Dia-lah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu Malaikat-Malaikat penjaga, se- hingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh Malaikat-Malaikat Kami, dan Malaikat-Malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah, babrwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dia-lah Pembuat perhitungan yang paling cepat.”
(QS. Al-An’aam: 61-62)

Kabar Tentang Pendusta

Firman-Nya, {فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلّٰى وَلٰكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى} “Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan al-Qur-an) dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran). “Ini adalah kabar tentang orang kafir yang dahulu di dunia mendustai ke- benaran dengan hatinya dan berpaling dari beramal shalih dengan anggota badannya. Maka tidak ada kebaikan baginya, baik secara lahir maupun bathin. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلّٰى وَلٰكِنْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰى ثُمَّ ذَهَبَ اِلٰٓى اَهْلِهٖ يَتَمَطّٰى} “Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan al-Qur-an) dan tidak mau mengerjakan shalat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran), kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong),”yakni takabbur, angkuh dan malas, tidak berambisi atau ingin beramal.

Ini sebagaimana firman-Nya, {وَاِذَا انْقَلَبُوْٓا اِلٰٓى اَهْلِهِمُ انْقَلَبُوْا فَكِهِيْنَ} “Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira.” (QS. Al-Muthaffifiin: 31) Dan firman- Nya, {اِنَّهٗ كَانَ فِيْٓ اَهْلِهٖ مَسْرُوْرًا اِنَّهٗ ظَنَّ اَنْ لَّنْ يَّحُوْرَ بَلٰىۛ اِنَّ رَبَّهٗ كَانَ بِهٖ بَصِيْرًا} “Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) bergembira di kalangan kaumnya (yang sama-sama kafir). Sesungguhnya dia yakin bahwa dia sekali-kali tidak akan kembali (kepada Rabb-nya). (Bukan demikian), yang benar, sesung- gubnya Rabb-nya selalu melihatnya.” (QS. Al-Insyiqaaq: 13-15)

Adh-Dhahhak berkata dari Ibnu ‘Abbas, “(Firman-Nya) {ثُمَّ اَوْلٰى لَكَ فَاَوْلٰى} ‘Kemudian ia pergi kepada ablinya dengan ber- lagak (sombong),’ yakni bersikap sombong.” Qatadah dan Zaid bin Aslam berkata, “(Yakni) berlenggang (angkuh).”

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {اَوْلٰى لَكَ فَاَوْلٰى ثُمَّ اَوْلٰى لَكَ فَاَوْلٰى} “Kecelakaan-lah bagimu hai (orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu.” Ini adalah ancaman dan tekanan yang pasti dari Allah Subhanallahu wa ta’ala kepada orang kafir yang berlenggak-lenggok dalam berjalan. Artinya, kamu berhak berjalan demikian karena kamu telah mengingkari Penciptamu.

Gaya bahasa seperti ini dalam konteks mengancam dan menakut-nakuti, sebagaimana firman-Nya, {ذُقْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْكَرِيْمُ} “Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.” (OS. Ad-Dukhaan: 49) [Karena keadaan mereka adalah sebaliknya, yakni sangat lemah dan amat hina]. Dan seperti firman-Nya, {كُلُوْا وَتَمَتَّعُوْا قَلِيْلًا اِنَّكُمْ مُّجْرِمُوْنَ} “(Dikatakan kepada orang-orang Kafir): Makanlah dan bersenangsenanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek, sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa.” (QS. Al-Mursalaat: 46) Dan seperti firman-Nya, {فَاعْبُدُوْا مَا شِئْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ} “Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kebendaki selain Dia.” (QS. Az-Zumar: 15) Dan seperti firman-Nya, {اِعْمَلُوْا مَا شِئْتُمْ} “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki.” (QS. Fushshilat: 40) Dan seterusnya.

Abu’Abdirrahman an-Nasa-i meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, ia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu ‘Abbass Radiyallahu ‘anhuma tentang, Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu? Dia menjawab, ‘Rasulullah mengucapkannya kepada Abu Jahal, kemudian Allah menurunkan (ayat yang mendukung)nya.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah, “(Firman-Nya) Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu, kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu,’ adalah ancaman yang berlipat (berulang), sebagaimana yang kalian dengar. Dikatakan bahwa Abu Jahal memegang kerah Rasu- lullah, kemudian beliau bersabda:

اَوْلٰى لَكَ فَاَوْلٰى ثُمَّ اَوْلٰى لَكَ فَاَوْلٰى

“Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah ba- gimu, kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu.” Abu Jahal pun berkata, “Apakah kamu mengancamku, wahai Muhammad? Demi Allah, kamu dan Tuhanmu tidak akan mampu melakukan apa pun, dan sesungguhnya aku adalah orang yang pa- ling perkasa di antara orang-orang yang tinggal di antara dua gunung (yang ada di Makkah).”

Manusia Tidak Dibiarkan Begitu Saja

Firman-Nya, {اَيَحْسَبُ الْاِنْسَانُ اَنْ يُّتْرَكَ سُدًى} “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)” As-Suddi berkata, “Yakni tidak akan tidak dibangkitkan.” Mujahid, asy-Syafi’i dan ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, “Yakni tidak diperintah dan tidak dilarang.”

Yang jelas, ayat ini mengandung dua arti tersebut, yakni tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa perintah atau larangan, dan tidak dibiarkan di kubur tanpa dibangkitkan kembali, semua manusia diperintahkan untuk (melakukan kebaikan) dan dilarang (melakukan keburukan) di dunia. Kemudian mereka akan dibangkitkan pada hari Kiamat menuju Allah Subhanallahu wa ta’ala.

Ayat ini merupakan penetapan terhadap hari Kebangkitan dan bantahan terhadap pengingkarnya dari kalangan orang-orang yang menyimpang, jahil dan menentang.

Oleh karena itu Allah berdalil dengan awal penciptaan makhluk, untuk membuktikan kebenaran tentang adanya kebangkitan. Dia berfirman, {اَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّنْ مَّنِيٍّ يُّمْنٰى} “Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)?”Yakni bukankah dahulu manusia itu hanyalah berupa air mani yang hina. Yang ditumpahkan yakni yang dialirkan dari tulang sulbi pria ke rahim wanita?

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوّٰى} “Kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,” yakni air mani itu menjadi segumpal darah, lalu sekepal daging, lalu dibentuk dan ditiupkan ruh ke dalamnya hingga menjadi makhluk yang sempurna dengan anggota-anggota tubuh yang lengkap, baik itu laki-laki atau perempuan, sesuai dengan kehendak serta kekuasaan Allah Subhanallahu wa ta’ala.

Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْاُنْثٰى } “Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki laki dan perempuan.” Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { اَلَيْسَ ذٰلِكَ بِقٰدِرٍ عَلٰٓى اَنْ يُّحْيِ َۧ الْمَوْتٰى } “Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?” Yakni bukankah Pencipta makhluk yang sempurna ini dari setetes mani yang lemah adalah berkuasa untuk mengembalikannya, sebagaimana Dia menciptakan-nya pertama kali? Kekuasaan Allah untuk mengembalikan (membangkitkan kembali) bisa jadi lebih besar dibandingkan dengan kekuasaan-Nya untuk menciptakan mereka pertama kali. Bisa pula kedua kekua- saan itu sama. Yang pertama lebih terkenal, sebagaimana firman-Nya, { وَهُوَ الَّذِيْ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ وَهُوَ اَهْوَنُ عَلَيْهِ } “Dan Dia-lah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudab bagi- Nya.” (QS. Ar-Ruum: 27) Keterangannya telah penulis jelaskan pada tafsir surat ar-Ruum, wallaahu a’lam.

Doa Di Penghujung Surat

Abu Dawud meriwayatkan dari Musa bin Abi ‘Aisyah, ia berkata, “Ada seorang lelaki shalat di atas rumahnya. Setiap kali dia membaca ayat, Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? Maka dia mengucapkan, “Subhaanaka fa bala (Benar, Engkau Mahasuci).” Ketika ditanya tentang hal itu, dia berkata, ‘Saya mendengarnya dari Rasulullah.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud secara menyendiri dan dia tidak menyebutkan nama Sahabat tersebut, namun hal itu tidak berpengaruh buruk terhadap hadits.

Inilah akhir tafsir surat al-Qiyaamah, walhamdu lillaah.

 

 

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker