ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Al-Mursalaat {Bagian 1}

Tafsir Surat Al-Mursalaat

(Malaikat yang Diutus )

Surat Makkiyyah

Surat Ke-77 : 50 Ayat

 

Turunnya Surat Al-Mursalat Dan Membacanya Dalam Shalat Maghrib

Al-Bukhari meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud Radiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Ketika kami sedang bersama Rasulullah di sebuah gua di Mina tiba-tiba turun surat al-Mursalaat kepada beliau. Beliau membacanya dan saya mendengarkannya dari mulut beliau. Mulut beliau basah ketika membacanya. Tiba-tiba seekor ular menyerang kami, maka beliau pun bersabda:

اُقْتُلُوْهَا

‘Bunuhlah ular itu’.

Kami pun segera bangkit untuk membunuhnya, tetapi ular itu pergi, maka beliau bersabda:

وُقِيَتْ شَرَّكُمْ كَمَا وُقِيْتُمْ شَرَّهَا

“Ia telah dilindungi dari keburukan kalian sebagaimana kalian terlindungi dari keburukannya.”

Dikeluarkan juga oleh Muslim melalui jalur al-A’masy Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbass Radiyallahu ‘anhuma dari ibunya bahwa dia telah mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membaca surat al-Mursalaat di shalat Maghrib. Dalam riwayat Malik dari Ibnu ‘Abbas bahwa Ummul Fadhl mendengarnya membaca surat al-Mursalaat, maka dia berkata, “Wahai anakku, bacaanmu itu mengingatkanku bahwa itulah surat terakhir yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ketika sedang shalat Maghrib.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim melalui jalur Malik.

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Al-Mursalaat, Ayat 1-15

وَالْمُرْسَلٰتِ عُرْفًا، فَالْعٰصِفٰتِ عَصْفًا، وَّالنّٰشِرٰتِ نَشْرًا، فَالْفٰرِقٰتِ فَرْقًا، فَالْمُلْقِيٰتِ ذِكْرًا، عُذْرًا اَوْ نُذْرًا، اِنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَاقِعٌ، فَاِذَا النُّجُوْمُ طُمِسَتْ، وَاِذَا السَّمَاۤءُ فُرِجَتْ، وَاِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ، وَاِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتْ، لِاَيِّ يَوْمٍ اُجِّلَتْ، لِيَوْمِ الْفَصْلِ، وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ، وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ

“Demi (malaikat-malaikat) yang diutus untuk membawa kebaikan (1) dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya (2) dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Allah) dengan seluas-luasnya (3) dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang baik dan yang buruk) dengan sejelas-jelasnya (4) dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu (5) untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan (6) Sungguh, apa yang dijanjikan kepadamu pasti terjadi (7) Maka apabila bintang-bintang dihapuskan (8) dan apabila langit terbelah (9) dan apabila gunung-gunung dihancurkan menjadi debu (10) dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktunya (11) (Niscaya dikatakan kepada mereka), “Sampai hari apakah ditangguhkan (azab orang-orang kafir itu)?” (12) Sampai hari keputusan (13) Dan tahukah kamu apakah hari ke-putusan itu? (14) Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran).” (15)

 

Sumpah Allah Dengan Makhluk-Makh- Luk-Nya Atas Terjadinya Hari Kiamat

Ibnu Abi Hatim berkata dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu, “(Firman- Nya), { وَالْمُرْسَلٰتِ عُرْفًا }, Demi yang diutus untuk membawa kebaikan,’ yakni para Malaikat.” Demikian pula yang diriwayatkan dari Masruq, Abudh Dhuha, Mujahid, as-Suddi dan ar-Rabi’ bin Anas.

Diriwayatkan dari Abu Shalih, ia berkata, “Yakni para utus- an.” Dalam riwayat lain darinya, “Yakni Malaikat.” Demikian pula pendapat Abu Shalih tentang al-‘Aashifaat, al-Naasyiraat, al-Faariqaat dan al-Mulqiyaat, bahwa mereka adalah Malaikat.

Ats-Tsauri berkata dari Salamah bin Kuhail dari Muslim al-Bathin dari Abul ‘Ubaidain, dia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud tentang {الْمُرْسَلٰتِ عُرْفًا} ‘maka dia menjawab, “(Yakni) angin.” Demikian pula pendapatnya tentang al-‘Aashifaati ‘ashfaa dan al-Naasyiraati nasyraa, bahwa itu adalah angin.’ Demikian pula pendapat Ibnu ‘Abbas , Mujahid dan Qatadah.” Ibnu Jarir berpendapat bahwa al-‘Aashifaati ashfaa adalah angin, sebagaimana pendapat Ibnu Mas’ud beserta para pengikutnya, namun dia tidak memastikan tentang an-Naasyiraati nasyraa, apakah Malaikat ataukah angin.

Dari Abu Shalih, bahwa an-Naasyiraati nasyra adalah hujan.

Adapun yang lebih jelas, maknanya adalah angin, sebagaimana firman-Nya, { وَاَرْسَلْنَا الرِّيٰحَ لَوَاقِحَ } “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan).” (QS. Al-Hijr: 22) [Di sini Allah Subhanallahu wa ta’ala menggunakan kalimat arsalnaa (Kami mengutus), maka tepat apabila angin yang diutus-Nya dinamakan al-mursalaat]  Dan sebagaimana pula firman Allah , { وَهُوَ الَّذِيْٓ اَرْسَلَ الرِّيٰحَ بُشْرًاۢ بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهٖ } “Dia-lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan).”(QS. Al-Furqaan: 48) [Di sini pun Allah Subhanallahu wa ta’ala menggunakan kalimat yursilu (Dia mengutus) maka secara bahasa tepat sekali apabila angin yang diutus-Nya dinamakan al-mursalaat] Oleh karena itu, maka al-‘Aashifaat pun adalah angin. Dikatakan, ‘ashafatir riyaah, artinya angin yang berhembus kencang hingga bersuara. Demikian pula an-naasyiraat, yakni angin yang menyebarkan awan di langit, sebagaimana yang Allah Subhanallahu wa ta’ala kehendaki.

Firman-Nya, {فَالْفٰرِقٰتِ فَرْقًا فَالْمُلْقِيٰتِ ذِكْرًا عُذْرًا اَوْ نُذْرًا} “Dan yang membedakan (antara yang baq dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya, dan yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan,”yakni Malaikat. Demikianlah pendapat Ibnu Mas’ud Ibnu ‘Abbass, Masruq, Mujahid, Qatadah, ar-Rabi’ bin Anas, as-Suddi dan ats-Tsauri.”

Tidak ada perbedaan pendapat di sini, karena para Malaikat itulah yang diperintahkan untuk turun kepada para Rasul dalam rangka membedakan antara yang benar dan yang salah, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara yang halal dan yang haram. Mereka (Malaikat) juga menyampaikan wahyu kepada para Rasul yang berisi peringatan kepada para makhluk atas hukuman Allah apabila mereka durhaka kepada-Nya.

Firman-Nya, {اِنَّمَا تُوْعَدُوْنَ لَوَاقِعٌ} “Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. ” Ini adalah isi sumpah (al-muqsam ‘alaih).  Artinya, apa yang telah Aku janjikan kepada kalian, yakni hari Kiamat -termasuk di dalamnya peniupan Sangkakala, pembangkitan jasad, pengumpulan seluruh manusia dari awal hingga akhir dalam satu tempat, dan pembalasan kepada setiap pelaku sesuai dengan perbuatannya (jika amalnya baik, maka balasannya baik, dan jika amalnya buruk maka balasannya pun buruk),- semua itu pasti terjadi dan terwujud, tidak bisa tidak.

 

Hal-Hal Yang Terjadi Pada Hari Kiamat

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَاِذَا النُّجُوْمُ طُمِسَتْ} “Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan, “yakni cahayanya hilang, seperti firman-Nya, {وَاِذَا النُّجُوْمُ انْكَدَرَتْ} “Dan apabila bintang-bintang berjatuhan,” (QS. At-Takwiir: 2) dan {وَاِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ} “Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan.” (QS. Al-Infithaar: 2)

Firman-Nya, {وَاِذَا السَّمَاۤءُ فُرِجَتْ} “Dan apabila langit telah dibelah, yakni terbelah, terpecah, pilar-pilarnya runtuh dan bagian-bagiannya berjatuhan. Firman-Nya, {وَاِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ} “Dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu,” yakni hilang tanpa bekas, seperti firman-Nya, {وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّيْ نَسْفًا فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا لَّا تَرٰى فِيْهَا عِوَجًا وَّلَآ اَمْتًا} “Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka kata- kanlah: Rabb-ku akan menghancurkanmya (di hari Kiamat) sehancur- hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thaahaa: 105-107) Dan {وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةًۙ وَّحَشَرْنٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ اَحَدًا} “Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung- gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” (QS. Al-Kahfi: 47)

Mengenai firman-Nya, {وَاِذَا الرُّسُلُ اُقِّتَتْ} “Dan apabila Rasul-Rasul telah ditetapkan waktu (mereka),” Al-‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, “(Yakni) waktu para Rasul itu dikumpulkan.” Ibnu Zaid berkata, “Ayat ini seperti firman-Nya, {يَوْمَ يَجْمَعُ اللّٰهُ الرُّسُلَ} ‘(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para Rasul.’ (QS. Al-Maa-idah: 109)”

Mujahid berkata, “Maksudnya yakni ditangguhkan.” Ats-Tsauri berkata dari Manshur dari lbrahim, “Maksudnya yakni dijanjikan.” Seolah-olah dia menjadikannya seperti firman-Nya,

وَاَشْرَقَتِ الْاَرْضُ بِنُوْرِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتٰبُ وَجِايْۤءَ بِالنَّبِيّٖنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

“Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Rabb-nya, dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.”
(QS. Az-Zumar: 69)

Kemudian Allah berfirman, {لِاَيِّ يَوْمٍ اُجِّلَتْ لِيَوْمِ الْفَصْلِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ} “(Niscaya dikatakan kepada mereka:) ‘Sampai hari apakah ditangguhkan (mengadzab orang-orang kafir itu)?’ Sampai bari keputusan. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itus Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.” Dalam ayat ini Allah Subhanallahu wa ta’ala ingin menyatakan mengapa perkara para Rasul itu ditangguhkan, ditunda dan diundurkan hingga hari Kiamat. Ayat ini sebagaimana firman-Nya,

فَلَا تَحْسَبَنَّ اللّٰهَ مُخْلِفَ وَعْدِهٖ رُسُلَهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ ذُو انْتِقَامٍ يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

“Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira (bahwa) Allah akan menyalahi janji-Nya kepada Rasul-Rasul-Nya, sesungguhnya Allah Mahaperkasa, lagi mempunyai pembalasan. (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke ha- dirat Allah yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.”
(QS. Ibrahim: 47-48)

Itulah hari keputusan yang dimaksudkan dalam firman-Nya, {لِيَوْمِ الْفَصْلِ} “Sampai hari Keputusan.”

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala mengagungkan hari itu dengan firman- Nya, {وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ وَيْلٌ يَّوْمَىِٕذٍ لِّلْمُكَذِّبِيْنَ} “Dan tahukah kamu apakah hari Keputusan itu? Kećelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang- orang yang mendustakan,”yakni kecelakaanlah bagi mereka yang mendapatkan siksaan Allah pada hari Kiamat.

 

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker