ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat An-Naba’ {Bagian 1}

Tafsir Surat An-Naba’

( Berita Besar )

Surat Makkiyyah

Surat Ke-78 : 40 Ayat

 

 

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

An-Naba’, Ayat 1-16

عَمَّ يَتَسَاۤءَلُوْنَ، عَنِ النَّبَاِ الْعَظِيْمِ، الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَ، كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ، ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ، اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًا، وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًا، وَّخَلَقْنٰكُمْ اَزْوَاجًا، وَّجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا، وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًا، وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا، وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا، وَّجَعَلْنَا سِرَاجًا وَّهَّاجًا، وَّاَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرٰتِ مَاۤءً ثَجَّاجًا، لِّنُخْرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًا، وَّجَنّٰتٍ اَلْفَافًا

“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? (1) Tentang berita yang besar (hari kebangkitan) (2) yang dalam hal itu mereka berselisih (3) Tidak! Kelak mereka akan mengetahui (4) sekali lagi tidak! Kelak mereka akan mengetahui (5) Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan (6) dan gunung-gunung sebagai pasak? (7) Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan (8) dan Kami menjadikan tidurmu untuk istirahat (9) dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian (10) dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan (11) dan Kami membangun di atas kamu tujuh (langit) yang kokoh (12) dan Kami menjadikan pelita yang terang-benderang (matahari) (13) dan Kami turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya (14) untuk Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman (15) dan kebun-kebun yang rindang.” (16)

 

Bantahan Atas Pengingkaran Orang Musyrik Terhadap Hari Kiamat

Allah berfirman mengingkari orang-orang musyrik yang bertanya-tanya tentang hari Kiamat sebagai bukti pengingkaran mereka terhadap kepastiannya, dengan firman-Nya, {عَمَّ يَتَسَاۤءَلُوْنَ عَنِ النَّبَاِ الْعَظِيْمِ} “Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita yang besar.” Yakni perkara apakah yang mereka pertanyakan? Yaitu tentang perkara hari Kiamat yang merupakan berita yang besar, agung, menakutkan dan mencengangkan.

Allah Subhanallahu wa ta’ala  berfirman, { الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَ}, “Yang mereka perselisih- kan tentang ini,” yakni manusia terbagi dua dalam berpendapat tentang hari Kiamat. Ada yang beriman dan ada yang mengingkarinya. Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala  berfirman mengancam orang-orang yang mengingkari hari Kiamat dengan firman-Nya, {كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ} “Sekali-kali tidak, kelak mereka akan me- ngetahui, kemudian sekali-kali tidak, kelak mereka akan mengetahui,” dan ini adalah ancaman yang keras dan janji adzab yang pasti.

Keterangan Tentang Sebagian Dari Kekuasaan Allah Sebagai Bukti Atas Kekuasaannya Dalam Membangkitkan Manusia Setelah Kematian Mereka

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala menjelaskan kekuasaan-Nya yang besardalam menciptakan hal-hal yang unik dan perkara-perkara yang ajaib. Semuanya membuktikan kekuasaan-Nya atas apa yang Dia kehendaki, termasuk hari Kebangkitan dan lainnya.

Allah Subhanallahu wa ta’ala  berfirman, { اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًا } “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?” Yakni membentang. Bumi dalam keadaan seperti ini ditundukkan untuk semua makhluk. Ia tenang, diam dan kokoh.

Firman-Nya, {وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًا} “Dan gunung-gunung sebagai pasak?” Yakni Allah menjadikan gunung-gunung sebagai penguat bagi bumi. Dengan adanya gunung-gunung, Allah menetapkan bumi, meman- tapkannya dan menyeimbangkannya sehingga bumi menjadi tenang dan tidak bergoncang bersama penghuninya.

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala  berfirman, { وَّخَلَقْنٰكُمْ اَزْوَاجًا} “Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan,” yakni laki-laki dan perempuan yang saling menyayangi sehingga terbentuklah keturunan, sebagaimana firman-Nya, { وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَة } “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Ruum: 21)

Firman-Nya, { وَّجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا } “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,” yakni untuk menghentikan kegiatan agar bisa beristirahat dari segala kesibukan dan usaha mencari penghidupan yang dilakukan siang hari. Ayat seperti ini telah disebutkan pada tafsir surat al-Furqaan (ayat ke-47).

Firman-Nya, { وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًا} “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,” yakni yang kegelapannya menutupi manusia, sebagaimana firman-Nya, { وَالَّيْلِ اِذَا يَغْشٰىهَا } “Dan malam apabila menutupinya.” (QS. Asy-Syams: 4) Qatadah menafsirkan firman-Nya, “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian,” yakni tempat tinggal yang tenang.

Firman-Nya, { وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا } “Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,” yakni Kami jadikan siang itu terang benderang dan bersinar agar manusia dapat beraktivitas, pulang-pergi untuk mencari kehidupan, berusaha, berniaga dan lain-lainnya.’

Firman-Nya, { وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا } “Dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh,” yakni ketujuh langit dengan ketinggiannya, keluasannya, kekokohannya, kecanggihannya dan penghiasannya dengan bintang-bintang, baik yang nampak tetap maupun yang bergerak. Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَّجَعَلْنَا سِرَاجًا وَّهَّاجًا } “Dan Kami jadikan pelita yang amat terang,” yakni matahari yang bersinar atas seluruh alam semesta, di mana sinarnya menerangi seluruh penghuni dunia.

Firman-Nya, { وَّاَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرٰتِ مَاۤءً ثَجَّاجًا } “Dan Kami turunkan dari arwan air yang banyak tercurah.” Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma “Lafazh al-mu’shirat artinya awan.” Demikian pulalah pendapat ‘Ikrimah, Abul ‘Aliyah, adh-Dhahhak, al-Hasan, ar-Rabi’ bin Anas, ats-Tsauri dan pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Al-Farra’ berkata, “Al-mu’shiraat adalah awan yang membawa air hujan tetapi belum menurunkan hujan, sebagaimana dikatakan: mar-atun mu’shirun yakni wanita yang telah mendekati masa haidh, tapi belum haid.” Hal ini seperti firman-Nya,

{ اَللّٰهُ الَّذِيْ يُرْسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيْرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهٗ فِى السَّمَاۤءِ كَيْفَ يَشَاۤءُ وَيَجْعَلُهٗ كِسَفًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلٰلِهٖۚ}

“Allah, Dia-lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya,”
(QS. Ar-Ruum: 48) yakni dari antaranya.

Mengenai firman-Nya, { مَاۤءً ثَجَّاجًا} “Air yang banyak tercurah,” Mujahid, Qatadah dan ar-Rabi’ bin Anas berkata, “Maksud banyak tercurah adalah hujan yang banyak tertumpah.” Ats-Tsauri berkata, “(Yakni) yang terus-menerus.” Ibnu Zaid berkata, “(Yakni) yang berlimpah.”

Dalam hadits perempuan mustahadhah (terkena darah penyakir). Rasulullah bersabda kepadanya, “Gunakanlah sepotong kapas Yakni, gunakanlah kapas untuk menahan darah istihadhah-mu. Lalu perempuan itu berkata, “Wahai Rasulullah, darahnya lebih banyak dari itu, ia turun dengan deras (إِنَّمَا أَثَجَّ ثَجًّا).” Hadits ini bukti atas penggunaan kalimat ثَجًّا untuk menyatakan curahan yang banyak dan terus-menerus, wallaahu a’lam.

Firman-Nya, { لِّنُخْرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًا وَّجَنّٰتٍ اَلْفَافًا} “Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, dan kebun- kebun yang lebat,” yakni dengan limpahan air yang banyak, baik, bermanfaat dan membawa berkah. Kami menumbuhkan biji-bijian yang disimpan untuk manusia dan binatang ternak, { وَّنَبَاتًا} “Dan tumbuh-tumbuban,” yakni yang hijau dan dimakan selagi segar. {وَّجَنّٰتٍ} “Dan kebun-kebun,” sawah-sawah dan ladang-ladang yang berisi berbagai macam buah-buahan, dengan warna-warna yang beda-beda dan aroma yang beragam meskipun kebun itu ada di suatu tempat di bumi.

Oleh karena itu Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَّجَنّٰتٍ اَلْفَافًا} “Dan kebun- kebun yang lebat.” Ibnu ‘Abbas s dan yang lainnya berkata, “Yang lebat, maksudnya bermacam jenis kebun yang berkumpul di suatu tempat.” Ayat ini seperti firman-Nya, { وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِ } “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya.” (QS. Ar-Ra’d: 4)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker