ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat An-Naazi’aat {Bagian 1}

Tafsir Surat An-Naazi’aat

( Malaikat-Malaikat yang Mencabut )

Surat Makkiyyah

Surat Ke-79 : 46 Ayat

 

 

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

An-Naazi’aat, Ayat 1-14

وَالنّٰزِعٰتِ غَرْقًا، وَّالنّٰشِطٰتِ نَشْطًا، وَّالسّٰبِحٰتِ سَبْحًا، فَالسّٰبِقٰتِ سَبْقًا، فَالْمُدَبِّرٰتِ اَمْرًا، يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ، تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ، قُلُوْبٌ يَّوْمَىِٕذٍ وَّاجِفَةٌ، اَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ، يَقُوْلُوْنَ ءَاِنَّا لَمَرْدُوْدُوْنَ فِى الْحَافِرَةِ، ءَاِذَا كُنَّا عِظَامًا نَّخِرَةً، قَالُوْا تِلْكَ اِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ، فَاِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَّاحِدَةٌ، فَاِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ

“Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras (1) Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah lembut (2) Demi (malaikat) yang turun dari langit dengan cepat (3) dan (malaikat) yang mendahului dengan kencang (4) dan (malaikat) yang mengatur urusan (dunia) (5) (Sungguh, kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam (6) (tiupan pertama) itu diiringi oleh tiupan kedua (7) Hati manusia pada waktu itu merasa sangat takut (8) pandangannya tunduk (9) (Orang-orang kafir) berkata, “Apakah kita benar-benar akan dikembalikan kepada kehidupan yang semula? (10) Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kita telah menjadi tulang belulang yang hancur? (11) Mereka berkata, “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan (12) Maka pengembalian itu hanyalah dengan sekali tiupan saja (13) Maka seketika itu mereka hidup kembali di bumi (yang baru).” (14)

Allah Subhanallahu Wa Ta’ala Bersumpah Dengan Menyebut Kan Lima Macam Malaikat Atas Terjadinya Hari Kiamat

Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘anhu, Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, Masruq , Sa’id bin Jubair, Abu Shalih,  Abudh Dhuha dan as-Suddi berkata tentang firman-Nya , {وَالنّٰزِعٰتِ غَرْقًا} “Demi yang mencabut dengan keras,” Yakni para Malaikat, ketika mencabut nyawa manusia.”

Di antara para Malaikat ada yang mencabut ruh manusia dengan kesulitan sehingga mereka mencabutnya dengan keras . Adapula di antara mereka yang mencabut ruh manusia dengan mudah, bagaikan simpul tali yang mudah dibuka, yaitu makna firman-Nya , {وَّالنّٰشِطٰتِ نَشْطًا} “Dan ( Malaikat – Malaikat ) yang mencabut (nyawa) dengan lemah – lembut.” Demikianlah pendapat Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma.

Adapun tentang firman-Nya, {وَّالسّٰبِحٰتِ سَبْحًا} “Dan yang turun dari langit dengan cepat,” Ibnu Mas’ud Radiyallahu ‘anhu berkata, “Yakni Malaikat.” Demikian pulalah yang diriwayatkan dari ‘ Ali , Mujahid , Sa’id bin Jubair dan Abu Shalih .

Firman-Nya , {فَالسّٰبِقٰتِ سَبْقًا} “Dan yang mendahului dengan kencang,” diriwayatkan dari ‘Ali , Masruq , Mujahid , Abu Shalih dan al-Hasan al-Bashri bahwa artinya adalah Malaikat .

Mengenai firman-Nya , {فَالْمُدَبِّرٰتِ اَمْرًا} “Dan ( Malaikat – Malaikat ) yang mengatur urusan dunia),” ‘Ali , Mujahid , ‘Atha’ , Abu Shalih , al Hasan , Qatadah , ar-Rabi’ bin Anas dan as-Suddi berpendapat bahwa itu adalah Malaikat. Al-Hasan menambahkan, “Maksud mereka mengatur perkara dari langit ke bumi, yakni dengan perintah Rabb-nya.”

Sifat Hari Kiamat Dan Sifat Manusia Serta Pendapat Orang Tentangnya

Tentang firman-Nya, {تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ}  “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua,” Ibnu ‘Abbas berkata, “Keduanya adalah tiupan Sangkakala, yakni yang pertama dan yang kedua.” Demikian pulalah pendapat Mujahid , al-Hasan , Qatadah , adh-Dhahhak dan yang lainnya.

Dari Mujahid, ia berkata , “Adapun tiupan yang pertama, yang dimaksud firman-Nya , {يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ} ‘Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,’ adalah seperti firman-Nya, {يَوْمَ تَرْجُفُ الْاَرْضُ وَالْجِبَالُ} Pada hari bumi dan gunung – gunung bergoncangan.” (QS . Al-Muzzammil : 14)  Adapun tiupan yang kedua yaitu yang berikutnya adalah seperti firman-Nya, {وَّحُمِلَتِ الْاَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَّاحِدَةً} ‘Dan diangkatlah bumi dan gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur.’ (QS. Al-Haaqqah : 14)

Firman-Nya, {قُلُوْبٌ يَّوْمَىِٕذٍ وَّاجِفَةٌ} “Hati manusia pada waktu itu sangat takut.” Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma berkata, “Lafazh وَاجِفَةٌ artinya خَائِفَةٌ (yang takut).” Demikian pula pendapat Mujahid dan Qatadah.

Firman-Nya, {اَبْصَارُهَا خَاشِعَةٌ} “Pandangannya tunduk,” yakni pandangan para pemiliknya. Pandangan mereka tertunduk hina karena kengerian yang mereka saksikan. Firman-Nya, {يَقُوْلُوْنَ ءَاِنَّا لَمَرْدُوْدُوْنَ فِى الْحَافِرَةِ} “(Orang-orang kafir) ber- kata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan yang semula?” Yakni orang-orang musyrik Quraisy dan yang sependapat dengan mereka dalam mengingkari hari Kiamat. Mereka mengingkari kebangkitan setelah mereka dikubur. Ini dikatakan oleh Mujahid,” dan setelah tubuh mereka hancur dan tulang belulang mereka lapuk. Oleh karena itu orang-orang kafir itu berkata, {ءَاِذَا كُنَّا عِظَامًا نَّخِرَةً} “Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang-belulang yang hancur lumat?”

Kata nakhirah bisa juga dibaca naakhirah dan menurut Ibnu ‘Abbas, Mujahid serta Qatadah. artinya adalah yang usang.” Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma berkata, “Yaitu tulang yang telah rapuh dan berbau.”

Adapun firman-Nya, yang menggambarkan perkataan orang kafir, {تِلْكَ اِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ} “Kalau demikian, itu adalah suatu balian yang merugikan,” maka Muhammad bin Ka’ab berkata, “Orang Quraisy berkata, Seandainya Allah Subhanallahu wa ta’ala menghidupkan kita kembali setelah mati, niscaya kita akan sangat rugi.'”

Firman-Nya, {فَاِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَّاحِدَةٌۙ فَاِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ} “Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi,” yakni tiupan itu hanyalah sekali perintah dari Allah Subhanallahu wa ta’ala, tanpa diulang kembali, dan tanpa penegasan, maka tiba-tiba manusia serentak berdiri sambil melihat.

Allah Subhanallahu wa ta’ala memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniupkan terompet kebangkitan. Akhirnya seluruh manusia, dari awal hingga akhir berdiri di hadapan Allah untuk menunggu perhitungan. Ayat ini sebagaimana firman-Nya,                      {يَوْمَ يَدْعُوْكُمْ فَتَسْتَجِيْبُوْنَ بِحَمْدِهٖ وَتَظُنُّوْنَ اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا} “Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.” (QS. Al-Israa’: 52) Dan seperti firman-Nya, {وَمَآ اَمْرُنَآ اِلَّا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ ۢبِالْبَصَرِ} “Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan Seperti kejapan mata.” (QS. Al-Qamar: 50) dan firman-Nya, {وَمَآ اَمْرُ السَّاعَةِ اِلَّا كَلَمْحِ الْبَصَرِ اَوْ هُوَ اَقْرَبُ} “Tidaklah kejadian Kiamat itu, melainkan seperti sekejap mata atau lebih cepat (lagi).” (QS. An-Nahl: 77)

Firman-Nya, {فَاِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ} “Maka dengan serta merta mereka bidup kembali di permukaan bumi.” Ibnu ‘Abbass Radiyallahu ‘anhuma berkata, “(Firman-Nya) {بِالسَّاهِرَةِ} Di permukaan bumi,’ yakni di seluruh bumi.” Demikian pulalah pendapat Sa’id bin Jubair, Qatadah dan Abu Shalih. “Ikrimah, al-Hasan, adh-Dhahhak dan Ibnu Zaid berkata, “Di permukaan bumi.” yakni di lapisan luar bumi.” Mujahid berkata, “Dahulu mereka di perut bumi maka mereka pun dikeluarkan ke permukaannya, dan permukaan bumi saat itu menjadi tempat yang datar.”

Ar-Rabi’ bin Anas berkata, “Firman-Nya, {فَاِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ} ‘Maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi,’ seperti firman-Nya, { يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ } ‘(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengán bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) ber- kumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. (QS. Ibrahim: 48) Dan seperti yang Dia firmankan, { وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْجِبَالِ فَقُلْ يَنْسِفُهَا رَبِّيْ نَسْفًا فَيَذَرُهَا قَاعًا صَفْصَفًا لَّا تَرٰى فِيْهَا عِوَجًا وَّلَآ اَمْتًا } ‘Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka ka-takanlah: “Rabb-ku akan menghancurkannya (di hari Kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali, tidak ada sedikit pun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.’ (QS. Thaahaa: 105-107) Dan seperti firman-Nya, {وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةً} ‘Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar.’ (QS. Al-Kahfi: 47) Bumi yang datar dan baru itu adalah bukan bumi yang sekarang ini. Itulah bumi yang masih suci, yang belum dilakukan kesalahan di atasnya, dan belum terjadi pembunuhan padanya.

 

An-Naazi’aat, Ayat 15-26

هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ مُوْسٰى، اِذْ نَادٰىهُ رَبُّهٗ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى، اِذْهَبْ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰى، فَقُلْ هَلْ لَّكَ اِلٰٓى اَنْ تَزَكّٰى، وَاَهْدِيَكَ اِلٰى رَبِّكَ فَتَخْشٰى، فَاَرٰىهُ الْاٰيَةَ الْكُبْرٰى، فَكَذَّبَ وَعَصٰى، ثُمَّ اَدْبَرَ يَسْعٰى، فَحَشَرَ فَنَادٰى، فَقَالَ اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰى، فَاَخَذَهُ اللّٰهُ نَكَالَ الْاٰخِرَةِ وَالْاُوْلٰى، اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَنْ يَّخْشٰى

“Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) kisah Musa? (15) Ketika Tuhan memanggilnya (Musa) di lembah suci yaitu Lembah Tuwa (16) pergilah engkau kepada Fir‘aun! Sesungguhnya dia telah melampaui batas (17) Maka katakanlah (kepada Fir‘aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan) (18) dan engkau akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar engkau takut kepada-Nya?” (19) Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar (20) Tetapi dia (Fir‘aun) mendustakan dan mendurhakai (21) Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa) (22) Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya) (23) (Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (24) Maka Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan siksaan di dunia (25) Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah).” (26)

 

Kisah Musa Merupakan Pelajaran Bagi Orang Yang Takut Kepada Allah

Allah mengabarkan kepada Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tentang hamba dan Rasul-Nya, Musa alaihi sallam. Dia telah mengutusnya kepada Fir’aun. Meskipun Allah mendukungnya dengan mukjizat, namun Fir’aun terap kafir dan bertindak melampaui batas, sehingga akhirnya Allah Subhanallahu wa ta’ala menyiksanya dengan siksaan dari Yang Mahamulia lagi Maha- perkasa.

Demikian pulalah yang akan terjadi terhadap orang-orang yang menentangmu dan mendustai risalahmu (wahai Muhammad). Oleh karena itu di akhir kisah Allah berfirman, {اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَنْ يَّخْشٰى} “Sesunggubnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Rabb-nya).” (Yakni di ayat 26)

Firman-Nya, {هَلْ اَتٰىكَ حَدِيْثُ مُوْسٰى} “Sudahkah sampai kepadamu (wahai Muhammad) kisah Musa?” Yakni, apakah kamu telah mendengar kabarnya? {اِذْ نَادٰىهُ رَبُّهٗ} “Tatkala Rabb-nya memanggilnya,” untuk berdialog, {بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى} “Di lembah suci, ialah lembah Thuwa. Lembah ini, menurut pendapat yang shahih, adalah lembah yang disebutkan pada surat Thaahaa.

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman kepada Musa, {اِذْهَبْ اِلٰى فِرْعَوْنَ اِنَّهٗ طَغٰى} “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melámpaui batas,” yakni membangkang, menentang dan bersikap sombong. {فَقُلْ هَلْ لَّكَ اِلٰٓى اَنْ تَزَكّٰى} “Dan katakanlah (kepada Fir’aun): ‘Adakah ke- inginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan),” yakni katakanlah kepadanya, “Maukah kamu saya tunjukkan kepada jalan dan cara yang dengannya kamu dapat membersihkan dan berserah diri kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala seraya menaati-Nya?” {وَاَهْدِيَكَ اِلٰى رَبِّكَ} “Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabb-mu,” yakni saya tunjukkan cara beribadah kepada Rabb-mu. {فَتَخْشٰى} “Agar kamu takut kepada-Nya,” yakni agar hatimu tunduk, taat, dan khusyu’ kepadanya, setelah sebelumnya keras, buruk dan jauh dari kebaikan.

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَاَرٰىهُ الْاٰيَةَ الْكُبْرٰى} “Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.” Yakni bersamaan dengan dakwah yang haq ini, Musa memperlihatkan bukti yang kuat dan dalil yang jelas atas kebenaran risalah yang dibawanya dari sisi Allah.

Firman-Nya, {فَكَذَّبَ وَعَصٰى} “Tetapi Fir’aun mendustakan dan mendurhakai,” yakni Fir’aun mendustai kebenaran dan melanggar perintah Allah. Fir’aun tetap kafir, tidak menuruti Musa, baik secara bathin maupun secara lahir. Pengetahuan Fir’aun bahwa apa yang dibawa oleh Musa adalah haq tidak secara otomatis menjadikannya beriman kepadanya. Hal ini karena pengetahuan adalah ilmu di dalam hati, sedangkan keimanan adalah meliputi juga amalannya, yaitu patuh dan tunduk kepada kebenaran.

Firman-Nya, {ثُمَّ اَدْبَرَ يَسْعٰى} “Kemudian dia berpaling serarya berusaha menantang (Musa),” yakni dia melawan kebenaran dengan kebathilan dengan mengumpulkan para tukang sihir untuk melawan mukjizat Musa ‘Alaihi sallam yang mengagumkan. {فَحَشَرَ فَنَادٰى} “Maka dia mengumpulkan (pembesar pembesarnya) lalu berseru memanggil,” yakni kaumnya. {فَقَالَ اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰى} (Seraya) berkata: Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” Ibnu ‘Abbas dan Mujahid berkata, “Kalimat ini diucapkan oleh Fir’aun empat puluh tahun setelah dia mengatakan, {مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْ} ‘Aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (QS. Al-Qashash: 38)”

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَاَخَذَهُ اللّٰهُ نَكَالَ الْاٰخِرَةِ وَالْاُوْلٰى} “Maka Allah meng- adzabnya dengan adzab di akhirat dan adzab di dunia,” yakni Allah membalasnya dengan pembalasan yang Dia jadikan sebagai pelajaran dan adzab bagi orang-orang yang menentang Allah Subhanallahu wa ta’ala dan Rasul-Nya, seperti yang dilakukan oleh Fir’aun. Allah menyiksanya di dunia, {وَّيَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ بِئْسَ الرِّفْدُ الْمَرْفُوْدُ} “Dan (begitu pula) di hari Kiamat. Laknat itu seburuk-büruk pemberian yang diberikan.” (QS. Hud: 99) Juga sebagaimana firman-Nya, {وَجَعَلْنٰهُمْ اَىِٕمَّةً يَّدْعُوْنَ اِلَى النَّارِۚ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ لَا يُنْصَرُوْنَ} “Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke Neraka dan pada hari Kiamat mereka tidak akan ditolong. (QS. Al-Qashash: 41)

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَعِبْرَةً لِّمَنْ يَّخْشٰى} “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Rabb-nya).” Yakni bagi siapa saja yang dapat mengambil pelajaran sehingga dia jera.

 

 

 

 

 

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker