ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Al-Infithaar

Tafsir Surat Al-Infithaar

( Terbelah )

Surat Makkiyyah

Surat Ke-82 : 19 Ayat

 

Keutamaan Surat Al-Infithaar

An Nasa’i meriwayatkan dari Jabir, ia berkata, “Mu’adz mengimami salat ‘Isya dan dia memanjangkannya, maka Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

أَفَتَّانٌ يَا مُعَاذُ؟ أيْنَ كُنْتَ عَنْ , سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْاَعْلَى , وَضُحَىٰ , وَ إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ ؟

“Apakah kamu (hendak menjadi) pemicu fitnah, wahai Mu’adz? Mengapa kamu tidak membaca surat al-A’laa, adh Dhuha, dan al-Infithaar.”

Asal hadis ini diriwayatkan dalam ash-Shahiihain, akan tetapi penyebutan surat al-Infithaar hanya terdapat pada an-Nasa’i. Telah disebutkan sebelumnya sebuah hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Umar dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam beliau bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ رَأْيُ عَيْنٍ فَلْيَقْرَأْ: إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ، وَإِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ، إِذَا السَّمَاءُ النْشَقَّتْ

“Barang siapa ingin melihat hari Kiamat secara jelas, maka hendaklah dia membaca surat at-Takwir, al-Infithaar dan al-insyiqaaq.”

 

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

AL-INFITHAAR, AYAT 1-12

اِذَا السَّمَاۤءُ انْفَطَرَتْ، وَاِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ، وَاِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ، وَاِذَا الْقُبُوْرُ بُعْثِرَتْ، عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ وَاَخَّرَتْ، يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِ، الَّذِيْ خَلَقَكَ فَسَوّٰىكَ فَعَدَلَكَ، فِيْٓ اَيِّ صُوْرَةٍ مَّا شَاۤءَ رَكَّبَكَ، كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُوْنَ بِالدِّيْنِ، وَاِنَّ عَلَيْكُمْ لَحٰفِظِيْنَ، كِرَامًا كَاتِبِيْنَ، يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ

“Apabila langit terbelah (1) dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan (2) dan apabila lautan dijadikan meluap (3) dan apabila kuburan-kuburan dibongkar (4) (maka) setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikan(nya) (5) Wahai manusia! Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Mahamulia (6) yang telah menciptakanmu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang (7) dalam bentuk apa saja yang dikehendaki, Dia menyusun tubuhmu (8) Sekali-kali jangan begitu! Bahkan kamu mendustakan hari pembalasan (9) Dan sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu) (10) yang mulia (di sisi Allah) dan yang mencatat (amal perbuatanmu) (11) mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (12)

Apa Yang Terjadi Pada Hari Kiamat

Firman-Nya, {اِذَا السَّمَاۤءُ انْفَطَرَتْ} “Apabila langit terbelah,” yakni pecah sebagaimana firman-Nya, {السَّمَاۤءُ مُنْفَطِرٌۢ بِهٖ} “Langit pun menjadi pecah belah pada hari itu karena Allah.” (QS. Al-Muzzammil: 18)

Firman-Nya, {وَاِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ} “Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,” yakni berjatuhan.

Mengenai firman Allah Subhanahu wa ta’ala, {وَاِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْ} “Dan apabila lautan dijadikan meluap,” ‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma, “Yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan sebagian darinya meluap pada yang lain.” Al-Hasan berkata, “Yakni Allah Subhanahu Wa Ta’ala membuat sebagian darinya meluap pada sebagian yang lain, hingga akhirnya mengering.” Qatadah berkata,”Yakni air tawarnya bercampur dengan air asin.”

Mengenai Firman-Nya, {وَاِذَا الْقُبُوْرُ بُعْثِرَتْ} “Dan apabila kuburan kuburan dibongkar,” Ibnu ‘Abbas berkata, “Yakni diperiksa.” As-Suddi berkata, “Lafazh taba’tsara artinya bergerak sehingga isinya keluar.”

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, {عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ وَاَخَّرَتْ} “Maka tiap-tiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.” Ini jawaban dari إِذَا (apabila) yang dimulai dari awal surat. Maksudnya apabila semua itu terjadi maka setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.

Manusia Tidak Patut Melupakan Allah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, {يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِ} “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu berbuat durhaka terhadap Rabb-mu Yang Maha Pemurah?” Ayat ini adalah ancaman, bukan sebagaimana yang diangkat oleh sebagian orang bahwa itu adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Lalu sebagian orang ini menyangka bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengarahkan jawabannya dengan ujung ayat ini, sehingga seseorang dari mereka berkata, “Kemurahan-Nya telah memperdayainya.”

Yang benar, makna ayat itu adalah: Wahai manusia, apakah yang telah memperdayaimu hingga kamu berani durhaka kepada Rabb-mu Yang Maha Pemurah lagi Mahaagung? Lalu kamu membalas (kemurahan-Nya) itu dengan sesuatu yang tidak layak kalian lakukan.

Ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis:

يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: ابْنَ آدَمَ، مَا غَرَّكَ بِيْ؟ ابْنِ آدَمَ، مَاذَا أَجَبْتَ الْمُرْسَلِينَ؟

“Pada hari kiamat Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Wahai manusia apakah yang memperdaya dirimu dari (mentaati-Ku)? Wahai manusia, apa jawabanmu terhadap dakwah para Rasul?”

Al Baghawi telah menyebutkan dari al-Kalbi dan Muqatil bahwa mereka berdua telah berkata, “Ayat ini diturunkan berkaitan dengan al-Aswad Bin Syariq yang telah memukul Nabi, namun ia tidak langsung dihukum oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala menurunkan ayat, {مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيْمِ} ‘Apakah yang telah memperdayakan kamu wahai orang kafir hingga berani durhaka terhadap Rabb-mu Yang Maha Pemurah?'”

Firman-Nya, {الَّذِيْ خَلَقَكَ فَسَوّٰىكَ فَعَدَلَكَ} “Yang telah menciptakan kamu selalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.” Yakni, apa yang telah memperdaya mu (untuk berbuat durhaka) terhadap Rabb-mu Yang Maha Pemurah, “Yang telah menciptakan kamu selalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan susunan tubuhmu seimbang?” Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menciptakan mu dengan sempurna, lurus, seimbang, tegak, dalam sebaik-baik bentuk dan penampilan.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Busr bin Jihasy al-Qurasyi, bahwa suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam meludah di telapak tangannya, lalu Beliau meletakkan jarinya di atasnya lalu bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يَا ابْنَ آدَمَ، أَنَّى تُعْجِزُنِي وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ مِثْلِ هَذِهِ؟ حَتَّىٰ إِذَا سَوَّيْتُكَ وَعَدَلْتُكَ مَشَيتَ بَيْنَ بُرْدَيْنِ، وَلِلْأَرْضِ مِنْكَ وَئِيْدٌ، فَجَمَعْتَ، حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَتِ التَّراَقِيَ قُلْتَ: أَتَصَدَّقُ. وَأَنَّى أَوَانُ الصَّدَقَةِ؟

“Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, ‘Wahai manusia bagaimana bisa kamu melawan Ku, padahal Aku telah menciptakan kamu dari yang seperti ini? [Seperti ludah yang diperagakan Nabi di telapak tangannya] Hingga bila aku telah menyempurnakan dirimu dan menyeimbangkan susunan tubuhmu, maka kamu berjalan dengan sepasang pakaian dengan sombong, padahal bumi akan menguburmu. Kamu mengumpulkan harta dan menolak untuk berbagi bershadaqah hingga jika ruh telah mencapai tenggorokan baru lah kamu berkata ‘Saya akan bershdaqah.’ Dimanakah waktu bershadaqah itu?”
[Yakni, sekarang bukan saatnya untuk bershadaqah, karena sudah terlambat]
HR. Ibnu Majah.

Firman-Nya, { فِيْٓ اَيِّ صُوْرَةٍ مَّا شَاۤءَ رَكَّبَكَ} “Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuh-mu.” Mujahid berkata,” yakni terkadang mirip dengan bapak, ibu, paman dari ibu atau paman dari ayah.”

Dalam ash-Shahiihain Dari Abu Hurairah radhiallahu Anhu bahwa seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah istriku melahirkan bayi berkulit hitam.” Beliau bersabda, “Apakah kamu memiliki unta?” Dia menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Apa warnanya?” Dia menjawab, “Merah.” Beliau bersabda, “Apakah ada yang berwarna abu-abu?” Dia menjawab, “Ya.” Beliau bersabda, “Dari manakah datangnya Iya?” Dia menjawab, “Mungkin saja itu keturunan.” Beliau bersabda:

وَ هَـٰذَا عَسَىٰ أَنْ يَكُوْنَ نَزَعَهُ عِرْقٌ

“Dan (bayimu) ini semoga saja karena keturunan (dari leluhurnya).”

Penyebab Kelalaian Manusia Dan Peringatan Tentang Ditulisnya Amal Bani Adam Oleh Para Malaikat

Firman-Nya, { كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُوْنَ بِالدِّيْنِ } “Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari Pembalasan.” Kedurhakaan kalian kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan sikap tidak sopan kalian kepada-Nya, didorong oleh pendustaan kalian terhadap hari Kebangkitan, hari Pembalasan dan hari Perhitungan.

Firman-Nya, { وَاِنَّ عَلَيْكُمْ لَحٰفِظِيْنَ كِرَامًا كَاتِبِيْنَ يَعْلَمُوْنَ مَا تَفْعَلُوْنَ } “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat malaikat yang mengawasi pekerjaanmu yang mulia disisi Allah dan yang mencatat pekerjaan-pekerjaan mu itu, mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Yakni para malaikat penjaga yang mulia itu senantiasa mengawasi kalian, maka janganlah kalian melakukan keburukan karena mereka pasti mencatat semua perbuatan kalian.

 

AL INFITHAAR, AYAT 13-19

اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ، وَّاِنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ، يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّيْنِ، وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَاۤىِٕبِيْنَ، وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ، ثُمَّ مَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ، يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْـًٔا ۗوَالْاَمْرُ يَوْمَىِٕذٍ لِّلّٰهِ

“Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan (13) dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka (14) Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan (15) Dan mereka tidak mungkin keluar dari neraka itu (16) Dan tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (17) Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (18) (Yaitu) pada hari (ketika) seseorang sama sekali tidak berdaya (menolong) orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (19)

Balasan Kaum Yang Berbakti Dan Kaum Yang Durhaka

Allah subhanahu wa ta’ala yang memberitahukan tentang kenikmatan yang diterima oleh orang-orang yang berbakti kepada-Nya, yaitu orang-orang yang menaati Allah subhanahu wa ta’ala, dan tidak menandingi-Nya dengan kemaksiatan. Kemudian Allah menyebutkan adzab Neraka yang kekal yang diterima oleh orang-orang yang durhaka. Karena itu Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, { يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّيْنِ } “Mereka masuk ke dalamnya pada hari Pembalasan.” Yakni pada hari kiamat, hari pembalasan dan perhitungan amal.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,  { وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَاۤىِٕبِيْنَ} “Dan mereka tidak mungkin keluar dari Neraka itu.” Mereka tidak bisa keluar dari adzab Neraka walaupun sesaat. Adzab mereka tidaklah diringankan sedikitpun. Bahkan permintaan mereka akan kematian atau beristirahat tidaklah dipenuhi walaupun hanya sehari.

Selanjutnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, { وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ} “Dan tahukah kamu apakah hari Pembalasan itu?” Pertanyaan ini untuk membesarkan perkara hari Kiamat. Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskannya dengan Firman-Nya, { ثُمَّ مَآ اَدْرٰىكَ مَا يَوْمُ الدِّيْنِ } “Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari Pembalasan itu?” Kemudian Allah menjelaskannya dengan Firman-Nya, { يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْـًٔا ۗوَالْاَمْرُ يَوْمَىِٕذٍ لِّلّٰهِ} “Yaitu pada hari ketika seseorang sama sekali tidak berdaya menolong orang lain.” Yakni tidak mampu memberi manfaat kepada orang lain dan juga tidak bisa menolong dirinya sendiri dari adzab yang ia terima, kecuali dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada orang-orang yang Dia kehendaki dan ridhai.

Karena itulah di sini kami sebutkan sebuah hadits, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

يَا بَنِيْ هَا شِمِ، أَنْقِذُوْا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا

“Hai Bani Hasyim! Selamatkanlah diri kalian masing-masing dari neraka, karena aku tidak memiliki kekuasaan apapun untuk menyelamatkan kalian dari siksa Allah.”

Hadits ini telah disebutkan di akhir tafsir surat asy-Syu’araa’. Karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, {وَالْاَمْرُ يَوْمَىِٕذٍ لِّلّٰهِ } “Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” Ini seperti Firman-Nya, { لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ  لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ } “Milik siapakah kerajaan pada hari ini? Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.”

(QS. Al-Mu’miin: 16) dan seperti Firman-Nya, { ٱلْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ ٱلْحَقُّ لِلرَّحْمَٰنِ} “Kerajaan yang hak pada hari itu adalah milik Rabb Yang Maha Pengasih.” (QS. Al-Furqaan: 26) dan juga seperti Firman-Nya, { مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ} “Pemilik hari Pembalasan.” (QS. Al-Fatihah: 4)

Tentang ayat, “Yaitu pada hari ketika seseorang sama sekali tidak berdaya menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah,” Qatadah berkata,”Demi Allah segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah. Akan tetapi tidak seorang pun yang bisa menggugat-Nya pada hari itu.”

Demikianlah akhir tafsir surat al-Infithaar. Hanya milik Allah Subhanallahu wa ta’ala lah segala puji dan anugerah.

 

 

 

 

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker