ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat At-Tiin

Tafsir Surat AtTiin

( Buah Tin )

Surat Makkiyyah

Surat Ke-95 : 8 Ayat

 

Membaca Surat At-Tiin Ketika Shalat Dalam Perjalanan

Malik dan Syu’bah berkata dari ‘Adi bin Tsabit dari al-Bara’ bin ‘Azib, “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam membaca dalam perjalanannya surat at-Tiin pada salah satu raka’at dari dua raka’at shalat yang beliau kerjakan. Aku belum pernah mendengar seorang pun yang lebih bagus suaranyya daripada beliau.” Hadits ini diriwayatkan oleh para penyusun Kutubus Sittah [Yakni kitab yang enam: Shahiih al-Bukhari, Shahiih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah] dalam kitab mereka.

 

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

ATTIIN, AYAT 1-8

وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنِ، وَطُوْرِ سِيْنِيْنَ، وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِ، لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ، ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَافِلِيْنَ، اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ، فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّيْنِ، اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ

“Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun (1) demi gunung Sinai (2) dan demi negeri (Mekah) yang aman ini (3) Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (4) kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (5) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya (6) Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu? (7) Bukankah Allah hakim yang paling adil?” (8)

 

 

Tafsir At-Tiin dan Ayat Sesudahnya

Al-‘Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, bahwa yang dimaksud dengan التِّينُ ialah mesjid Nabi Nuh yang terletak di atas gunung al-Judiy. Mujahid berkata, “Lafazh التِّينُ yang dimaksud dalam ayat ini adalah buah Tin.

Mengenai firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {وَالزَّيْتُوْنِ} “Dan (buah) Zaitun,” Ka’abul Ahbar, Qatadah, Ibnu Zaid, dan yang lainnya berkata, “Yakni mesjid Baitul Maqdis.” Mujahid dan ‘Ikrimah berkata, “Yakni buah Zaitun yang biasa kalian peras.”

Mengenai firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {وَطُوْرِ سِيْنِيْنَ} “Demi gunung Sinai,” Ka’abul Ahbar dan yang lainnya berkata, “Yakni gunung Sinai, di mana Nabi Musa ‘Alaihi Sallam diajak berbicara oleh Allah Subhanallahu wa ta’ala.

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِ} “Dan demi negeri yang aman ini.” Yakni, Makkah. Demikianlah tafsir yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, Mujahid, ‘Ikrimah, al-Hasan, Ibrahim an-Nakha’i, Ibnu Zaid, dan Ka’bul Ahbar. Dan tidak ada perbedaan dalam tafsir tersebut. Sebagian ulama mengatakan, “Dia masing-masing dari tiga tempat itulah Allah mengutus seorang Nabi sekaligus Rasul dari para Rasul Ulul Azmi yang menyebarkan tiga agama besar, yaitu:

Pertama, tempat buah Tin dan Zaitun, yaitu Baitul Maqdis, di mana Allah mengutus Nabi ‘Isa ‘Alaihi Sallam, putera Maryam. Kedua, gunung Sinai, dimana Allah Subhanallahu wa ta’ala berbicara kepada Nabi Musa bin ‘Imran ‘Alaihi Sallam. Ketiga, Makkah, yaitu negeri yang aman, sehingga orang yang masuk ke negeri tersebut menjadi aman. Di sanalah Allah mengutud Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Para ulama mengatakan, “Di dalam kitab Taurat bagian terakhir disebutkan ketiga tempat tersebut: ‘Allah datang dari gunung Sinai -yakni tempat Allah berbicara kepada Nabi Musa bin ‘Imran- dan Dia muncul bersinar dari Sa’ir –yakni gunung Baitul Maqdis, di mana Allah mengutus Nabi ‘Isa- dan Dia nampak begitu jelas di gunung Faran –yakni gunung-gunung yang terdapat di Makkah, di mana Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Jadi, Allah Subhanallahu wa ta’ala menyebutkan mereka dengan memberitahukan tentang ketiga Rasul tersebut sesuai dengan urutan zaman mereka. Karena itulah, Allah bersumpah dengan sesuatu yang lebih mulia, kemudian dengan yang lebih mulia lagi daripada yang pertama, kemudian dengan yang lebih mulia lagi daripada yang pertama dan kedua.

 

Dikembalikannya Manusia ke Tempat Serendah-rendahnya, Padahal Dia Diciptakan Dalam Bentuk Sebaik-baiknya dan Akibat dari Hal itu

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ} “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Inilah obyek sumpah yang dituju, yaitu Allah Subhanallahu wa ta’ala menciptakan manusia dalam bentuk dan wujud yang terbaik, postur yang tegak, dengan anggota tubuh yang lengkap dan normal.

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَافِلِيْنَ} “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.” Yakni, ke Neraka. Mujahid, Abul ‘Aliyah, al-Hasan, Ibnu Zaid dna yang lainnya menafsirkannya demikian.

Setelah diciptakan dengan bentuk yang baik dan rupa yang elok, maka tempat kembali mereka adalah di Neraka, jika mereka tidak menaati Allah dan tidak mengikuti Rasul-Rasul-Nya. Karena itu, Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman,                                                {اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ} “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan.”

Sebagian ulama menafsirkan ayat, “Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,” yakni, dikembalikan ke usia yang tua renta (pikun). Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma dan ‘Ikrimah. Bahkan ‘Ikrimah mengatakan, “Siapa yang menghafal al-Quran, maka ia tidak akan mengalami kepikunan.” Ibnu Jarir memilih pendapat beliau.

Seandainya itu yang dimaksud, maka pengecualian orang-orang yang beriman dari usia yang tua renta tersebut tidaklah sesuai. Karena usia lanjut mungkin saja dialami oleh sebagian dari orang yang beriman. Jadi, maksud dari ayat tersebut ialah apa yang telah kami sebutkan.

Ayat ini sebagaimana firman Alah Subhanallahu wa ta’ala,

{وَالْعَصْرِاِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْراِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ}

“Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)

Selanjutnya, firman Allah, {فَلَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ} “Maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.” Yakni, tidak pernah berhenti.

Kemudian Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, {فَمَا يُكَذِّبُكَ} “Maka yang menyebabkanmu mendustakan,” wahai manusia, {بَعْدُ بِالدِّيْنِ} “Tentang hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu?” Yakni, apa yang menyebabkan kamu mendustakan pembalasan di hari Kiamat, padahal kamu telah mengetahui keterangan yang jelas? Diantaranya yang kamu saksikan ialah ciptaan-ciptaan Allah Subhanallahu wa ta’ala ini. Kamu pun telah mengerti bahwa barangsiapa mampu menciptakan untuk pertama kali, maka pasti ia lebih mampu menghidupkannya kembali.

Jadi, faktor apa yang mendorongmu mendustakan hari Kiamat sedangkan kamu telah mengerti bahwa hal itu pasti terjadi?

Selanjutnya firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ} “Bukankah Allah hakim yang paling adil?” Yakni, bukankah Dia Subhanallahu wa ta’ala adalah Hakim yang paling adil? Dia tidak berlaku semena-mena dan tidak menzhalimi siapa pun.

Di antara keadilan-Nya ialah ditegakkannya hari Kiamat oleh-Nya, sehingga Dia memberikan keadilan kepada orang yang diperlakukan secara zhalim di dunia. Kami telah menyebutkan dalam hadits marfu’ yang diriwayatkan Abu Hurairah Radiyallahu ‘anhu:

إذا قرَأَ أحَدُكم:{وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ}، فأتى على آخِرِها {أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ}، فلْيقُلْ: بلى، وأنا على ذلك مِن الشَّاهدينَ.

“Apabila salah seorang dari kalian membaca surat at-Tiin, maka setelah membaca ayat, {اَلَيْسَ اللّٰهُ بِاَحْكَمِ الْحٰكِمِيْنَ}, hendaklah ia membaca, ‘Sungguh, itu benar, dan aku termasuk orang-orang yang bersaksi.’”

Demikianlah akhir tafsir surat at-Tiin. Hanya milik Allah Subhanallahu wa ta’ala lah segala puji dan anugerah.

 

 

 

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker