Kasih Sayang
Kasih Sayang
Seorang Muslim adalah seorang penyayang, dan kasih sayang menjadi salah satu akhlaknya, sebab sumber kasih sayang adalah kejernihan jiwa dan kesucian rohani.
Seorang Muslim yang melakukan kebaikan dan beramal shalih, menjauhi kejahatan, menghindari kerusakan, maka dia selalu berada di dalam kesucian jiwa dan kesehatan rohani. Siapa pun yang keadaannya tetap demikian, maka rahmat atau kasih sayang tidak akan terlepas dari hatinya.
Oleh karena itu seorang Muslim mencintai kasih sayang dan bersungguh-sungguh melaksanannya dan mewasiatkannya, serta mengajak kepada kasih sayang untuk membuktikan Firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡمَرۡحَمَةِ
“Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.”(Al-Balad:17)
Serta mengamalkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam,
إِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Sesungguhnya Allah hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.1284)
اِرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Sayangilah siapa yang ada dibumi, maka Dzat yang ada di langit akan menyayangimu.”(Diriwayatkan oleh ath-Thabrani; dan al-Hakim, 4/175 dengan sanad shahih)
مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ
“Siapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayangi.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.5997)
لَا تُنْزَعُ الرَّحْمَةُ إِلَّا مِنْ شَقِيٍّ
“Tidaklah kasih sayang itu dicabut kecuali dari orang-orang yang berbuat keji.”(Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no.4942; at-Tirmidzi, no.1923)
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang beriman di dalam cinta, kasih sayang dan perasaan simpati adalah laksana satu tubuh yang apabila salah satu anggota mengaduh, maka seluruh anggota tubuh lainnya ikut serta mengadu dengan tidak bisa tidur dan demam.”(Diriwayatkan oleh Muslim, no.2586)
Kasih sayang, meski pada hakikatnya adalah kelembutan hati dan empati jiwa yang meliputi ampunan dan ihsan, namun sesungguhnya kasih sayang itu bukan murni hanya empati jiwa saja tanpa membuhkan bekas di luar jiwa. Bahkan kasih sayang itu memiliki pengaruh yang kuat di luar jiwa dan hakikat perwujudan bentuk kasih sayang di dalam jiwa itu tampak di alam nyata. Bukti dampak kasih sayang di luar jiwa, contohnya adalah memberikan maaf kepada orang yang khilaf, memberi ampun orang yang bersalah, menolong orang yang kesusahan dan bersedih hati, membantu yang sedang kesempitan, memberi makan kepada yang kelaparan, memberi pakaian kepada orang yang tidak punya pakaian, mengunjungi orang yang sakit dan orang-orang yang tertimpa musibah, semua ini adalah bukti yang membekas dari kasih sayang, dan masih banyak lagi.
Beberapa contoh perwujudan kasih sayang yang muncul darinya dampak yang dapat dirasakan dan dilihat adalah seperti berikut :
- Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu berkata,
دَخَلْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَبِي سَيْفٍ الْقَيْنِ، وَكَانَ ظِئْرًا لِإِبْرَاهِيمَ، فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ فَقَبَّلَهُ وَشَمَّهُ ثُمَّ دَخَلْنَا عَلَيْهِ بَعْدَ ذَلِكَ وَإِبْرَاهِيمُ يَجُودُ بِنَفْسِهِ فَجَعَلَتْ عَيْنَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَذْرِفَانِ فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ ثُمَّ أَتْبَعَهَا بِأُخْرَى فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ وَلَا نَقُولُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ
“Kami bersama Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam masuk ke rumah Abi Yusuf al-Qain, suami pengasuh Ibrahim, putra Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam, beliau menggendongkan dan menciumnya, kemudian kami masuk kepada beliau, setelah itu Ibrahim menemui ajalnya. Mata Rasulullah meneteskan air mata. Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu’anhu berkata,’Ada apa denganmu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab,’Hai putra ‘Auf ini adalah air mata kasih sayang,’ kemudian beliau bersabda,’ Sesungguhnya mata bisa meneteskan air mata dan hati bisa bersedih, dan kami tidak mengatakan kecuali yang membuat Allah Rabb ridha. Sesungguhnya kami bersedih dengan perpisahan denganmu wahai Ibrahim’.”(Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no.1303)
Kunjungan Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam kepada putranya yang ada di rumah susunannya, serta ciuman beliau di saat ajalnya tiba, sampai tetesan air mata kesedihan beliau Shallallahu ‘alahi wasallam, semuanya itu termasuk perwujudan lahiriyah dari kasih sayang yang ada di dalam hati.
- Imam al-Bukhari, meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, no.6009, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
“Ketika seorang lelaki berjalan, kemudian dia didera oleh haus yang sangat, ia turun ke dalam sebuah sumur untuk minum darinya, kemudian keluar dan mendapatkan seekor anjing yang menjilat-jilat tanah lembab karena hausnya, dia berkata,’Sungguh hewan ini telah mengalami rasa haus sebagaimana telah aku rasakan (sebelumnya),’(kemudian dia turun ke sumur itu lagi), mengambil air dengan memenuhi sepatunya lalu dia menggigitnya dengan mulutnya, ia pun naik kemudian memberikan air kepada anjing tersebut. Maka Allah berterima kasih untuknya kemudian mengampuninya.”Mereka bertanya,” Wahai Rasulullah, apakah ada pahala bagi kita dalam berbuat baik terhadap binatang?” Beliau menjawab,” Di dalam setiap (berbuat baik pada) hati yang basah (hewan yang hidup. Ed.T) ada pahala.”
Maka turunnya seorang lelaki ke dalam sumur itu untuk membawa air dengan susah payah kemudian memberi minum anjing yang kehausan, semuanya itu adalah bukti perwujudan kasih sayang yang ada di dalam hatinya, andai bukan karena itu, maka tidak mungkin dia melakukannya.
Begitu pula sebaliknya, apa yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, no.2365, dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dari Nabi Shallallahu ‘alahi wasallam, bahwa sesungguhnya beliau Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,
عُذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ حَبَسَتْهَا حَتَّى مَاتَتْ ، فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ، قَالَ: فَقَالَ: وَاللَّهُ أَعْلَمُ: لاَ أَنْتِ أَطْعَمْتِهَا وَلاَ سَقَيْتِهَا حِينَ حَبَسْتِيهَا، وَلاَ أَنْتِ أَرْسَلْتِهَا، فَأَكَلَتْ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ
“Seorang perempuan disiksa karena seekor kucing yang dia kurung sampai mati, maka dia masuk neraka karenanya. Dan dikatakan kepada perempuan itu,’Kamu tidak memberinya makan dan minum, ketika engkau mengurungnya, dan kamu juga tidak melepaskannya sehingga ia dapat makan dari binatang-binatang serangga tanah’.”
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan ini adalah perwujudan dari kekerasan hati dan dan tercabutnya kasih sayang dari jiwanya, sedangkan kasih sayang tidak akan dicabut kecuali dari hati orang yang berbuat keji.
- Imam al-Bukhari, no.707 meriwayatkan dari Abu Qatadah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,
إِنِّى لأَقُومُ فِى الصَّلاَةِ أُرِيدُ أَنْ أُطَوِّلَ فِيهَا ، فَأَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِىِّ ، فَأَتَجَوَّزُ فِى صَلاَتِى كَرَاهِيَةَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمِّهِ
“Sayapernahmengimamishalat, dansayainginmemperlamabacaannya. Lalusayamendengartangisanbayi, dansayapunmemperinganshalatku. Sayatidakinginmemberatkanibunya.”
Maka beralihnya Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam dari pelaksanaan shalat beliau yang semula hendak memperpanjang dan pilunya hati ibu dari tangisan bayinya adalah perwujudan kasih sayang yang dititipkan oleh Allah di hati hamba-hamba yang saling menyayangi.
- Diriwayatkan bahwa Imam Zainal Abidin Ali Bin Husain Rahimahullah sedang berjalan menuju masjid, kemudian ada seseorang yang memakinya, maka pembantunya ingin memukuli dan menyakiti orang tersebut, namun Imam Zainal Abidin melarang dan mencegahnya, sebagai wujud kasih sayang terhadap orang tersebut.
Beliau berkata,” Duhai Anda, saya lebih banyak dari apa yang kamu katakan, dan apa yang tidak kamu ketahui tentang saya lebih banyak dari apa yang kamu ketahui, maka jika ada kebutuhan di dalam hal itu, sebutkanlah.” Muka orang itu merah dan malu, lalu Imam Zainal Abidin melepaskan bajunya untuk diberikan kepadanya dan menyuruh agar orang itu diberi uang seribu dirham.
Maka sikap pemaaf dan berbuat baik (ihsan) ini tidak akan terwujud kecuali sebagai salah satu gambaran dari berbagai gambaran sikap kasih sayang yang terdapat pada hati cicit Rasulullah Shallallahu ‘alahi wasallam.
Sumber : Kitab Minhajul Muslim Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jajairi Edisi Indonesia, Cetakan XV Jumadil ula 1437H/2016M, Darul Haq Jakarta