ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat Al-‘Ashr

Tafsir Surat Al-‘Ashr

( Waktu Sore )

Surat Makkiyyah

Surat Ke-103 : 3 Ayat

 

PENGETAHUAN ‘AMR BIN AL-‘ASH TERHADAP KEMUKJIZATAN AL-QURAN MELALUI SURAT INI

Mereka menyebut bahwa ‘Amr bin al-‘Ash pernah diutus kepada Musailamah al-Kadzdzab. Hal itu terjadi setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam diutus sebagai Rasul dan sebelum ‘Amr masuk Islam. Lalu Musailamah bertanya kepada ‘Amr, “Apa yang telah diturunkan kepada Sahabatmu selama ini?” Lalu ‘Amr menjawab, “Sungguh, telah diturunkan kepadanya surat yang pendek tapi padat.” Musailamah bertanya, “Surat apa itu?” Lalu ‘Amr menjawab , “Yaitu,

وَالْعَصْرِإِنَّ ٱلْإِنْسَــٰنَ لَفِى خُسْرٍ إِلَّا ٱلَّذِ ينَءَامَنُواْوَعَمِلُواْ ٱصَّــٰلِحَـٰتِ وَتَوَا صَوْاْبِٱلْحَقِّ وَتَوَا صَوْابِٱلصَّبْرِ

Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”

Maka Musailamah berpikir sejenak, kemudian berkata, “Telah diturunkan juga kepadaku seperti surat tersebut.” Maka ‘Amr bertanya kepadanya, “Apa itu?” Musailamah berkata, “Hai wabr. Hai wabr. Sungguh, kamu hanyalah dua telinga dan dada. Dan jenismu gemar membuat lubang galian.”

Kemudian Musailamah berkata, “Bagaimana pendapatmu, hai ‘Amr?” Kemudian ‘Amr berkata kepadanya, “Demi Allah, kamu pasti mengetahui bahwa aku yakin, sesungguhnya kamu berdusta.”

Aku pernah melihat Abu Bakar al-Khara-ithi telah menulis sanad riwayat tersebut atau mirip dengan riwayat tersebut dalam kitabnya yang terkenal dengan nama Masaawi-ul Akhlak, juz kedua.

Wabr adalah binatang kecil yang menyerupai kucing. Yang paling menonjol dari binatang ini adalah dua telinganya dan dadanya. Adapun bentuk bagian tubuh yang lainnya tidak menarik. Dari khayalannya, Musailamah menyusun kata-kata yang ia maksudkan untuk menyaingi al-Quran. Namun hal itu tidak laku, bahkan di kalangan para penyembah berhala sekalipun, yang hidup di masa itu.

           

Ath-Thabrani meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Hafs Abu Madinah, ia berkata, “Apabila dua orang dari Sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertemu, maka sebelum berpisah, salah satu di antara kedua orang tersebut membacakan surat al-‘Ashr sampai akhir untuk yang lain. Kemudian salah satu di antara kedua orang tersebut memberi salam kepada yang lain.

Imam Asy-Syafi’i berkata, “Seandainya manusia merenungkan surat al-‘Ashr ini, maka surat ini akan mencukupi mereka.”

 

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

AL-‘ASHR, AYAT 1-9

وَالْعَصْرِۙ، إِنَّ ٱلْإِنْسَــٰنَ لَفِى خُسْرٍ،  إِلَّا ٱلَّذِ ينَءَامَنُواْوَعَمِلُواْ ٱصَّــٰلِحَـٰتِ وَتَوَا صَوْاْبِٱلْحَقِّ وَتَوَا صَوْابِٱلصَّبْرِ.

Demi Masa.(1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,(2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.(3)

Makna al-‘ahsr adalah, zaman, waktu, atau masa, yang memuat gerak-gerik perbuatan manusia, apakah perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Malik berkata dari Zaid bin Aslam, “Al-‘ashr ialah waktu sore.” Akan tetapi pendapat yang popular adalah pendapat yang pertama.

Allah Subhanallahu wa ta’ala bersumpah dengan kata tersebut bahwa bagaimanapun manusia benar-benar berada dalam kerugian dan kerusakan,

{إِلَّا ٱلَّذِ ينَءَامَنُواْوَعَمِلُواْ ٱصَّــٰلِحَـٰتِ} “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan.” Dalam ayat ini, Allah Subhanallahu wa ta’ala mengecualikan orang-orang yang beriman dengan sepenuh hati dan beramala shalih dengan seluruh anggota tubuhnya. Mereka dikecualikan dari jenis manusia yang berada dalam kerugian.

Allah Subhanallahu wa ta’ala berfirman, { وَتَوَا صَوْاْبِٱلْحَقِّ } “Serta saling menasehati untuk kebenaran,” yaitu saling menasehati untuk melaksanakan ketaatan dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan.

Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala, {وَتَوَا صَوْابِٱلصَّبْرِ} “Dan saling menasehati dalam kesabaran.” Yakni kesabaran atas musibah dan takdir, serta gangguan dari orang-orang yang menyakiti. Gangguan ini biasanya datang dari kalangan orang-orang yang mereka ajak untuk berbuat baik, dan orang-orang yang mereka larang berbuat kemunkaran.

Demikianlah akhir tafsir surat al-‘Ashr. Hanya milik Allah Subhanallahu wa ta’ala lah segala puji dan anugerah.

 

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker