ARTIKELTafsir Al-Qur'an

Tafsir Surat An-Nashr

Tafsir Surat An-Nashr

(Pertolongan)

Surat Madaniyyah

Surat Ke-110 : 3 Ayat

Keutamaan Surat An-Nashr

Telah dijelaskan bahwa surat an-Nashr sebanding dengan seperempat al-Qur-an dan surat al-Zalzalah sebanding dengan seperempat al-Qur-an.

An-Nasa’i meriwayatkan dari ‘Ubaidullah bin ‘Abdillah bin ‘Utbah, ia berkata, “Ibnu ‘Abbas bertanya kepadaku, ‘Wahai Ibnu ‘Utbah! Apakah engkau mengetahui surat terakhir dari al-Qur-an yang diturunkan?’ Aku menjawab, ‘Ya, saya mengetahuinya, yaitu surat an-Nashr.’ Ibnu ‘Abbas berkata, “Engkau benar.”

بِسْمِ اللهِ الَرْحَمنِ الَرحِيمِ

Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Surat An-Nashr Ayat 1-3

إِذَاجَـــــــــــآ ءَ نَصْـــــــــرُ ٱللهِ وَٱلْفَـــــــــــــتْحُ، وَرَأَيْتَ ٱلنَّــــــــاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ ٱللهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِرَبِّكَ وَٱسْتَغْفِرْهُۚ إِۚنَّــــــهُ, كَــــــــــــــانَ تَوَّابَــۢـا

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (1) Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (2) Maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat (3)”

 

Surat Ini Sebagai Pemberitahuan Tentang Sempurnanya Ajal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Umar memasukkanku bersama para pahlawan perang Badar yang telah berumur. Sebagian dari mereka ada yang merasa keberatan, seraya berkata, ‘Mengapa dia (‘Umar) memasukkan anak ini bersama kami? Padahal kami pun mempunyai anak laki-laki seperti dia? Maka ‘Umar berkata, ‘Sungguh, ia termasuk orang yang telah kalian ketahui (berilmu).’

Maka pada suatu hari ‘Umar memanggil mereka dan memasukkanku bersama mereka. Aku tidak melihatnya memanggilku bersama mereka saat itu, kecuali karena ia hendak memperlihatkan (kelebihanku) kepada mereka. Lalu ‘Umar berkat, ‘Bagaimana pendapat kalian tentang firman Allah Subhanallahu wa ta’ala {إِذَاجَـــــــــــآ ءَ نَصْـــــــــرُ ٱللهِ وَٱلْفَـــــــــــــتْحُ} ‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.’? Lalu di antara mereka ada yang berkata, ‘Kita diperintahkan untuk memuji Allah dan memohon ampun kepada-Nya, apabila kita diberi pertolongan dan kemenangan.’ Sedangkan yang lain terdiam, tidak mengatakan apa-apa. Lalu ia bertanya kepadaku, ‘Apakah kamu juga berpendapat demikian wahai Ibnu ‘Abbas?’ Aku berkata, ‘Tidak demikian.’ Lalu ia bertanya, ‘Lantas bagaimana pendapatmu?’ Aku menjawab, ‘Ayat tersebut adalah ajal Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Allah memberitahukannya kepada beliau. Allah berfirman, ‘ Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.’ Maka itulah tanda ajalmu.

{فَسَبِّحْ بِحَمْدِرَبِّكَ وَٱسْتَغْفِرْهُۚ إِۚنَّــــــهُ, كَــــــــــــــانَ تَوَّابَــۢـا} ‘Maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha menerima taubat.”Lalu ‘Umar bin al-Khattab berkata, ‘Aku tidak memahami ayat ini kecuali apa yang kamu katakana.'” Hadits ini hanya diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Ketika turun ayat, “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

نُعِيَتْ إِلَيَّ نَفْسِيْ

“Ajal kematianku telah disampaikan kepadaku.”

Maka beliau pun wafat pada tahun itu. Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Ahmad

Al-Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam ruku’ dan sujudnya memperbanyak membaca:

سُبْحَا نَكَ اللّٰهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ.

“Mahasuci Engkau ya Allah, Rabb kami. Dan dengan memuji-Mu, ya Allah ampunilah aku.”

Beliau (memperbanyak bacaan tersebut) karena menganalkan al-Quran (terutama surat an-Nashr ini). Hadits ini diriwayatkan oleh al-Jama’ah kecuali at-Tirmidzi.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Masruq, ia berkata, ‘Aisyah Radiyallahu ‘anha berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendekati akhir hidupnya, beliau sering membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُبُو إِلَيْهِ.

‘Mahasuci Allah, dan dengan memuji-Nya, aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya.’

Dan beliau bersabda:

إِنَّ رَبِّيْ كَان أَخْبَرَنِيْ أَنِّيْ سَأَرَى عَلَامَةً فِيْ أُمَّتِيْ، وَأَمَرَنِيْ إِذَا رَأَيْتُهَا أَنْ أُسَبِّحَ بِحَمْدِهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ، إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا، فَقَدْ رَأَيْتُهَا:  إِذَاجَـــــــــــآ ءَ نَصْـــــــــرُ ٱللهِ وَٱلْفَـــــــــــــتْحُ، وَرَأَيْتَ ٱلنَّــــــــاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ ٱللهِ أَفْوَاجًا، فَسَبِّحْ بِحَمْدِرَبِّكَ وَٱسْتَغْفِرْهُۚ إِۚنَّــــــهُ, كَــــــــــــــانَ تَوَّابَــۢـا

“Sesungguhnya Rabb-ku telah memberitahu aku bahwa aku akan melihat sesuatu tanda pada umatku. Dan ketika aku melihatnya, Dia menyuruhku bertasbih dengan memuji-Nya dan memohon ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha menerima taubat. Dan aku telah melihatnya, ‘Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong Maka bertasbihlah dengan memuji Rabb-mu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.'” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim.

Hanya ada satu pendapat mengenai yang dimaksud dengan kemenangan di sini, yakni Fat-hu Makkah (penaklukan kota Makkah). Kabilah-kabilah Arab mengaitkan keislaman mereka kepada penaklukan Kota Makkah. Mereka mengucapkan, “Jika ia (Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam) menaklukan kaumnya (penduduk Makkah), maka ia benar-benar seorang Nabi.” Maka tatkala Allah menaklukan kota Makkah untuk beliau, mereka pun masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong. Maka belum mencapai dua tahun setelah itu, Islam sudah tersebar di wilayah Jazirah Arab. Tidak tersisa kabilah-kabikah Arab di sana, kecuali menampakkan keislaman. Hanya milik Allah Subhanallahu wa ta’ala -lah segala puji dan anugerah.

Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahiih-nya dari ‘Amir bin Salamah, ia berkata, “Ketika Makkah ditaklukan, maka semua orang segera masuk Islam di hadapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, karena sebelumnya, para kabilah itu menggantungkan keislamannya pada penaklukan kota Makkah. Mereka berkata, ‘Biarkanlah dia dan kaumnya. Jika ia mengalahkan kaumnya, maka ia benar-benar seorang Nabi.” (Bacalah) hadits ini (selengkapnya).

Kami telah menguraikan tentang penaklukan kota Makkah dalam kitab kami “as-Siirah.” Siapa yang menginginkannya lebih detail lagi, maka hendaknya ia merujuk kepada kitab tersebut. Hanya milik Allah Subhanallahu wa ta’ala segala puji dan anugerah.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu ‘Ammar, seorang tetangga Jabir bin ‘Abdillah: Telah menyampaikan kepadaku, ia berkata, “Aku datang dari sebuah perjalanan. Lalu Jabir bin ‘Abdillah mendatangiku. Ia memberi salam kepadaku. Aku bercerita kepadanya tentang perpecahan umat dana pa yang mereka perbuat, sehingga Jabir menangis, kemudian dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ النَّاسَ دَخَلُوْ ا فِي دِيْنِ اللهِ أَفْوَاجًا، وَسَيَخْرُجُونَ مِنْهُ أَفْوَا جًا

“Sesungguhnya manusia telah masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong, dan mereka akan keluar darinya secara berbondong-bondong pula.”

Demikianlah akhir tafsir surat an-Nashr. Hanya milik Allah Subhanallahu wa ta’ala lah segala puji dan anugerah.

Disalin ulang dari:  Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 9, Cetakan ke-sembilan Muharram 1435 H – November 2013 M, Pustaka Ibnu Umar Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker