AqidahARTIKEL

Pasal Kedua : Beriman Kepada Rububiyah Allah Subhanallahu wa ta’ala Terhadap Segala Sesuatu

Pasal Kedua:

Beriman Kepada Rububiyah Allah Subhanallahu wa ta’ala Terhadap Segala Sesuatu

 

Rububiyah رُبُوْبِيَّة berasal dari kata رَبٌّ Rabb . Makna rububiyah Allah terhadap segala sesuatu adalah Allah sebagai Rabbnya. Maksudnya, Allah adalah Pencipta, Pemilik, Pengatur dan Pemelihara segala sesuatu.

Seorang Muslim beriman dan meyakini rububiyah Allah atas segala sesuatu, tiada sekutu bagiNya di dalam rububiyahNya terhadap alam semesta. Yang demikian itu adalah berkat petunjuk Allah kepa- danya, kemudian karena dalil-dalil naqli dan ‘aqli berikut ini:

> Dalil-dalil Naqli

  1. Berita dari Allah sendiri tentang kerububiyahanNya. Dia telah berfirman tentang pujianNya terhadap DiriNya,

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” (Al-Fatihah: 2).

FirmanNya di dalam menegaskan rububiyahNya,

قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلِ اللّٰه

“Katakanlah, ‘Siapakah Rabb langit dan bumi?’ Jawablah, Allah’.” (Ar-Ra’d: 16).

FirmanNya di dalam menegaskan rububiyah dan uluhiyahNya [Uluhiyah أُلُوْهِيَّة berasal dari kata ilah إِلٰه , Artinya adalah sesembahan yang haq.],

رَبِّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَاۘ اِنْ كُنْتُمْ مُّوْقِنِيْنَ، لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ يُحْيٖ وَيُمِيْتُ ۗرَبُّكُمْ وَرَبُّ اٰبَاۤىِٕكُمُ الْاَوَّلِيْنَ

“Rabb yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. Tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menghidupkan dan yang mematikan (Dia-lah Rabb-mu) dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu.” (Ad-Dukhan: 7-8).

FirmanNya di dalam mengingatkan kembali perjanjian awal yang diambil dari manusia ketika mereka masih berada di dalam sulbi bapak mereka, yaitu bahwa mereka beriman kepada rububiyah Allah terhadap mereka dan akan beribadah kepadaNya dengan tidak menyekutukan sesuatu apa pun denganNya, seraya berfirman,

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛ

“Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Rabbmu.” Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi’.” (Al-A’raf: 172).

FirmanNya di dalam menegakkan hujjah (argumen) terhadap kaum musyrikin dan menegaskannya terhadap mereka,

قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ

“Katakanlah, ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arasy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah Katakanlah, ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?” (Al-Mu minun: 86-87).

  1. Informasi dari para nabi dan rasul tentang rububiyah Allah Subhanallahu wa ta’ala kesaksian mereka dan pengakuan mereka tentangnya. Sebagai contoh: Nabi Adam ‘Alaihi Sallam di dalam doanya mengucapkan,

رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

“Wahai Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-A’raf: 23).

Nabi Nuh ‘Alaihi Sallam pun di dalam pengaduannya kepada Allah mengucapkan,

رَّبِّ اِنَّهُمْ عَصَوْنِيْ وَاتَّبَعُوْا مَنْ لَّمْ يَزِدْهُ مَالُهٗ وَوَلَدُهٗٓ اِلَّا خَسَارًا

“Ya Rabbku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah baginya kecuali kerugian belaka.” (Nuh: 21).

Beliau juga mengucapkan,

قَالَ رَبِّ اِنَّ قَوْمِيْ كَذَّبُوْنِ، فَافْتَحْ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَّنَجِّنِيْ وَمَنْ مَّعِيَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Ya Rabbku, sesungguhnya kaumku telah mendustakan aku, oleh karena itu adakanlah suatu keputusan antara aku dan mereka, dan selamatkanlah aku dan orang-orang yang Mukmin besertaku.” (Asy-Syu’ara: 117-118).

Nabi Ibrahim ‘Alaihi Sallam di dalam doanya untuk tanah suci Makkah dan untuk diri serta anak keturunannya mengucapkan,

رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ اَنْ نَّعْبُدَ الْاَصْنَامَ

“Ya Rabbku, jadikanlah negeri (Makkah) ini negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak keturunanku dari penyembahan berhala.” (Ibrahim: 35).

Nabi Yusuf ‘Alaihi Sallam di dalam pujian dan doanya kepada Allah mengucapkan,

رَبِّ قَدْ اٰتَيْتَنِيْ مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِيْ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۚ فَاطِرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَنْتَ وَلِيّٖ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۚ تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ

“Ya Rabbku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian ta’bir mimpi. (Ya Rabb) Pencipta langit dan bumi, Engkau-lah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shalih.” (Yusuf: 101).

Nabi Musa ‘Alaihi Sallam di dalam beberapa permintaannya berseru,

قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ، وَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ، يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ، وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ

“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untuk- ku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku.” (Thaha: 25-29).

Nabi Harun ‘Alaihi Sallam juga berkata kepada Bani Israil,

وَاِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمٰنُ فَاتَّبِعُوْنِيْ وَاَطِيْعُوْٓا اَمْرِيْ

“Dan sesungguhnya Rabbmu adalah Dzat Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan patuhilah perintahku,” (Thaha: 90).

Nabi Zakariya ‘Alaihi Sallam ketika memohon rahmatNya berkata,

رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا

“Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah memutih dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepadaMu, Ya Rabb.” (Maryam: 4).

Dan di dalam doanya beliau berkata,

رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ

“Ya Rabbku, janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri, dan Engkau-lah pewaris yang paling baik.” (Al-Anbiya’: 89).

Nabi Isa ‘Alaihi Sallam berkata ketika menjawab pertanyaan Allah,

مَا قُلْتُ لَهُمْ اِلَّا مَآ اَمَرْتَنِيْ بِهٖٓ اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ

“Aku sama sekali tidak pernah mengatakan kepada mereka selain apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu.” (Al-Ma’idah: 117).

Beliau juga berkata kepada kaumnya,

يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْ ۗاِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُ ۗوَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ

“Hai Bani Israil. Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu, karena sesungguhnya orang yang menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya adalah neraka dan tiada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim.” (Al-Ma idah: 72).

Nabi kita, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, ketika dalam keadaan sulit beliau berdoa,

لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ، لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ.

“Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Mahaagung lagi Maha Penyantun, tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Rabb bagi Arasy yang agung, tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Rabb bagi langit dan bumi dan Rabb bagi ‘Arasy yang mulia.”

Semua nabi dan rasul di atas dan para nabi lainnya ‘Alaihi Sallam, mengakui rububiyah Allah Subhanallahu wa ta’ala, mereka berdoa kepadaNya dengan menyebut-nyebut rububiyahNya, sedangkan mereka adalah manusia yang paling sempurna pengetahuannya, paling cemerlang akalnya, paling jujur ucapannya dan paling mengenal Allah dengan segala sifat-sifatNya daripada manusia biasa lainnya yang ada di permukaan bumi ini.

  1. Keyakinan dan keimanan milyaran ulama dan hukama (ahli hikmah) tentang rububiyah Allah terhadap mereka dan terhadap segala sesuatu, pengakuan mereka tentangnya dan i’tiqad mereka kepadanya yang merupakan i’tiqad yang pasti.
  2. Keyakinan dan keimanan milyaran manusia dan jumlah yang tak terhitung dari para cerdik cendikia, serta orang-orang shalih tentang rububiyah Allah Subhanallahu wa ta’ala atas segenap makhluk.

> Dalil-dalil Aqli

Di antara dalil-dalil akal sehat yang logis tentang rububiyah Allah Subhanallahu wa ta’ala terhadap segala sesuatu adalah sebagai berikut:

  1. Keesaan Allah di dalam menciptakan segala sesuatu. Merupakan hal yang sudah dimaklumi bersama oleh segenap umat manusia bahwa tidak ada yang mampu melakukan penciptaan itu dan tidak pernah diklaim oleh seorang pun selain Allah Subhanallahu wa ta’ala, sekalipun sesuatu yang diciptakan itu sangat kecil, seperti sehelai rambut di tubuh manusia atau hewan, atau bulu kecil pada sayap burung, atau selembar daun pada ranting yang sangat kecil, apalagi menciptakan suatu benda yang utuh atau hidup, atau planet yang besar ataupun yang kecil. Allah pun telah menegaskan keesaanNya yang mutlak di dalam penciptaan,

اَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha- berkah (Mahabaik) Allah, Rabb semesta alam.” (Al-A’raf: 54).

Dia juga berfirman,

وَاللّٰهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ

“Padahal Allah-lah yang telah menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan.” (Ash-Shaffat: 96).

Allah juga memuji DiriNya atas keesaanNya di dalam menciptakan, seraya berfirman,

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمٰتِ وَالنُّوْرَ

“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang.” (Al-An’am: 1).

وَهُوَ الَّذِيْ يَبْدَؤُا الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيْدُهٗ وَهُوَ اَهْوَنُ عَلَيْهِۗ وَلَهُ الْمَثَلُ الْاَعْلٰى فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

“Dan Dia-lah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagiNya. Dan bagiNya-lah sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi; dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Ar-Rum: 27).

Jika demikian, bukankah keesaan Allah di dalam menciptakan segala sesuatu merupakan bukti atas wujud dan rububiyahNya?! Benar wahai Rabb kami, kami menjadi saksi atas semua itu.

  1. Keesaan Allah di dalam memberi rizki. Tidak ada seekor hewan pun yang melata di permukaan bumi ini atau berenang di dalam air atau yang tersembunyi di semak-semak melainkan Allah-lah vang men ciptakan rizkinya (makanannya) dan yang memberikan petunjuk untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan, memakan dan mengguna- kannya.

Mulai dari seekor semut yang merupakan hewan paling kecil hingga manusia yang merupakan makhluk paling sempurna dan paling maju, semuanya membutuhkan Allah untuk keberadaannya, pembentukannya dan untuk makanan dan rizkinya. Allah sematalah Penciptanya, yang membentuknya, memberinya makanan dan rizki. Berikut ini beberapa ayat yang menegaskan kenyataan tersebut dan menetapkannya secara jelas:

فَلْيَنْظُرِ الْاِنْسَانُ اِلٰى طَعَامِهٖٓ، اَنَّا صَبَبْنَا الْمَاۤءَ صَبًّا، ثُمَّ شَقَقْنَا الْاَرْضَ شَقًّا، فَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا حَبًّا، وَّعِنَبًا وَّقَضْبًا، وَّزَيْتُوْنًا وَّنَخْلًا، وَّحَدَاۤئِقَ غُلْبًا، وَفَاكِهَةً وَّاَبًّا

“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rünputan.” (Abasa: 24-31).

FirmanNya,

وَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءًۗ فَاَخْرَجْنَا بِهٖٓ اَزْوَاجًا مِّنْ نَّبَاتٍ شَتّٰى، كُلُوْا وَارْعَوْا اَنْعَامَكُمْ

“Dan (Dia) menurunkan air (hujan) dari langit, maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berbagai macam jenis tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam. Makan dan gembalakanlah binatang-binatang ternakmu.” (Thaha: 53-54).

Dia Yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain Dia dan tiada Rabb selain Dia, juga berfirman,

فَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَسْقَيْنٰكُمُوْهُۚ وَمَآ اَنْتُمْ لَهٗ بِخَازِنِيْنَ

“Dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Al- Hijr: 22).

Dia juga berfirman, yang tiada Pemberi rizki selain Dia,

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا

“Dan tiada seekor binatang melata pun di muka bumi ini melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiamnya binatang itu dan tempat penyimpanannya.” (Hud: 6).

Apabila sudah terbukti tanpa ada yang dapat menyanggahnya bahwa tidak ada yang memberi rizki selain Allah, maka hal itu menjadi bukti atas rububiyahNya terhadap segala sesuatu.

  1. Kesaksian fitrah manusia yang bersih atas rububiyahNya dan pengakuannya yang sangat jelas akan hal itu.

Sesungguhnya setiap manusia yang fitrahnya belum rusak akan merasakan di dalam lubuk hatinya bahwa dia adalah seorang yang sangat lemah dan hina di hadapan Tuhan Pemilik kekuasaan Yang Mahakaya lagi Mahaperkasa, dan merasakan bahwa dirinya tunduk kepada aturan dan kebijakanNya pada dirinya, di mana ia menyatakan tanpa keraguan sedikit pun bahwasanya Dia adalah Allah, Rabb- nya dan Rabb segala sesuatu.

Sekalipun ini telah menjadi kenyataan yang diterima yang tidak dapat diingkari atau dibantah oleh setiap orang yang masih mempunyai fitrah suci, akan tetapi ada baiknya disebutkan di sini, sebagai pendukung, apa yang direkam oleh al-Qur’an al-Karim tentang pengaku- an para tokoh pemuka kaum paganis (penyembah berhala) terhadap kenyataan di atas, yaitu kerububiyahan Allah atas semua makhluk dan atas segala sesuatu, seraya berfirman,

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ لَيَقُوْلُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيْزُ الْعَلِيْمُۙ

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapa yang telah menciptakan langit dan bumi?’ Niscaya mereka akan menjawab, ‘Semuanya telah diciptakan oleh Dzat Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui’.” (Az- Zukhruf: 9).

Allah juga berfirman,

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰه

“Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka, ‘Siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan yang telah menundukkan matahari dan bulan?” Niscaya mereka akan menjawab, ‘Allah’.” (Al-Ankabut: 61).

Allah berfirman,

قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ

“Katakanlah, “Siapakah Rabb yang mempunyai langit yang tujuh dan Rabb yang mempunyai ‘Arasy yang besar? Maka mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allah”.” (Al-Mu’minun: 86-87).

  1. Keesaan Allah di dalam kepemilikan atas segala sesuatu, otoritasNya yang absolut atas segala sesuatu dan pengelolaanNya atas segala sesuatu adalah bukti atas rububiyahNya. Sebab sudah menjadi sesuatu yang disepakati oleh segenap umat manusia bahwasanya manusia itu sama dengan makhluk hidup lainnya di alam ini, pada hakikatnya tidak memiliki sesuatu apa pun. Sebagai buktinya adalah; ia dilahirkan ke dunia ini dengan badan telanjang, tidak bertutup kepala dan tidak beralas kaki. Dan ketika meninggalkan dunia pun, ia tidak membawa apa-apa kecuali sehelai kain kafan yang membungkus seluruh jasadnya. Maka bagaimana mungkin dikatakan bahwa pada hakikatnya manusia memiliki segala sesuatu di dalam kehidupan ini?!

Apabila sudah dipastikan bahwa manusia bukan pemilik yang sebenarnya atas apa pun yang ada di alam ini, maka siapakah pemilik yang sebenarnya? Pemiliknya adalah Allah dan hanya Allah semata, tidak ada perdebatan dan tidak ada pula keraguan. Apa yang sudah disebutkan dan disepakati dalam kepemilikan berlaku juga di dalam otoritas dan pengelolaan seluruh masalah kehidupan ini. Demi Allah, ini benar-benar merupakan sifat rububiyah, yaitu menciptakan, memberi rizki, memiliki, menguasai, bertindak dan mengelola. Semua itu telah diakui dan diyakini oleh para pemuka kaum penyembah berhala (paganis) dan al-Qur an telah merekam pengakuan mereka di dalam beberapa suratnya. Seperti di dalam Firman Allah Subhanallahu wa ta’ala,

قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ اَمَّنْ يَّمْلِكُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَمَنْ يُّخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُّدَبِّرُ الْاَمْرَۗ فَسَيَقُوْلُوْنَ اللّٰهُ ۚفَقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ، فَذٰلِكُمُ اللّٰهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّۚ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ اِلَّا الضَّلٰلُ

“Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeIuarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka menjawab, ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa (kepadanya)?’ (Dzat yang demikian) itulah Allah, Rabbmu Mang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, mnelainkan kesesatan.” (Yunus: 31-32).

 

Disalin ulang dari: Kitab Minhajul Muslim Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jajairi Edisi Indonesia, Cetakan XV Jumadil ula 1437H/2016M, Darul Haq Jakarta

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker