ARTIKELMutiara Nasihat

Bukan Hanya Sekedar Cinta…

Sahabat yang mulia Anas bin Mālik -radhiyallāhu ‘anhu- menceritakan:

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ السَّاعَةِ، فَقَالَ : مَتَى السَّاعَةُ ؟ قَالَ : “وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟” قَالَ : لَا شَيْءَ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَقَالَ : “أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ”.

“Ada seorang lelaki yang bertanya kepada Nabi – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – tentang hari kiamat, ia bertanya, “Kapankah hari kiamat itu ‘kan terjadi ?”

 

Maka Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – menjawab, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk kedatangan hari kiamat tersebut?”

Ia menjawab, “Aku tidak mempunyai persiapan apapun untuk hari kiamat, kecuali aku benar-benar sangat mencintai Allāh dan Rasul-NYA – shallallāhu ‘alaihi wa sallam -“

Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – pun bersabda, “Engkau akan (dikumpulkan) bersama orang yang engkau cintai”

Mendengar sabdanya ini, berkatalah Anas bin Mālik – radhiyallāhu ‘anhu -:

 

فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : “أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ”. فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ.

 

“Kami tidak pernah merasakan sesuatu yang lebih menggembirakan kami selain dari sabda Nabi -shallallāhu ‘alaihi wa sallam- ini “Engkau (akan) dikumpulkan bersama dengan orang yang engkau cintai”..

Aku benar-benar mencintai Nabi -shallallāhu ‘alaihi wa sallam-, Abu Bakar, dan ‘Umar, dan aku berharap agar kiranya aku bisa berkumpul bersama mereka (di Syurga) karena kecintaanku ini kepada mereka, meskipun aku tidak mampu beramal sebagaimana amalan shālih yang mereka kerjakan.”

[HR. Al-Bukhārī no. 3688, 6167, 6171, 7153, Muslim no. 2639]

 

Berkumpul bersama Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – merupakan cita-cita seorang mu’min, betapa seorang mu’min sangat rindu untuk bisa melihat dan bercengkrama bersama Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam -, rindu tuk berjumpa dengannya.

Ingatkah kalian tentang sebuah batang pohon kurma yang menangis di zaman Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – ?!

Yaa, dahulu di zaman Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – pernah ada sebatang pohon kurma yang menangis, merintih seperti anak kecil.

Dahulu sebelum adanya mimbar, Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – biasa berkhutbah dengan bersandarkan kepada batang pohon kurma tersebut, namun ketika dibuatkan mimbar maka Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – sudah tidak lagi menggunakan batang kurma itu untuk berkhutbah, akhirnya batang pohon kurma tersebut pun menangis, merintih seperti anak kecil, karena rindu akan dzikir dan wejangan dari Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam –

 

Al-Imām al-Hasan al-Bashrī – rahmatullāhi ta’ālā ‘alaihi – apabila menceritakan akan hadīts ini, ia menangis, kemudian ia berkata:

يَا عِبَادَ اللهِ، الخَشَبَةُ تَحِنُّ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- شَوْقاً إِلَيْهِ، فَأَنْتُم أَحَقُّ أَنْ تَشْتَاقُوا إِلَى لِقَائِهِ.

“Duhai hamba-hamba Allāh, sebuah batang pohon kurma saja menangis (merintih) kepada Rasūlullāh – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – karena rindu kepada beliau – shallallāhu ‘alaihi wa sallam -, maka sungguh kalian lebih berhak lagi untuk rindu akan perjumpaan dengan beliau – shallallāhu ‘alaihi wa sallam – !!!”

[Siyar A’lām an-Nubalā’ 4/570, Tafsīr Ibnu Katsīr 8/107-108, dlI]

Namun, perlu untuk diketahui bahwa hanya sekedar CINTA saja, maka itu tidak cukup untuk bisa dikumpulkan bersama dengannya -shallallāhu ‘alaihi wa sallam-..

 

Berkata al-Imām al-Hasan al-Bashrī – rahmatullāhi ta’ālā ‘alaihi -:

يا ابن آدم لا يغرنك قول من يقول المرء مع من أحب فإنك لن تلحق الأبرار إلا بأعمالهم فإن اليهود والنصارى يحبون أنبياءهم وليسوا معهم

“Wahai anak Adam, janganlah kalian terpedaya dengan ucapan, “Seseorang akan (dikumpulkan) bersama orang yang ia cintai”, karena kalian tidak akan dipertemukan dengan orang-orang yang baik kecuali dengan amal perbuatan kalian, karena sesungguhnya orang Yahudi dan Nasrani pun mencintai para Nabi mereka, namun mereka tidak akan (dikumpulkan) bersama para Nabi mereka”

[Ihyā ‘Ulūm ad-Dīn juz 2, hal. 160]

 

فإنه من أحب قوماً اتبع آثارهم واعلم إنك لن تلحق بالأخيار حتى تتبع آثارهم وحتى تأخذ بهديهم وتقتدي بسننهم وتصبح وتمسي على مناهجهم حرصا على أن تكون منهم أهـ.

“Sesungguhnya siapa yang mencintai suatu kaum, maka ia akan mengikuti jejak langkahnya.

Ketahuilah, sesungguhnya engkau tidak akan dipertemukan dengan orang-orang pilihan sampai engkau mengikuti/menapaki jejak langkah mereka, meneladani sunnah mereka pagi dan sore diatas metoda mereka, karena keinginan untuk bisa menjadi bagian dari mereka”

[Takhrīj Ihyā ‘Ulūm ad-Dīn juz 3, hal. 1113]

 

Oleh : Nur Muhammad Iskandar

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
%d blogger menyukai ini:

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker